Kuncen Tancapkan Paku Bumi, Gibran Pelan-pelan Muncul, Linglung, Ditepuk Pundaknya, Baru Sadar

Ada cerita menarik di balik ditemukannya Muhammad Gibran Arrasyid, pendaki di Gunung Guntur yang hilang.

Penulis: Sidqi Al Ghifari | Editor: Hermawan Aksan
Tribun Jabar/Sidqi Al Ghifari
Kaus yang dipesan Gibran sebelum mendaki Gunung Guntur. Kaus itu bertuliskan Jangan Menua Tanpa Cerita. Dan Kini Gibran punya cerita yang akan dikenang sepanjang hayat. 

"Saya telepon keluarga saya, tolong sampaikan ke tim pencari, Gibran sudah ketemu," ujarnya. 

Ade sempat mengabadikan momen saat dia hendak membenamkan paku bumi di sebuah batu yang menempel di Curug Cikoneng. 

Foto paku bumi yang ditancapkan Ade Leji di Curug Cikoneng saat melakukan pencarian Gibran yang hilang di Gunung Guntur
Foto paku bumi yang ditancapkan Ade Leji di Curug Cikoneng saat melakukan pencarian Gibran yang hilang di Gunung Guntur (Tribun Jabar / Sidqi Al Gifari)

Saat diwawancarai, Ade memperlihatkan paku bumi yang ia gunakan untuk menemukan Gibran.

Paku bumi tersebut berupa paku berwarna emas bertuliskan huruf Arab dengan panjang 7 cm. 

Dari foto yang diperlihatkan Ade ke Tribunjabar. id, diketahui perincian waktu saat dia menyelamatkan Gibran, menunjukan pukul 16.40 WIB.

Gibran Diajak Main ke Rumah Makhluk Gaib Gunung Guntur

Gibran menceritakan keadaannya selama berada di Gunung Guntur seorang diri, termasuk bertemu dengan sosok makhluk halus.

Selain itu, ia juga mengaku selalu diajak main ke rumah makhluk gaib tersebut, tapi ia kembali menolak ajakan tersebut.

"Ayo katanya, main ke rumah, nolak aja, saya takut," kata Gibran di Puskesmas Tarogong, kemarin. 

Namun di waktu sebelum ditemukan tim pencari, ia sempat mengikuti sosok yang mengajaknya.

"Terakhir pas mau pulang, saya mengikutinya, dia bilang katanya ayo ikut biar cepat bisa pulang," ungkapnya.

Gibran akhirnya mengikuti sosok tersebut, kemudian ia terjatuh di salah satu tebing gunung hingga membuat kedua kakinya luka-luka.

Setelah terjatuh, Gibran mendengar teriakan warga yang tidak jauh dari tempatnya, yakni di kawasan Curug Cikoneng.

"Pas jatuh, saya mendengar ada bapak-bapak teriak nama saya," ucapnya.

Selama enam hari bertahan hidup sendiri di Gunung Guntur, dia hanya mengonsumsi dedaunan dan minum air putih di sungai.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved