Puluhan Ton Ikan yang Mati di Waduk Saguling KBB Akibat Keracunan, Begini Analisisnya
Ini penyebab ribuan ikan mati mendadak di Waduk Saguling dan Cirata dalam dua hari terakhir.
Penulis: Hilman Kamaludin | Editor: taufik ismail
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG BARAT - Badan Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu (BKIPM) Jawa Barat menilai matinya puluhan ton ikan di perairan Waduk Saguling dan Cirata, Kabupaten Bandung Barat (KBB) akibat keracunan setelah terjadi cuaca ekstrem.
Sebelumnya, sebanyak 8-10 ton ikan di Keramba Jaring Apung (KJA) perairan Waduk Saguling dan Cirata, tepatnya Blok Ugrem, Blok Tangan-tangan, dan Blok Balong yang masuk ke wilayah administratif Desa Bongas dan Desa Batulayang mati mendadak dalam kurun waktu dua hari terakhir.
Kepala Badan Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu (BKIPM) Jawa Barat, Dedi Arief Hendriyanto mengatakan, kejadian matinya ikan ini biasanya terjadi saat hujan deras atau disebut gejala upwelling yang membuat air yang hangat berputar ke permukaan, sementara yang dingin turun ke dasar.
"Kemudian mengaduk sedimentasi pakan ikan yang terakumulasi sejak lama lalu menimbulkan reaksi kimia amonia yang membuat ikan akhirnya keracunan sampai mati mendadak," ujarnya saat dihubungi wartawan, Kamis (21/10/2021).
Kendati demikian, kata Dedi, ikan yang sudah mati karena keracunan itu biasanya masih bisa dikonsumsi.
Namun tergantung dari kondisinya karena kebanyakan ikan pasti sudah mengalami pembusukan akibat terpapar patogen.
"Enggak akan mengancam pengonsumsi meskipun keracunan, asal bukan zoonosis yang penting dicuci bersih. Tapi memang sebaiknya yang mati langsung dibuang dan tidak dipaksakan untuk dijual karena berpotensi terpapar patogen yang menyebabkan pembusukan," kata Dedi.
Menurutnya, matinya puluhan ton ikan di KJA perairan Waduk Saguling dan Cirata itu merupakan kasus berulang karena kerap terjadi saat musim pancaroba, sehingga harus ada diantisipasi dari para petambak ikan.
Untuk mengantisipasi kejadian keracunan ikan di KJA, kata dia, petambak bisa melakukan pengendalian kepadatan ikan dan penaikan jaring apung, kemudian manajemen pemberian pakan sehingga tidak menimbulkan penumpukan limbah.
"Kalau sudah musim hujan kepadatan KJA harus dikurang lalu keramba dinaikkan. Biasanya kan kedalamannya 3 sampai 4 meter, jadi dinaikkan saja. Jadi nanti sisa pakannya bisa dibersihkan," ucapnya.
Kemudian pemilihan lokasi tambak juga, kata Dedi, sangat penting karena kebanyakan lokasi keramba yang berada di bawahnya berlumpur, sehingga sangat rentan terhadap penyakit.
"Di Saguling dan Cirata juga banyak ditemukan. Tapi tidak ada masalah kalau kepadatannya tidak terlalu tinggi," ujar Dedi.
Ia mengatakan, opsi lain yang bisa ditempuh guna meminimalisasi kejadian serupa berulang yakni dengan beralih dari tambak KJA ke budidaya darat, seperti yang sudah dilakukan di beberapa daerah dengan hasil yang cukup memuaskan.
"Sebaiknya ya seperti itu, untuk mengantisipasi petambak KJA yang sudah terlalu banyak. Banyak yang berhasil juga," katanya.
Baca juga: Puluhan Ton Ikan di Waduk Saguling Mati Mendadak Akibat Cuaca Ekstrem Mengapung di Perairan