Inilah Rumah Jenderal Ahmad Yani, Jadi 'Saksi Bisu' G30S/PKI, Ada Ruangan yang Tak Boleh Difoto

Saat ini, rumah Jenderal Ahmad Yani dijadikan museum. Nama museum itu adalah Museum Sasmitaloka Ahmad Yani.

Penulis: Yongky Yulius | Editor: Fidya Alifa Puspafirdausi
TRIBUNNEWS.COM/Fransiskus Adhiyuda
Museum Sasmitaloka Ahmad Yani. 

Di kamar tersebut ada sisa peluru milik personel Tjakrabirawa.

Anak Jenderal TNI Ahmad Yani, Untung Mufreni Ahmad Yani menunjukkan foto-foto yang ada di Museum Sasmitaloka Ahmad Yani di Jakarta, Kamis (1/10/2020). Museum Sasmitaloka Ahmad Yani adalah museum yang dahulunya merupakan tempat Jenderal TNI Ahmad Yani dibunuh pada peristiwa gerakan 30 September 1965 (G30S/PKI).
Anak Jenderal TNI Ahmad Yani, Untung Mufreni Ahmad Yani menunjukkan foto-foto yang ada di Museum Sasmitaloka Ahmad Yani di Jakarta, Kamis (1/10/2020). Museum Sasmitaloka Ahmad Yani adalah museum yang dahulunya merupakan tempat Jenderal TNI Ahmad Yani dibunuh pada peristiwa gerakan 30 September 1965 (G30S/PKI). (Tribunnews/Irwan Rismawan)

Senapan LE Cal 7,62 pabrikan Cekoslovakia yang digunakan untuk menembak Letjen S Parman dan senapan Owengun yang dipakai untuk mengakhiri hidup DN Aidit beserta tokoh-tokoh tertinggi PKI juga tersimpan di sana.

Senjata itu tersimpan di satu bufet kaca.

Baca juga: Ini Daftar Hari Penting September 2021, dari Peringatan G30S hingga Hari Olahraga Nasional

Di dalam bufet kaca tersebut, ada pula pakaian milik Jenderal Yani, yaitu kemeja putih dan piyama.

Kemudian, uang lama senilah Rp 123 ribu yang merupakan gaji terakhir Jenderal Ahmad Yani yang belum diserahkan kepada istrinya, juga tersimpan.

Namun, pengunjung tak diperbolehkan untuk memotret di dalam kamar tersebut dengan alasan privasi.

Anak ketujuh Jenderal A. Yani, Untung (Kiri) bersama Anak bungsu Eddy Yani (Kanan) bercerita kepada pengunjung Museum Sasmitaloka Pahlawan Revolusi Jenderal TNI A Yani di jalan Lembang No.58, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (21/9/2017).
Anak ketujuh Jenderal A. Yani, Untung (Kiri) bersama Anak bungsu Eddy Yani (Kanan) bercerita kepada pengunjung Museum Sasmitaloka Pahlawan Revolusi Jenderal TNI A Yani di jalan Lembang No.58, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (21/9/2017). (TRIBUNNEWS.COM/Fransiskus Adhiyuda)

Barang-barang lain yang tersimpan museum tersebut di antaranya adalah barang-barang cenderamata dari beberapa daerah di Indonesia maupun luar negeri, foto keluarga, tongkat komando, pakaian, cincin, kacamata, lencana, hingga keris.

Sebelum pandemi, Museum Sasmitaloka Ahmad Yani buka setiap Selasa-Minggu mulai pukul 08.00-14.00 WIB.

Pengunjung bisa masuk ke museum itu tanpa dipungut biaya.

Baca juga: Teka-teki Dalang G30S Kenapa Soeharto Tak Dibunuh PKI? Abdul Latief Ungkap Fakta dan Kesaksiannya

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved