Begini Cara Pengrajin Sapu Ijuk Asal Purwakarta Tetap Bertahan Saat Pandemi Covid-19

Meski sempat tak produksi namun pengrajin sapu ijuk asal Purwakarta ini masih tetap bertahan di tengah pandemi Covid-19

Penulis: Dwiky Maulana Vellayati | Editor: Siti Fatimah
Warga Kampung Sukaresmi, Desa Sindangpakuon, Kecamatan Bojong, Kabupaten Purwakarta saat mengerjakan kerajinan tangan sapu ijuk, Sabtu (7/8/2021). 

TRIBUNJABAR.ID, PURWAKARTA - Sebuah kampung yang berada di Kabupaten Purwakarta, terdapat sebagian dari masyarakatnya sebagai salah satu sentra pengrajin sapu ijuk.

Kampung tersebut yaitu Kampung Sukaresmi, Desa Sindangpakuon, Kecamatan Bojong, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.

Tercatat 20 masyarakat yang berada di Kampung Sukaresmi tersebut berprofesi sebagai pengrajin sapu ijuk.

Baca juga: Pengrajin Tahu Tempe di Jabar Sempat Mogok Operasi, Pemerintah Pastikan Harga Kedelai Aman

Salah satu pengrajin sapu ijuk yang berada di Kampung Sukaresmi, Agus Maulana (42) contohnya yang mengaku dalam setiap hari memproduksi sapu ijuk 40-60 sapu, itupun tergantung pesanan.

Agus yang sudah menggeluti profesi sebagai pengrajin sapu ijuk sejak tahun 2000 tersebut dibantu sang istri dan dua pegawai lainnya.

"Saya menggeluti kerajinan tangan ini sejak 2000. Dalam satu hari, mampunya paling banyak membuat 60 buah sapu," kata Agus, Sabtu (7/8/2021).

Hasil kerajinan buah tangan Agus tersebut sebagian besar dikirim ke pasar-pasar di berada di Purwakarta maupun ke luar kota, misalnya seperti ke Karawang, Subang dan Bandung.

Baca juga: Himpunan Pengrajin Tahu Tempe Sweeping Pasar Cikurubuk Kota Tasik, Pantau Aksi Mogok Produksi

"Karena soal kualitas sapu ijuk saya ini bisa bersaing dengan sapu ijuk yang berasal dari daerah lain," ujarnya.

Agus menjelaskan pada teknis pengolahannya pun tidak sesulit yang dibayangkan. Ijuk yang telah diperoleh disortir kemudian dipotong sesuai kebutuhan lalu masuk ke teknis penyisiran untuk merapihkan ijuk itu sendiri menggunakan besi runcing.

Setelah itu, ijuk ditumpuk beberapa lembar kemudian digulungkan ke batang sapu yang terbuat dari bambu atau rotan lalu diikat. Kemudian di bagian atas ijuk dianyam untuk memperkuat kerapatan terhadap batang sapu.

"Perbedaan dari dua produk itu hanya dari teknis penganyaman. Untuk produski sapu ijuk ini tidak semua orang biasa, harus memiliki keahlian khusus," ucap Agus.

Baca juga: Kunjungi Pengrajin Payung Geulis, Mensos Risma Ingatkan Hal Ini Agar Tetap Eksis Di Tengah Pandemi

Menurut Agus, sapu ijuk yang ia produksi memiliki dua dua pilihan jelas untuk harga sendiri berbeda-beda daru sapu ijuk yang berbahan batang rotan dihargai Rp.15 ribu rupiah hingga Rp. 20 ribu rupiah dan sapu ijuk menggunakan batang bambu seharga Rp 7 ribu rupiah hingga Rp.10 ribu rupiah untuk harga eceran.

"Waktu ada Covid-19 itu kan terhambat juga, jalan ditutup. Ini juga baru mulai lagi produksi setelah 5 bulan berhenti akibat Pandemi Covid-19," tuturnya.

Agus menambahkan di tengah kondisi sulit yang dirasakannya, kini ada harapan untuk bisa mengembalikan roda usahanya.

Ia mengaku, saat ini mulai datang pesanan sapu dari sejumlah warga.

Dia berharap bisnis yang dijalaninya bisa kembali pulih agar roda perekonomian dirinya kembali membaik.

"Yah semoga sekarang bisa tumbuh lagi, kalau tidak ada yang membeli bisa-bisa merumahkan pekerja," tambah Agus.

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved