Implementasi Kampus Merdeka, UPI Tingkatkan Kualitas Layanan Pendidikan Selaras di Era Society 5.0
Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim, menekankan optimalisasi program Kampus Merdeka.
Penulis: Cipta Permana | Editor: Giri
Laporan wartawan TribunJabar.id, Cipta Permana
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim, menekankan optimalisasi program Kampus Merdeka.
Menurutnya, langkah itu sebagai upaya mahasiswa untuk memiliki kemerdekaan lebih luas guna menentukan arah masa depan.
Karena itu, Kemendikbudristek memberikan hak pada semua mahasiswa di seluruh Indonesia, untuk belajar diluar prodi atau di luar kampusnya selama tiga semester, sebagai implementasi dari Kampus Merdeka.
Nadiem menjelaskan, beberapa program Kampus Merdeka antara lain magang di perusahaan atau organisasi sosial, melakukan studi independen, membangun desa, melakukan riset, mengerjakan proyek kemanusiaan, merancang dan merintis wirausaha, melakukan pertukaran mahasiswa di dalam dan di luar negeri, atau mengajar di SD atau SMP di program kampus mengajar.
Semua program ini kata Nadiem dirancang untuk memberi ruang pada mahasiswa dengan keragaman minat dan ketertarikannya, guna mendapatkan pengalaman yang tidak tertulis pada buku teks atau bisa diajarkan dalam kelas.
"Keunggulan penerapan Kampus Merdeka adalah mahasiswa bisa memanfaatkan waktu selama tiga semester, untuk mengikuti program Kampus Merdeka, tanpa mengorbankan studi yang sedang di tempuhnya," ujarnya secara virtual pada kegiatan Masa Orientasi Kampus dan Kuliah Umum (Mokaku) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Tahun 2021, Jumat (27/8/2021).
Rektor UPI, Solehuddin, menuturkan, sebagai implementasi dari program Kampus Merdeka, UPI terus berupaya meningkatkan kualitas layanan pendidikan yang selaras dengan Pendidikan di Era Society 5.0.
Kerangka berpikirnya didasarkan pada paradigma Revolusi Industri 4.0, hal ini pun menjadi tema dari kegiatan Mokaku UPI 2021.
"Pada intinya, Society 5.0 mengambil teknologi yang berkembang pesat yang digunakan revolusi industri 4.0 untuk mengintegrasikannya lebih mendalam pada implementation kehidupan sehari-hari para mahasiswa," ujarnya seusai membuka kegiatan Mokaku UPI di Gedung Achmad Sanusi, Jalan Setiabudi, Kota Bandung, Jumat (27/8/2021).
Solehuddin mengatakan, manifestasi dari paradigma Revolusi Industri 4.0 fokus pada penerapan teknologi yang muncul untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan kinerja serta produktivitas.
Sementara Society 5.0 berusaha mengimbangi penekanan komersial dengan menerapkan teknologi canggih secara kuantitatif meningkatkan kehidupan individu dan memberi manfaat bagi masyarakat secara keseluruhan.
"Pendek kata, Revolusi Industri 4.0 fokus pada penciptaan smart factory, sedangkan Society 5.0 terarah pada penciptaan super smart society,” ucapnya.
Dalam konteks ini, tantangan terbesar pun akan muncul.
Pasalnya, kunci utama memasuki era super smart society adalah manusia harus memiliki kepercayaan diri (karakter) dan kapasitas nalar (ilmiah-kreatif).