Rumah Sakit Penuh, Ini Yang Bisa Dilakukan Agar Tidak Terulang Pasien Covid-19 Meninggal saat Isoman

Dalam sepekan terakhir, sering terjadi kasus pasien Covid-19 bergejala meninggal saat isolasi mandiri di rumah. Hal ini yang harus dilakukan pasien.

Editor: Mega Nugraha
Tribun Jabar/ Muhamad Syarif Abdussalam
Ruang karantina atau isolasi mandiri bagi pemudik yang lolos penyekatan di Jawa Barat terus bertambah. 

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG- Dalam sepekan terakhir, sering terjadi kasus pasien Covid-19 bergejala meninggal saat isolasi mandiri. Kasus itu tidak lepas dari kondisi rumah sakit penuh.

Di Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat, seorang pasien Covid-19 meninggal saat isolasi mandiri dengan kondisi bergejala. Dia tidak bisa dirawat di rumah sakit karena ruang perawatan yang penuh.

Kematiannya viral karena anggota keluarga terpaksa menguburkan sendiri pasien Covid-19 tersebut.

Di Kabupaten Sleman, dikutip dari Tribun Jogja, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Sleman, Makwan menyebut ada 20 pasien Covid-19 meninggal saat isolasi mandiri di rumah.

Diduga, pasien Covid-19 yang meninggal saat isoman di rumah itu disertai sesak nafas.

Bagi pasien Covid-19 bergejala, tidak bisa dirawat di rumah sakit karena penuh, bisa menyimak pengalaman keluarga pasien Covid-19 di Kabupaten Bandung, Nissa (30). Orangtuanya, divonis positif Covid-19.

Nissa menganjurkan penderita Covid-19 memiliki persediaan oksigen. Hal itu berangkat dari pengalamannya pada suatu malam, orangtuanya itu mendadak sesak nafas.

"Saya langsung bawa ke RSUD Al Ihsan karena di rumah tidak ada oksigen," ucap Nissa, saat ditemui di RSUD Al Ihsan, belum lama ini.

Saat dibawa ke RSUD Al Ihsan, orangtuanya hanya mendapat perawatan pemberian oksigen selama beberapa jam.

"Setelah itu kembali pulih dan diminta isolasi mandiri karena kondisi orangtua saya kata dokter masih bagus. Kalaupun dirawat, kamarnya penuh, harus nunggu. Selain itu, sama dokter diminta persediaan oksigen," ucap Nissa.

Setelah itu, dia langsung bergegas mencari oksigen di sejumlah apotik ternama.

Ada beberapa pilihan oksigen yang bisa didapati warga. Mulai dari oksigen di tabung kecil hingga tabung besar. Untuk tabung kecil, ada oksigen Oxycan. Di pasaran harganya sekira Rp 50 ribu higga Rp 70 ribu.

"Tapi sekarang sangat jarang di apotik-apotik. Sudah susah. Saya terpaksa beli tabung oksigen besar," kata Nissa.

Pemantauan Tribun di sejumlah apotik, tabung oksigen kecil Oxycan memang sudah susah di dapat. Kecuali jika dicari di situs penjualan online.

Adapun di sejumlah apotik, oksigen yang masih tersedia meski jarang itu oksigen tabung setinggi 1 meter dengan rata-rata harga Rp 1.1 juta hingga Rp 1,4 juta termasuk dengan regulator.

Tabung oksigen jadi alat medis yang wajib dimiliki penderita Covid-19. Oksigen yang biasanya dikemas dalam tabung berbagai ukuran itu jadi alat penting bagi pasien Covid-19.

Hal itu untuk menangani situasi jika pasien Covid-19 mendadak sesak nafas, sebagai bagian dari gejala penderita tertular virus korona.

Selain itu, Nissa juga menganjurkan agar penderita Covid-19 menyimpan Oxymeter. 2. Oxymeter

Selain tabung oksigen, alat medis wajib dimiliki pasien Covid-19 yakni oxymeter.

Penggunaan alat ini yakni dengan memasukan telunjuk tangan ke lubang Oxymeter kemudian dijepitkan. Oxymeter akan mendeteksi seberapa besar suplai oksigen ke dalam darah.

Alat ini bisa didapat di pasaran dengan harga variatif. Alat ini berfungsi untuk mengetahui kadar oksigen yang masuk ke dalam darah hingga ke otak.

Jika suplai oksigen ke dalam darah sedikit, maka si pasien akan mengalami sesak nafas hingga sakit kepala.

Menurut penelitian medis, ukuran suplai oksigen ke dalam darah untuk kondisi normal nilainya mencapai 95 - 100 persen. Kondisinya tidak normal jika di bawah 95 persen.

Kondisi itu bisa dipengaruhi jika sedang olahraga hingga di daerah ketinggian yang oksigennya terbatas. Jika suplai oksigen ke dalam darah nilainya di bawah 90 persen, penelitian medis menyebutkan itu sudah berbahaya.

"Bapak saya saturasi oksigen berdasarkan penguran Oxymeter sebelum dibawa ke rumah sakit mencapai 84 persen, makanya sesak. Setelah diberi oksigen kembali normal," kata Nissa.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved