Kiper AC Milan Mike Maignan Mulai Dapatkan Efek Positif Dilatih Dida, Apa Itu?
Ini yang bisa dipelajari oleh Mike Maignan, dan keputusan tepat AC Milan untuk meminta Dida turun gunung menjadi pelatih kiper.
TRIBUNJABAR.ID, MILAN - Final Liga Champions 2005 menjadi kenangan pahit bagi AC Milan.
Mereka harus menelan pil pahit kalah adu penalti dari Liverpool setelah unggul 3-0 di babak pertama.
AC Milan kalah adu penalti setelah sepakan Andriy Shevchenko dibendung dengan apik oleh kiper Liverpool Jerzy Dudek.
Jika dalam adu penalti, pahlawan dan kambing hitam hanya sebuah batas tipis, maka Nelson Dida adalah gabungan keduanya di laga tersebut.
Nelson Dida tampil prima dalam 120 menit laga, meskipun kebobolan tiga gol.
Di babak adu penalti, Dida bahkan sukses menepis sepakan John Arne Riise.
Tetapi, kegagalannya mengantisipasi sepakan Vladimir Smicer mungkin menjadi salah satu alasan kenapa Milan gagal menjadi juara.
Setelah pensiun menjadi pemain, Dida kini kembali ke AC Milan.
Dan kiper utama AC Milan musim ini, Mike Maignan tentu merasakan tekanan besar.

Nelson Dida adalah nama besar di bawah mistar, baik di Milan dan Brasil.
Di AC Milan, posisinya tidak tergantikan, ketika mencapai puncak penampilannya, tidak ada yang bisa menjebol gawangnya.
Sedangkan bersama Brasil, Dida adalah kiper kulit hitam pertama bagi Brasil sejak Moacir Barbosa final Piala Dunia 1950.
Dan Brasil sangat antipati kepada penjaga gawang kulit hitam, sebelum Dida mengubah stigma itu.
Bergabungnya Nelson Dida ke AC Milan tentu menjadi berkah bagi kiper Rossonerri, terutama Mike Maignan.
Menjadi runner-up musim lalu, Milan tentu menginginkan pencapaian yang lebih baik atau setidaknya menyamai.