20 Tahun Jadi Guru Honorer, Gaji Sutardi di Tasikmalaya Naik Rp 100 Ribu jadi Rp 250 Ribu

20 tahun mengabdi, honor Sutardi (58), guru honorer SD Timuhegar, Kecamatan Bojonggambir, Kabupaten Tasikmalaya, hanya mengalami kenaikan Rp 100 ribu.

Penulis: Firman Suryaman | Editor: Mega Nugraha
Tribun Jabar / Firman Suryaman
Sutardi (58), guru honorer selama 20 tahun berpenghasilan Rp 250 ribu saat nyambi jadi tukang jahit di Tasikmalaya 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Firman Suryaman

TRIBUNJABAR. ID, TASIKMALAYA - Selama hampir 20 tahun mengabdi, honor Sutardi (58), guru honorer SD Timuhegar, Kecamatan Bojonggambir, Kabupaten Tasikmalaya, hanya mengalami kenaikan Rp 100 ribu.

Besaran honor Sutardi, sebagaimana besaran guru honorer umumnya di mana pun, yakni sebesar Rp 250.000 per bulan.

"Saat saya mulai mengabdi sebagai guru SD tahun 2003, saya mendapat honor Rp 150 ribu per bulan," ujar Sutardi, Selasa (21/9).

Jadi, selama dirinya mengabdi sebagai guru selama hampir 20 tahun hanya mengalami kenaikan honor sebesar Rp 100.000. Sutardi tak mengeluh malah bisa berbesar hati dengan honor sebesar itu.

"Saya kan tidak sendirian. Masih ada ribuan guru honorer yang kondisi honornya seperti saya," katanya.

Baca juga: Kisah Sutardi di Tasikmalaya, Guru Honorer Selama 20 Tahun Ingin Gaji Rp 2 Juta Ikut Seleksi PPPK

Besaran honor guru honorer, ungkap Sutardi, memang kecil karena ditanggung sekolah bukan pemerintah yang sudah tentu dananya terbatas.

"Untuk menghidupi keluarga, saya selama ini menjadi tukang jahit. Alhamdulillah bisa menghidupi istri dan keempat anak walau alakadarnya," kata Sutardi.

Sutardi menandaskan, menjadi seorang guru adalah cita-citanya sejak kecil. "Menjadi guru adalah panggilan jiwa. Saya merasa senang dan bahagia bisa mengajar di sekolah," ujarnya.

Walau penghasilan dari mengajar tak sebanding dengan kerja keras yang dikeluarkan, Sutardi mengaku ikhlas.

"Kalau hanya mengejar materi, dari usaha jahit pun rasanya sudah cukup. Apalagi saya hidup di kampung, cukup memenuhi kebutuhan primer saja," kata Sutardi.

Namun begitu, ketika ada kesempatan mengikuti seleksi pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) di Kabupaten Tasikmalaya, Sutardi masih semangat ikut walau masa kerjanya hanya tinggal dua tahun.

"Kalau ada peluang perbaikan nasib kenapa tidak ditempuh walau hanya tinggal dua tahun lagi pengabdian," ujar Sutardi.

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved