Virus Corona Ternyata Pernah Mewabah 20 Ribu Tahun Lalu di Asia Timur, Ini Hasil Penelitiannya

Studi tersebut menemukan bahwa wabah itu meninggalkan jejak dalam susunan genetik orang-orang dari Asia Timur

Editor: Ravianto
capture https://covid19.who.int/
Peta sebaran kasus positif Covid-19 di dunia. Semakin gelap warnanya, semakin tinggi kasus positif Covid-19 di wilayah tersebut. 

Terkait penelitian yang diterbitkan dalam jurnal 'Current Biology', tim menganalisis genom lebih dari 2.500 manusia modern dari 26 populasi di seluruh dunia, untuk memahami bagaimana manusia beradaptasi dengan sejarah wabah virus corona.

Tim peneliti pun menemukan peran jenis protein tertentu yang dikenal sebagai VIP (protein yang berinteraksi dengan virus), protein ini merupakan bagian dari 'mesin seluler' yang berinteraksi dengan virus yang masuk ke dalam tubuh.

Dalam jutaan tahun evolusi manusia, seleksi alam telah menyebabkan terjadinya fiksasi varian gen yang mengkode protein yang berinteraksi dengan virus (VIP) pada tiga kali tingkat yang diamati untuk kelas gen lainnya.

Dalam studi tersebut, peneliti menemukan tanda-tanda adaptasi pada 42 gen manusia berbeda yang mengkode VIP.

Baca juga: Batuk dan Demam adalah Gejala Paling Umum Anak Terpapar Covid-19, Penderita Asma Berisiko Tinggi

"Kami menemukan sinyal VIP di lima populasi dari Asia Timur dan menemukan nenek moyang orang Asia Timur modern pertama kali terpapar virus corona lebih dari 20.000 tahun yang lalu," kata Penulis utama penelitian tersebut, Dr Yassine Souilmi, dari Fakultas Ilmu Biologi University of Adelaide.

Selain itu tim peneliti juga menemukan 42 VIP, terutama yang aktif pada paru-paru, jaringan yang paling terpengaruh oleh virus corona.

"Dan mengkonfirmasi bahwa 42 VIP ini berinteraksi langsung dengan virus yang mendasari pandemi saat ini," jelas Souilmi.

Studi ini membantu mendapatkan pemahaman tentang bagaimana genom dari populasi manusia yang berbeda, bisa beradaptasi dengan virus yang baru-baru ini diakui sebagai pendorong signifikan evolusi manusia.

Ini juga dapat mendorong identifikasi virus yang telah menyebabkan epidemi di masa lalu.

"Ini, pada prinsipnya, memungkinkan kami untuk menyusun daftar virus yang berpotensi berbahaya dan kemudian mengembangkan diagnostik, vaksin, dan obat-obatan untuk mengantisipasi kembalinya virus tersebut," jelas Alexandrov.

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved