Ridwan Kamil: Netizen Indonesia Paling Tidak Ramah se-ASEAN, Suka Bikin Komentar Julid
"Kita tersurvei sebagai netizen paling tidak ramah di ASEAN. Itu menunjukkan mental kita dan ketepatan teknologi tidak imbang," kata Ridwan Kamil
Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Tarsisius Sutomonaio
Laporan Wartawan TribunJabar.id, Muhamad Syarif Abdussalam
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG- Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan pemerintah masih memiliki tugas untuk meningkatkan kemampuan literasi digital masyarakat.
Hal ini di antaranya dipicu oleh survei yang menyatakan pengguna teknologi digital atau internet di Indonesia adalah yang paling tidak ramah di Asia Tenggara.
"Mental dari pengguna internet menjadi sorotan. Kita tersurvei sebagai netizen paling tidak ramah di ASEAN. Itu menunjukkan mental kita dan ketepatan teknologi tidak imbang," kata Ridwan Kamil seusai kegiatan Launching Indonesia Cakap Digital di Kota Bandung, Kamis (20/5/2021).
Padahal selama ini, katanya, orang Indonesia terkenal sangat ramah kepada siapa pun. Namun kenyataannya di media sosial contohnya, kata Ridwan Kamil, masih banyak pengguna internet yang berlaku tidak ramah dengan mengeluarkan komentar-komentar julid.
Sebagian netizen Indonesia, katanya, bahkan memiliki akun palsu untuk bebas berkomentar dengan kasar. Namun dalam kehidupan nyata, masih bisa ramah saat berkomunikasi.
Karenanya, kata Ridwan Kamil, sistem pendidikan pun harus membuat peserta didiknya ramah dan sopan saat berselancar di dunia maya.
Baca juga: Trending YouTubeDOWN, Ternyata YouTube Sempat Tumbang, Netizen Sulit Nonton Video, Ini Penjelasannya
"Kami dari sisi pemerintah fokus ke daerah yang jauh dari digital, yakni pedesaan. Jadi desa digital di Jabar mendapatkan empat penghargaan dari dalam dan luar negeri karena berhasil mengubah masyarakat yang jauh dari kesejahteraan," katanya.
Di sisi lain, katanya, masterplan Digital West Java tidak melulu tentang e-goverment, tapi lebih mengedukasi kepada masyarakat dan pembangunan infrastruktur digital.
"Digital di Jabar yang terbaik, sementara ranking dua setelah Jakarta karena kita memiliki desa. Saya meyakini di masa jabatan saya, desa digital akan menjadi terobosan," katanya.
Pemerintah DaerahProvinsi Jawa Barat, katanya, intens mengembangkan ekosistem digital di perdesaan.
"Saya ingin mentransformasikan seluruh aspek kehidupan menjadi ekosistem digital meski tidak mudah dilakukan karena Jabar memiliki 5.312 desa. Jadi, saya gunakan digital inklusif," kata Kang Emil, sapaan Ridwan Kamil.
Pemda Provinsi Jabar telah meluncurkan Desa Digital. Desa Digital merupakan program pemberdayaan masyarakat melalui pemanfaatan teknologi digital dan internet dalam pengembangan potensi desa, pemasaran dan percepatan akses serta pelayanan informasi.
Baca juga: Siapa Ibu Baju Kuning yang Memaki Kurir? Sosoknya Dicari Netizen, Akun Instagram Sudah Ditemukan?
Nantinya, seluruh pelayanan publik di desa akan didigitalisasi, koneksi internet akan dibenahi, command center dibangun, dan masyarakat desa dapat memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan sekaligus mengenalkan produk unggulan di wilayahnya.
Sejak diluncurkan pada 10 Desember 2018, kata Kang Emil, Pemda Provinsi Jabar sudah memasang wifi di desa-desa blank spot atau desa tidak memiliki koneksi internet sama sekali.
“Kami mengubah cara berbisnis di desa dengan membuat Command Center di rural area. Ini merupakan salah satu cara saya dalam meningkatkan kemampuan warga untuk memanfaatkan koneksi digital. Ada komputer yang terhubung ke e-commerce untuk belanja maupun berjualan,” ucap Kang Emil.
Sebelumnya, Desa Digital mendapatkan penghargaan bergengsi di tingkat internasional. Desa Digital terpilih sebagai Digital Equity and Accessibility dalam ajang IDC Smart City Asia/Pacific Awards 2020.
Desa Digital mendapat penghargaan tersebut karena dinilai mampu memberdayakan masyarakat dan meningkatkan aksesibilitas informasi melalui pemanfaatan teknologi digital dan internet.
Baca juga: Viral Video Gotong Royong Warga Mengangkat Fondasi Masjid Terapung, Bikin Warganet Haru dan Bangga
Selain itu, Pemda Provinsi Jabar mengembangkan aplikasi Sapa Warga. Sapa Warga dikembangkan untuk memangkas jarak komunikasi masyarakat dengan pemerintah. Hingga kini sudah 40.000 Ketua RW mengakses Sapa Warga.
“Kami pun mempunyai aplikasi untuk masyarakat agar bisa berkomunikasi dengan pemerintah, dan akan kami bagikan sekitar 50 ribu gadget sebagai alat penunjang,” ucap Kang Emil.
Menurut Kang Emil, di sektor perikanan, ribuan kolam sudah menggunakan teknologi smart auto feeder. Lewat teknologi itu, memberi pakan ikan bisa menggunakan gawai. Hal tersebut membuat panen bisa naik dari dua menjadi empat kali dalam setahun.
Selain itu, sejumlah desa sudah mulai memasarkan hasil pertanian melalui e-commerce. Hal itu menguntungkan petani dan konsumen, karena alur distribusi yang kerap melambungkan harga, dapat dipangkas.
“Itu semua, sangat COVID-19 friendly. Bisa dilakukan di rumah tidak perlu keluar tapi tetap mendapat pemasukan. Selama COVID-19, desa sudah terbiasa dengan sistem digital. Jadi saya ingin terus meningkatkan ekonomi perdesaan,” katanya.