Cara Memahami Hasil PCR Swab Tes Berdasarkan CT Value, Sudah Sembuh atau Masih ada Covid-19
Saat ini banyak orang melakukan tes PCR swab tes untuk memastikan dirinya tidak terpapar Covid-19. Lantas, bagaimana menyikapi hasil PCR swab tes?
TRIBUNJABAR.ID,BANDUNG - Saat ini banyak orang melakukan PCR swab tes untuk memastikan dirinya tidak terpapar Covid-19.
PCR swab tes disebut-sebut paling akurat untuk mendeteksi virus korona di dalam tubuh. PCR swab tes biasanya selesai dalam waktu tidak lebih dari 4 hari.
Setelah menerima hasil PCR swab tes, akan menunjukan sejauh mana keterpaparan tubuh oleh virus corona.
Lazimnya, PCR swab tes menunjukan CT value atau cycle threshold. Di media sosial, ramai disebutkan angka ambang batas CT value.
Misalnya, CT value 0-11 artinya invalid. CT value 12-20 virus sedang banyak. CT value 21-30 fase penyembuhan dan CT value 31-40 dinyatakan sembuh.
Adapun tiap laboratorium memikili ambang batas sendiri terkait CT value. Laboratorium klinik Medilab misalnya, dalam hasil tes yang dikeluarkannya pada pasien, menerapkan ambang batas CT value 35. Kurang dari 35 berarti positif dan lebih dari 35 negatif.
Baca juga: Obat Covid-19 Ivermectin Diklaim Sukses di India, Obat Cacing itu Sedang Uji Klinik di Indonesia
Laboratorium RSUD Al Ihsan di Kabupaten Bandung, mengeluarkan hasil PCR swab tes dengan ambang batas CT value 37.
Laboratorium Lab Klinik Kimia Farma, dalam hasil swab tes PCR menetapkan CT value 40.
Lantas, bagaimana menyikapi hasil PCR swab tes?
dr Tonang Dwi Ardyanto, Ph.D, ahli patologi klinis dari RSA UNS Surakarta menerangkan angka CT merupakan salah satu indikator yang digunakan dokter untuk mengetahui bagaimana kondisi seorang pasien Covid-19.
"CT value menunjukkan estimasi jumlah virus di dalam sampel. Kalau cara ambil sampelnya tepat, berarti juga menggambarkan jumlah virus di tempat dilakukannya swab," kata Tonang, dikutip dari Kompas.com, Selasa (29/6/2021).
Namun, dia memastikan bahwa jumlah virus yang dideteksi lewat PCR tidak selalu menunjukan tingkat gejala.
"Jumlah virus dalam tempat swab tidak selalu sesuai dengan derajat gejala atau penyakit covid-nya. Ada yang CT value rendah, jumlah virus tinggi, tapi gejalanya ringan. Sebaliknya, ada yang CT value relatif tinggi, jumlah virus diduga rendah, tapi gejalanya justru lebih berat," ungkap Tonang.
Hal itu terbukti dengan perbandingan pasien Covid-19 berusia lanjut, berininsial Si (61) di Kabupaten Bandung dengan penyakit penyerta darah tinggi. Hasil swabnya menunjukan CT value 22 dan gejala dirasa berat.
Lalu ada pasien Mi (29) dengan CT value 23 tanpa ada penyakit penyerta, gejala yang dialami terasa ringan.
"Maka nilai CT value saja, tidak bisa dijadikan patokan," lanjut dia.
Karenanya, angka CT yang dicantumkan pada hasil tes PCR tidak bisa dibaca sebagai suatu parameter tunggal untuk mengetahui kondisi keseluruhan pasien.
Baca juga: Kebutuhan Oksigen di Subang Naik 300 Persen, RSUD Nyatakan Ketersediaan Oksigen di Angka Kritis
Tonang menyebutkan, informasi nilai CT ini hanya akan digunakan oleh dokter yang merawat sebagai informasi tambahan untuk membuat keputusan terkait kondisi pasien dan penanganan seperti apa yang selanjutnya harus diberikan.
Terkait tafsiran angka CT seperti yang tersebar di media sosial, Tonang menyatakan tidak sepenuhnya benar.
"Tidak (sepenuhnya benar). Pasien itu sosok tubuh lengkap. Bukan sekadar angka CT value. Maka penilaian terhadap kondisi pasien harus komprehensif," ujar dia.
Ia menyebut perlu pengujian lebih lanjut soal kemampuan tes PCR bisa membaca virus masih aktif atau sudah mati.
"PCR itu menemukan tubuh virus. Soal apakah masih hidup atau mati, diketahui dari kultur. Untuk kultur butuh laboratorium canggih, aman, alat lengkap, dan waktu relatif lama. Tidak mungkin banyak pasien harus semua menjalani kultur," kata Tonang.
Tonang meminta agar semua pihak lebih baik menerapkan prinsip yang paling aman, yakni memberlakukan hasil PCR, berapa pun nilai CT-nya, sebagai suatu kondisi di mana virus masih ada, masih bisa menular, dan perlu untuk diwaspadai.
"Itu langkah yang rasional dan waspada. Jangan ambil risiko dan spekulasi tanpa keputusan dari ahlinya," ujar Tonang.