Harga Kedelai Naik
Operasi Pasar Tak Mempan Tekan Harga Kedelai, Produksi Tahu Tempe Jangan Terhenti
Menurut Ridwan Kamil, para perajin tahu dan tempe di Jawa Barat jangan sampai berhenti berproduksi karena kenaikan harga kacang kedelai.
Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Hermawan Aksan
Laporan Wartawan Tribun Jabar Muhamad Syarif Abdussalam
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan telah berkoordinasi dengan sejumlah kementerian dan Bulog untuk menjamin ketersediaan kacang kedelai sebagai bahan baku produksi tahu dan tempe di Jawa Barat.
Menurut Ridwan Kamil, para perajin tahu dan tempe di Jawa Barat jangan sampai berhenti berproduksi karena kenaikan harga kacang kedelai.
"Ini teh sudah saya antisipasi dan diskusikan dengan Kementerian Pertanian, memang secara geografis kita tidak cocok menanam hal-hal seperi itu secara maksimal ya," katanya di Kantor DPRD Jabar, Jumat (28/5/2021).
Baca juga: Harga Kedelai Meroket, Ukuran Tahu Bulat di Ciamis Terpaksa Mengecil Agar Harga Jual Tetap Sama
Koordinasi ini dilakukan, kata Gubernur, untuk menjaga kestabilan harga kedelai di pasaran sehingga produsen tahu dan tempe bisa membeli kedelai untuk produksinya dengan harga terjangkau.
"Jadi, yang penting keterjaminan dari Bulog, dari Kementan. Harga di lapangan harus selalu terjangkau karena kasihan tukang tahu di mana-mana kalau begini," katanya.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat pun terus berkoordinasi dengan sejumlah pihak mengantisipsi penghentian produksi tempe tahu oleh produsen akibat tingginya harga kedelai impor.
Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat Eem Sujaemah mengatakan, sejak Januari 2021 Disperindag bersama Satgas Pangan, Dinas Ketahan Pangan dan Peternakan, serta Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) menggelar operasi pasar sesuai arahan Kementerian Perdagangan dan Badan Ketahan Pangan Kementerian Pertanian.
Namun operasi pasar ternyata tidak menutupi kebutuhan yang terus meningkat, sementara pasokan kedelai impor semakin susut.
“Berdasarkan keterangan Kementerian Perdagangan, importir lagi susah, Amerika sebagai eksportir lagi banyak permintaan. Kedelai di kita ada, tidak langka, tapi harganya mencapai Rp 10.500-Rp10.700 per kilogram,” katanya di Bandung, Jumat (28/5/2021).
Menurut Eem, kedelai berbeda dengan komoditas lain mengingat masih mengandalkan impor.
Masalah ini terjadi tidak hanya di Jabar, tapi di seluruh Indonesia.
Disperindag, ujarnya, masih menunggu arahan dan kebijakan teknis dari Kementerian Perdagangan dan Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian terkait solusi agar kedelai tidak mahal.
Pihaknya juga memastikan bahwa dari informasi yang didapat dari Gakoptindo, tidak ada perintah agar produsen tempe dan tahu melakukan mogok produksi.
“Mungkin ada yang mogok, tapi tidak semuanya, pemerintah tidak tinggal diam kok,” tuturnya.
Ia juga mengatakan, salah satu solusi dari Gakoptindo bagi para produsen adalah produsen tidak mogok produksi dan disarankan untuk menaikkan harga jual maksimal 30 persen.
“Kalau tahu tempe naik 30 persen, itu tidak akan jadi masalah, secara organisasi Gakoptindo tidak menyarankan libur produksi, kalau dia mogok implikasinya malah akan lebih banyak,” tutur Eem.
Eem mengakui, pilihan menaikkan harga produksi menjadi solusi jangka pendek yang bisa ditempuh oleh para produsen ketimbang mogok produksi. Hal itu sembari menunggu kebijakan lebih lanjut dari Kementerian Perdagangan. (*)