Kisah Kuli Panggul Stasiun Jatibarang, Bersyukur Dapat Rp 30 Ribu Sehari, Setia Tunggu Penumpang
Pembatasan mobilitas di tengah pandemi dinilai memberatkan bagi pekerja informal, salah satunya yang dirasakan Madi, porter Stasiun Jatibarang
Penulis: Handhika Rahman | Editor: Mega Nugraha
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Handhika Rahman
TRIBUNJABAR.ID, INDRAMAYU - Pembatasan mobilitas di tengah pandemi dinilai memberatkan bagi pekerja informal, salah satunya yang dirasakan Madi warga Desa Jatibarang Baru, Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Indramayu.
Pria berusia 42 tahun itu adalah seorang pramuantar atau porter atau kuli panggul di Stasiun Jatibarang. Madi menceritakan, pembatasan mobilitas ini membuat penghasilannya merosot tajam.
Dari semula sebelum pandemi bisa mengantongi uang sebesar Rp 200 ribu per hari, kini dapat Rp 30 ribu saja sudah untung.
"Mau bagaimana lagi, penumpangnya tidak ada gara-gara pandemi," ujar dia saat menunggu penumpang yang hendak memakai jasanya di Stasiun Jatibarang, Selasa (24/8/2021).
Madi mengatakan, suasana stasiun yang biasa ramai, sudah tidak lagi terlihat sejak diberlakukannya PPKM oleh pemerintah. Hanya ada beberapa saja penumpang yang tampak hilir mudik.
Sejumlah persyaratan yang diberlakukan bagi para penumpang kereta api pun, dinilai Madi menjadi penyebab sepinya stasiun.
Hal ini berdampak pula pada jumlah porter kuli panggul di Stasiun Jatibarang semakin sedikit, sekarang hanya tersisa 10 orang.
Baca juga: Aplikasi PeduliLindungi Jadi Syarat Perjalanan Semua Moda Transportasi Mulai 28 Agustus
Jumlah itu pun tidak semuanya aktif, sebagian ada yang mencari pekerjaan lain yang lebih menjanjikan untuk bertahan di masa pandemi sekarang.
Madi sempat berfikir ingin cari pekerjaan lain. Hanya saja, ia sudah terlanjur nyaman bekerja sebagai porter.
Di Stasiun Jatibarang, Madi tercatat sudah bekerja selama 6 tahun. Walau sepi penumpang, ayah dari dua anak itu tetap setia menunggu penumpang yang meminta bantuan jasanya untuk mengangkut barang bawaan di kursi tunggu stasiun.
Setiap harinya, Madi menunggu dari pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 20.00 WIB. Dengan harapan, ada sedikit rezeki yang bisa ia dibawa pulang untuk keluarga.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Madi memanfaatkan waktu dengan menjadi buruh serabutan. Pekerjaan apapun ia lakukan demi menghidupi keluarga.
Di sisi lain, Madi menyampaikan rasa syukur dengan rasa solidaritas yang ditunjukan oleh sesama porter di Stasiun Jatibarang.
Para Porter di Stasiun Jatibarang sepakat, untuk saling berbagi job panggul bilamana ada penumpang yang meminta bantuan.
Baca juga: Di Tengah Gelap, Penyandang Tunanetra di Indramayu Ini baca Al Quran Braille dengan Sangat Merdu