Gus Baha Masuk Bursa Calon Ketua Umum PBNU Menempel Ketat Said Aqil Sirad, Siapa di Posisi Pertama?

Menjelang pelaksanaan Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama (NU) pada 23-25 Desember, bursa calon ketua umum mulai ramai.

Editor: Darajat Arianto
jatim.nu.or.id via Tribunjateng
KH Ahmad Buhauddin Nursalim alias Gus Baha. 

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Menjelang pelaksanaan Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama (NU) pada 23-25 Desember, bursa calon ketua umum mulai ramai.

Salah satunya adalah ulama kharismatik Ahmad Bahauddin Nursalim alias Gus Baha yang masuk bursa ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Hal itu terungkap lewat survei Indostrategic.

Direktur Eksekutif Indostrategic, Khoirul Umam, menyebut Gus Baha menempati urutan keempat. Ia menempel ketat kandidat petahana Said Aqil Siradj.

"KH Marzuki Mustamar (Ketua PWNU Jawa Timur) dengan dukungan tertinggi sekitar 24,7 persen, disusul KH Hasan Mutawakkil Alallah 22,2 persen, KH Said Aqil Siradj 14,8 persen yang juga incumbent Ketum PBNU saat ini, lalu KH Bahaudin Nursalim atau Gus Baha 12,4 persen," kata Umam seperti dikutip CNN, Kamis (7/10).

Survei itu dilakukan pada 23 Maret- 5 April 2021. Survei melibatkan 1.200 orang responden. Survei ini memiliki ambang batas kesalahan 3 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.

Umam menyampaikan kemunculan Gus Baha dalam bursa itu menunjukkan keinginan warga NU untuk regenerasi kepemimpinan. Selain itu, Baha juga dinilai sebagai jawaban atas tradisi intelektual pesantren yang luntur beberapa waktu terakhir.

Dia juga berpendapat kemunculan Baha dalam bursa ketua umum PBNU dipengaruhi dinamika media sosial. Ia menilai popularitas Baha di medsos mampu menarik simpati sebagian warga Nahdliyyin.

"Media exposure Gus Baha di berbagai chanel media sosial belakangan ini juga menambah literasi keilmuan sekaligus popularitas nama Gus Baha di kalangan warga Nahdliyyin secara general, khususnya Jawa Tengah, Jogjakarta, dan Jawa Timur," ujarnya.

Umam menambahkan, sebagian warga Nahdliyyin menghendaki suksesi ketua umum PBNU. Salah satu penyebabnya adalah gaya kepemimpinan Said Aqil yang cenderung lekat dengan politik praktis.

"Akibatnya, peran PBNU sebagai Islamic-based civil society menjadi kurang optimal. Misalnya, terkait wacana kebijakan publik amandemen UU KPK hingga penyelamatan 57 pegawai senior KPK, sikap dan keberpihakan PBNU kurang jelas," ujar Umam. (*)

Artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul Gus Baha Masuk Bursa Ketua PBNU Saingi Said Aqil

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved