Banjir Bandang di Lembang sampai Jebol Tembok Sekolah, Sekolah di Zona Rawan Bencana Boleh Tidak PTM
Sebagai antisipasi jangka pendek terjadinya kembali banjir, kata Suhendiana, mereka berencana membuat saluran air sementara agar airnya tidak kembali
Penulis: Hilman Kamaludin | Editor: Ravianto
TRIBUNJABAR.ID, LEMBANG - Sabtu (13/11) malam, banjir bandang menghancurkan dinding bangunan SMAN 1 Lembang dan membuat semua ruangan di sekolah terendam.
Hingga kemarin, sisa-sisa lumpur tebal masih menumpuk, bukan hanya di ruang-ruang kelas, tapi juga ruang guru, dan ruangan komputer.
Sebanyak 35 komputer di ruang komputer yang jebol, rusak parah. Begitu juga peralatan sekolah seperti meja, kursi juga turut terendam lumpur.
Karena pertistiwa ini, kata Suhendiana, kegiatan PTM, pada Senin (16/11) terpaksa dihentikan sementara.
"Besok kita bikin skenario lain, tidak PTM dulu karena sekarang pembersihan juga tidak akan selesai walaupun semua siswa dikerahkan oleh OSIS," kata Suhendiana. "Besok rencananya, kami akan melakukan bakti almamater untuk membersihkan semua ruangan. Kemudian, kita lihat apakah Selasa bisa digunakan atau tidak, kalau besok PTM ditunda dulu," tambahnya.
Sebagai antisipasi jangka pendek terjadinya kembali banjir, kata Suhendiana, mereka berencana membuat saluran air sementara agar airnya tidak kembali masuk ke sekolah ketika turun hujan deras.
"Barangkali air hujan bisa dialirkan ke Pacuan Kuda lalu ke aliran lebih besar. Kalau begini terus, kita pasti terus terdampak," ujarnya.
Untuk jangka panjang pihaknya akan meminta pemerintah untuk menata saluran drainase di wilayah Lembang.
Terutama yang berada di bagian atas seperti Kampung Bukanagara dan memperbaiki benteng yang ambrol.
Suhendiana mengatakan, masih menghitung kerugian dari bencana ini.
Namun dipastikan 35 unit komputer yang disimpan dalam ruangan laboratorium tidak bisa digunakan lagi.
"Alhamdulillah kemarin enggak ada korban jiwa karena sedang libur," kata Suhendiana.
Sekolah di Wilayah Rawan Bencana Boleh Hentikan PTM
Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Barat (KBB) mengizinkan sekolah yang berada di daerah rawan bencana untuk menghentikan sementara pembelajaran tatap muka (PTM), terutama yang berpotensi terdampak banjir dan longsor saat cuaca ekstrem. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) KBB mencatat, ada 11 kecamatan yang masuk kategori rawan longsor dan banjir bandang di KBB, yakni Kecamatan Rongga, Gununghalu, Cipongkor, Sindangkerta, Cililin, Cipatat Saguling, Cisarua, Parongpong, Lembang, dan Ngamprah.
Namun, Kepala Bidang Pendidikan Dasar, Dinas Pendidikan (Disdik) KBB, Dadang A Sapardan, mengatakan, kebijakan PTM bagi sekolah yang berada di daerah rawan bencana itu sepenuhnya diserahkan ke pihak sekolah masing-masing.
"Silakan ambil kebijakan masing-masing, sesuai dengan hasil kajian. Kalau memang rawan jangan laksanakan PTM, laksanakan saja pembelajaran jarak jauh," ujarnya saat dihubungi Tribun Jabar, Minggu (14/11).
Ia juga meminta, sekolah yang berpotensi tinggi terdampak banjir dan longsor untuk segera melaporkan ke Dinas Pendidikan supaya bisa segera ditindaklanjuti.
"Misalnya di sekolahnya itu ada tebing-tebing yang belum di-TPT, itu bisa dilaporkan ke kami, nanti akan kami langsung cek dan dilakukan penanganan antisipasi longsor," kata Dadang.
Menurut Dadang, sejauh ini pihaknya belum mendata sekolah mana saja yang masuk di daerah rawan bencana tersebut. Kendati demikian, pihaknya sudah mendapat laporan ada 10 sekolah yang rawan terdampak bencana alam tersebut.
"Datanya belum ada, tetapi kami sudah mendapat beberapa laporan, kurang lebih sudah ada 10 laporan," ucapnya.
Untuk sekolah yang berada di daerah rawan bencana tersebut, pihaknya sudah mengeluarkan surat edaran terkait antisipasi penanganan banjir dan longsor selama musim hujan dan cuaca ekstrem ini.
"Edarannya pihak sekolah harus membersihkan gorong-gorong atau saluran air yang ada di dekat sekolah. Terus juga harus mengontrol kondisi bangunan, sehingga kalau sekiranya berisiko, yasudah jalankan saja PJJ," ujar Dadang.
Sebelumnya, Kepala Pelaksana BPBD KBB, Duddy Prabowo mengatakan, hanya empat kecamatan di KBB yang memiliki tingkat kerawanan rendah terhadap banjir dan longsor.
"Dari total 16 kecamatan di KBB, 11 kecamatan punya potensi longsor dan banjir dengan indeks risiko tinggi," ujarnya.
Faktor yang membuat kecamatan-kecamatan itu rawan longsor, kata Deddy, karena tingkat kemiringannya rata-rata mencapai 25 hingga 30 derajat. Selain itu, kondisi tanahnya labil dan tidak memiliki akar rambatan sehingga sangat rapuh ketika digerus air.
Kerawanan banjir bandang, kata Duddy, terjadi karena masih banyaknya drainase di ke-11 kecamatan itu yang tidak berfungsi optimal, sehingga saat turun hujan deras, airnya meluap ke jalan hingga pemukiman warga.
"Jadi untuk warga-warga di kecamatan itu, diminta waspada terutama ketika turun hujan karena dikhawatirkan terjadi pergerakan tanah apalagi saat hujan deras," kata Duddy.
Banjir Bandang(hilman kamaludin)