Di Tangan Warga Lembang Ini Kotoran Sapi Jadi Barang Bernilai Ekonomis, Tak Lagi Menjijikan
Ujang Ica Supriatna terlihat tidak merasa jijik saat mengolah kotoran sapi agar menjadi barang yang bernilai ekonomis.
Penulis: Hilman Kamaludin | Editor: Seli Andina Miranti
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG BARAT - Ujang Ica Supriatna (42), warga Kampung Nagrak, RT 02/09, Desa Sukajaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) terlihat tidak merasa jijik saat mengolah kotoran sapi agar menjadi barang yang bernilai ekonomis.
Dia mengolah kotoran sapi yang sudah dikumpulkan itu tidak menggunakan alat, tetapi hanya menggunakan kedua tangannya yang hanya dibalut kaus tangan dan sebuah cetakan berbentuk bulat yang terbuat dari paralon serta sendok ukuran besar.
Secara pelan-pelan, Ujang memasukan kotoran sapi itu ke dalam sebuah cetakan hingga akhirnya menghasilkan briket atau media tanam tumbuhan yang berfungsi seperti pupuk untuk ditanamkan pada tanah agar bisa menutrisi tanaman.
Baca juga: Banjir Kotoran Sapi di Lembang, DLH KBB Tak Bisa Beri Sanksi pada Peternak, hanya Bisa Lakukan Ini
"Kotoran sapinya itu dicetak, terus disemprotkan bio compound. Nah, bio compound ini yang kemudian mengikat gas metan, sehingga briketnya juga jadi tidak berbau," ujar Ujang saat ditemui di rumahnya, Rabu (6/10/2021).
Bahan baku briket media tanam itu, kata dia, hanya kotoran sapi yang dikumpulkan dari peternakan sapi miliknya. Namun, ada bahan baku lainnya, yakni bio compound yang dibuat dari fermentasi berbagai macam rempah sebagai material pengikat gas metan.
Sementara terkait proses pembuatan, awalnya kotoran sapi itu dicetak, lalu dijemur supaya kering dan proses terakhir yakni pengemasan agar nantinya bisa dijual baik secara online maupun secara langsung.
"Untuk pemakaian, briketnya tinggal dipotong-potong, terus ditanamkan ke tanah yang sudah ada tanamannya. Fungsinya seperti pupuk untuk menutrisi tumbuhan," katanya.
Ujang mengatakan, usaha itu sudah digeluti sejak 2019 silam bersama 20 warga setempat, setelah dirinya mendapat ilmu dari seorang profesor yang mengajarkannya terkait pembuatan briket tersebut.
"Kami dibimbing untuk mengolah limbah kotoran sapi jadi bernilai jual dengan dibuat briket atau media tanam. Sudah dua tahun dan berjalan sampai sekarang," ucap Ujang.
Kini briket media tanam itu sudah memiliki banyak pelanggan, bahkan dalam satu bulan Ujang bisa menjual sampai 30 ribu buah briket ke berbagai daerah di Indonesia baik secara online maupun secara langsung ke pelanggannya.
Baca juga: Belanja Kain Batik Hasil UMKM di Pullman Bandung Grand Central pada Perayaan Hari Batik Nasional
Dalam pemasaran onlinenya, Ujang menggunakan media sosial pribadinya dan ada juga yang dijual melalui platform marketplace, sehingga Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang digelutinya ini bisa melesat dengan penjualan online ini.
Untuk harganya pun terbilang murah, untuk paket briket isi 5 hanya seharga Rp 5 ribu. Untuk paket isi 10 seharga Rp 8 ribu, dan paket berisi 21 briket dihargai Rp 15 ribu.
"Alhamdulillah, sebulannya bisa dapat Rp 6 juta. Bisa membantu keperluan ekonomi warga kami yang mengandalkan profesi sebagai peternak," ujarnya.
Selain mendapat keuntungan materi, warga di kampung itu juga kini tidak merasa takut lagi dengan dampak negatif gas metan dan menumpuknya limbah kotoran sapi.
Ujang mengatakan, gas metan yang timbul dari tumpukan sapi dan terus menerus dihirup, nyatanya bisa memberi dampak buruk jangka panjang pada kesehatan peternak maupun warga setempat.
"Tapi mereka enggak paham ya karena memang kurang informasi, tapi sekarang mereka paham dan berani mengolah kotoran sapi untuk dijadikan briket," kata Ujang.