Rawan Kecelakaan Akibat Kejadian Mistis di Tol Cipularang, Konon Karena Petilasan Prabu Siliwangi

Kisah mistis di Gunung Hejo Kabupaten Purwakarta, dipercaya masyarakat sebagai petilasan Raja Padjadjaran Prabu Siliwangi.

Penulis: Irvan Maulana | Editor: Darajat Arianto
TRIBUNJABAR.ID/IRVAN MAULANA
Lokasi yang konon merupakan petilasan Prabu Siliwangi di Gunung Hejo Kilometer 96 Tol Cipularang, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta, Kamis (16/9/2021). 

Laporan Kontributor Tribun Jabar, Irvan Maulana

TIBUNJABAR.ID, PURWAKARTA - Kisah mistis di Gunung Hejo Kabupaten Purwakarta, dipercaya masyarakat sebagai petilasan Raja Padjadjaran Prabu Siliwangi.

Gunung berlokasi di Kecamatan Darangdan, wilayah selatan Kabupaten Purwakarta, di sana terdapat suatu petilasan yang dikeramatkan dan dipercaya secara turun temurun oleh masyarakat sekitar.

Letak petilasan tersebut persis berada tak jauh dari kilometer 96 Tol Cipularang, tepatnya di jalur dari Bandung arah Jakarta.

Untuk menuju ke kawasan Gunung Hejo tersebut, pengunjung bisa menyusuri jalan setapak diwilayah perkebunan dekat jalan tol, kemudian menaiki anak tangga menuju petilasan Gunung Hejo.

Bentuk petilasan tersebut seperti makam dengan batu terbungkus kain putih, konon, di batu itulah Prabu Siliwangi pernah singgah.

Hingga kini petilasan tersebut sering dikunjungi dan menjadi tujuan para peziarah atau seseorang yang ingin bermeditasi.

Umumnya, para peziarah datang ke tempat tersebut untuk berdzikir hingga membaca ayat suci Alquran selama berada di sana.

Juru kunci petilasan Gunung Hejo, Mustopa bin Ija mengatakan, para peziarah yang datang kesana bukan hanya warga Purwakarta, bahkan orang luar Jawa Barat sering datang kesana.

Mustopa Bin Ija merupakan seorang kakek berusia 97 tahun yang menjadi juru kunci Gunung Hejo selama puluhan tahun.

Mustopa Bin Ija (97), juru kunci Gunung Hejo di sekitar kilometer 96 Jalan Tol Cipularang.
Mustopa Bin Ija (97), juru kunci Gunung Hejo di sekitar kilometer 96 Jalan Tol Cipularang. (TRIBUNJABAR.ID/IRVAN MAULANA)

"Kebanyakan dari luar kota bahkan luar Provinsi Jawa Barat. Tidak ada yang membenarkan jika yang datang ke petilasan menyembah batu terbungkus kain putih. Mereka di sana memanjatkan doa, dzikir dan membaca Alquran," ujar Mustopa ketika ditemui Tribun di sekitar anak tangga petilasan, Kamis (16/9/2021).

Mustopa menjelaskan, batu petilasan yang berada di puncak Gunung Hejo itu tak jauh berbeda dengan batu pada umumnya, hanya saja perbedaanya seperti memiliki kekuatan magis yang sulit dipercaya.

Diceritakan Mustopa, hal itu dapat dibuktikan ketika pembangunan Tol Cipularang beberapa tahun silam. Pihak pengembang berkeinginan jalur tol lurus menembus Gunung Hejo, namun, Gunung Hejo tak dapat diratakan, hingga kini jalur tol melintas di pinggiran Gunung Hejo.

"Keanehan itu terjadi ketika di teropong gunung tersebut gelap dan alat itupun pecah katanya, Bahkan sempat dicoba dibongkar dengan alat berat tapi tidak berhasil," kata dia.

Setiap kali pekerja mengoperasikan alat berat ada saja gangguan yang terjadi, "Saya tidak melarang apa yang dinginkan mereka. Tapi alat beratnya tiba-tiba mati jadi sulit dihidupkan, akhirnya jalur tol jadi melingkari gunung. Batu petilasan itu juga sulit dicabut," ujar Mustopa.

Seperti halnya tempat istimewa, berada di area petilasan Gunung Hejo juga ada aturannya, "larangan-larangan ketika berada di atas petilisan, abah menyarankan agar tidak metik dan memotong tangkai pepohonan apapun," katanya.

Jika itu larangan tersebut dilakukan, dikhawatirkan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, karena merusak tumbuhan disana dianggap merusak alam oleh sang Prabu.

"Merokok juga disarankan jangan. Intinya datang kesini harus sopan, mengucapkan salam dulu, tidak bising," ujar Mustopa.

Ketika disinggung mengenai peristiwa kecelakaan yang kerap terjadi di wilayah tersebut, Mustopa membantah jika kecelakaan diasumsikan karena gangguan mistis.

"Mungkin itu murni kelalaian pengendara saja, tidak ada gangguan dari penunggu Gunung Hejo," kata dia.

Diketahui, Mustopa menjadi juru kunci Gunung Hejo sejak tahun 2000, ia menruskan tugas yang ayah yang dahulunya juga merupakan juru kunci Gunung Hejo, "Abah awalnya gak tahu kalau diatas ada petilasan keramat, abah mulai disini dari tahun 2000 sejak bapak meninggal," katanya.

"Sebelum jadi petilasan yang dikeramatkan, Gunung Hejo hanya hutan belantara, kemudian petilasan ini bersihkan warga dan dirawat hingga petilasan seperti saat ini," ucapnya. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved