Kisah Sukses Cashuri, Petani yang Bawa Mangga Indramayu Makin Dikenal Hingga Singapura dan India
Cashuri, berhasil memperkenalkan mangga khas Kabupaten Indramayu ke berbagai wilayah di Indonesia, hingga ekspor ke Singapura dan India.
Penulis: Handhika Rahman | Editor: Darajat Arianto
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Handhika Rahman
TRIBUNJABAR.ID, INDRAMAYU - Rasa buah mangga yang ditanam di daerah Pantura Jabar dan menjadi ikonik dari Kabupaten Indramayu tidak diragukan lagi kualitasnya.
Petani yang sukses membudidayakan buah mangga, salah satunya adalah Cashuri (42).
Ia berhasil memperkenalkan mangga khas Kabupaten Indramayu ke berbagai wilayah di Indonesia, hingga ekspor ke Singapura dan India.
Dalam satu tahunnya, Cashuri bahkan bisa meraup omzet hingga Rp 1,5 miliar hanya dari berkebun mangga.
"Setahun omzet bisa Rp 1,5 miliar, belum dipotong biaya operasional," ujar dia kepada Tribuncirebon.com saat tengah mengelola kebun di Indramayu Manggo Farm (IMF) di Desa Rancasari, Kecamatan Bangodua, Kabupaten Indramayu, Minggu (14/11/2021).
Cashuri mengatakan, kebun mangga yang dikelolanya itu ada sebanyak 1.400 pohon, pohon-pohon itu berdiri di lahan seluas 12 hektare.

Dalam satu tahunnya, Cashuri bisa memanen mangga hingga 70 ton untuk memenuhi kebutuhan pasar.
Ada beragam mangga yang ditanam di IMF, mayoritas adalah mangga gedong gincu, mangga harum manis, dan mangga cengkir.
Cashuri menceritakan, sejak lulus kuliah di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 1998 lalu, ia langsung terjun untuk mengelola kebun di IMF.
Saat itu, ia dipercaya untuk mengelola kebun seluas 12 hektare tersebut pada 1999 awal sampai dengan sekarang.
"Dulu di sini tidak terawat, sudah seperti hutan, akses jalan pun tidak ada," ujar dia.
Masih diceritakan Cashuri, berbekal ilmu yang ia peroleh saat kuliah di IPB, kemudian ia coba terapkan di kebun mangga yang dikelolanya tersebut.
Dengan perawatan yang baik, hasil produksi mangga di kebun tersebut terus meningkat, dalam 1 tahun Cashuri bahkan bisa memanen mangga hingga 3 kali panen.
Permintaan buah mangga pun terus meningkat hingga membuatnya Cashuri dan para petani yang ia pekerjakan di kebun kewalahan dalam memenuhi kebutuhan pasar.
Di sisi lain, Cashuri berencana akan mencoba pola perawatan baru dalam mengelola kebunnya tersebut.
Agar buah mangga yang dihasilkan, selain memiliki kualitas grade A, juga baik untuk kesehatan.
Ia berencana, agar semua pohon mangga di kebun yang dikelolanya ke depan murni sepenuhnya menggunakan pupuk organik.
"Sekarang 50 persen organik, 50 persen kimia pupuknya, rencananya ke depan ingin murni organik semua, di sini juga saya ingin buat budidaya lebah trigona, nantinya bisa membantu proses penyerbukan," ujar dia. (*)