Warga Bandung Diteror Order Fiktif, Puluhan Pesanan Datang Jam 2 Subuh

Warga Kota Bandung diteror orderan fiktif. Driver ojol tak henti mengantar makanan sejak jam dua subuh.

Editor: taufik ismail
TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
Pengemudi ojek online mengantar pesanan melintas di Jalan Cibaduyut Raya, Kabupaten Bandung, Rabu (10/6/2020). 

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Yanyan Kurnia (26), warga Jalan Cikaso, RT 05/01, Kelurahan Sukamaju, Kecamatan Cibeunying Kidul, Kota Bandung mengaku bingung, saat tiba-tiba rumahnya didatangi oleh puluhan driver ojek online (ojol) yang secara bergantian membawa makanan yang tidak dipesannya.

Kebingungan semakin bertambah pemesan makanan-makanan tersebut ternyata juga bukan anggota keluarganya maupun warga lain di sekitar rumahnya.

"Kejadiannya itu hari Jumat, 17 September dini hari sekitar pukul 01.15. Sejak dini hari, puluhan mitra driver terus berdatangan hingga sebelum waktu salat Jumat dengan nama pemesan makanan yang berbeda-beda. Padahal di rumah tidak ada yang memesan itu. Di rumah saya tinggal dengan orangtua dan adik saya saja. Orangtua dan saya juga enggak bisa menggunakan aplikasi pemesan online itu," ujarnya saat ditemui di Jalan Cikaso, tak jauh dari rumahnya, Minggu (19/9/2021).

Yanyan mengatakan, kebingungan berawal ketika Jumat (17/9/2021) dini hari itu, orangtuanya mendapatkan pesan singkat melalui WhatsApp dan dilanjutkan dengan telepon dari salah seorang driver ojol yang menjelaskan bahwa pesanan makanan nasi goreng dan kwetiaw senilai Rp 64 ribuan sudah sampai di titik antar yaitu, depan rumahnya.

Driver ojol itu, kata Yanyan, meminta orangtuanya keluar rumah untuk mengambil pesanan.

Saat keluar rumah, orangtuanya terkejut, karena di luar ternyata sudah ada beberapa driver dari Shopee Food dan Grab Food, yang telah menunggunya keluar untuk mengambil pesanan yang mereka antar.

Beberapa dari mereka bahkan mengaku sudah menunggu lama.

"Orangtua saya bingung kenapa driver ojol ini bisa mengetahui nomor miliknya. Salah seorang dari driver itu mengaku mendapatkannya dari penelusuran di google karena rumah saya membuka warung dan ada nomor telepon dan alamat rumah yang dicantumkan di sana. Dia (driver) itu juga bilang sebelum menghubungi nomor orangtua saya, ternyata dia sudah sejak sejam lalu mencoba menghubungi nomor pemesan makanan, atas nama Muhammad Hakim, tapi selalu di-reject," papar Yanyan.

Datangnya beberapa driver ojol pun tidak terhenti hanya saat itu, namun terus berlanjut hingga sekitar pukul 02.30.

"Bahkan kembali berlanjut pada pagi hari hingga sebelum waktu salat Jumat," kata Yanyan.

Namun, berbeda dengan  pesanan fiktif pada dini hari yang pemesannya mengaku bernama Muhammad Hakim dengan tujuan pengantaran rumahnya.

Pada pagi hari, alamat tujuan bukan lagi rumahnya, melainkan rumah yang ada di depan rumahnya dengan nama pemesan Eri Wijaya.

"Pas pagi saya turun dan ke depan rumah, ternyata itu (driver ojol) udah ngumpul lagi. Puluhan driver yang nunggu di bawah dengan membawa pesanan berbagai menu sarapan seperti bubur hingga kopi siap minum senilai Rp 68 ribuan atas nama Eri Wijaya. Sama seperti orangtua saya yang merasa tidak memesan makanan, tetangga depan rumah juga demikian, dan tidak ada nama yang dimaksud di rumahnya. Hari itu, kalau dihitung-hitung, ada mungkin sampai 40 driver yang datang antar pesanan fiktif," ujarnya.

Yanyan mengatakan, orang tuanya dan sejumlah warga sempat berinisiatif untuk tetap membayar pemesanan dengan sistem cash on delivery (COD) itu meski merasa tak pernah memesah karena kasihan dengan para driver yang juga menjadi korban "teror" order fiktif ini.

Namun, para driver menolak. Mereka memilih untuk berkoordinasi dengan perusahaannya masing-masing untuk menjelaskan apa yang terjadi.

"Kasian para driver itu menjadi korban dari perbuatan pihak yang tidak bertanggung jawab," ucapnya.

Yanyan berharap pihak berwajib dapat turun tangan menangkap orang-orang yang telah melakukan pemesanan makanan dengan identitas dan alamat fiktif ini.

"Saya berharap mereka mendapatkan hukuman biar jera. Malah saya juga baca-baca di media sosial bahwa kejadian seperti ini bukan yang pertama kali, dan terjadi di kota lainnya, bahkan kerugiannya ada yang mencapai jutaan rupiah," katanya.

Hal senada juga diungkapkan Hendra (25) salah seorang driver ojol Shopee Food. Pesanan-pesanan fiktif seperti itu, kata Hendra, jelas sangat merugikan para driver ojol.

Namun, ujarnya, ini juga menjadi pelajaran bagi para driver ojol untuk lebih waspada agar tidak tertipu.

"Ketika mendapat pesanan, lebih dahulu tanyakan ke konsumennya sebagai langkah memastikan bahwa pesanan itu benar dengan menelpon dan memberikan pesan," katanya saat ditemui di Paskal 23 Mal, kemarin.

Epi Kurniawan (30), driver ojol lainnya juga mengatakan serupa. "Biasanya kalau yang fiktif itu mereka (konsumen) yang enggak menjawab saat dikonfirmasi. Alhamdulillah sejauh ini saya belum alami," katanya. (cipta permana/nandri prilatama)

Baca juga: Headline Tribun Jabar, Order Fiktif Teror Warga Bandung, Puluhan Driver Ojol Juga Jadi Korban

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved