Kasus Sate Beracun

Pengakuan Ayah Gadis "Sate Beracun", NA Tak Pernah Cerita Soal Asmara, Termasuk dengan Polisi

NA (25), warga asal Desa Buniwangi, Kecamatan Palasah, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, kini harus berurusan dengan polisi.

Penulis: Eki Yulianto | Editor: Hermawan Aksan
Tribun Jabar
Suasana rumah NA di Majalengka. NA terlibat dalam kasus sate beracun yang menewaskan anak pengemudi ojol di Bantul. 

Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto

TRIBUNJABAR, MAJALENGKA - NA (25), warga asal Desa Buniwangi, Kecamatan Palasah, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, kini harus berurusan dengan polisi.

Pasalnya, ia menjadi pelaku atas kematian anak pengemudi ojol di Bantul, Yogyakarta, setelah memakan sate beracun yang dikirimnya untuk seseorang.

Alih-alih diberikan ke sasaran yang tak lain mantan kekasihnya sebagai anggota polisi, makanan tersebut justru menjadi petaka bagi keluarga pengemudi ojol.

Baca juga: Jejak Digital Akun FB yang Diduga Milik Pelaku Sate Beracun, Ada Foto Wanita Berpose dengan Sate

Baca juga: Perjalanan Kasus Sate Lontong Beracun di Bantul, Pelakunya Perempuan Majalengka, Ini Awal Mulanya

NA pun kini terancam hukuman mati atau maksimal 20 tahun penjara.

Saat ditemui di Dusun Sukaasih, Desa Buniwangi, Kecamatan Palasah, Kabupaten Majalengka, ayah NA, Maman (45), mengatakan bahwa anaknya memang masih berstatus gadis.

Maman tidak mengetahui perkara asmaranya selama ini, terutama dengan polisi yang disebut-sebut menjadi sasaran pengiriman sate beracun tersebut.

"Belum berkeluarga, masih sendiri. Masih gadis keneh," ujar Maman saat berbincang dengan Tribun, Selasa (4/5/2021).

Selain keluarganya tidak mengetahui kisah asmara yang sedang dijalani anaknya, NA dianggap merupakan sosok gadis yang tertutup.

Foto Akun Facebook yang diduga milik pelaku kasus sate beracun di Bantul, Yogyakarta
Foto Akun Facebook yang diduga milik pelaku kasus sate beracun di Bantul, Yogyakarta (Tangkapan ayar Faceb)

Jarang ayahnya atau anggota keluarga lainnya mendapat curahan hati ketika berada di rumah.

"Tidak (cerita cinta dengan polisi), orangnya pendiam soalnya. Kalau di rumah diam saja, di rumah paling 3 hari terus berangkat lagi ke Yogyakarta," ucapnya.

Ia pun kembali menyebut bahwa komunikasi terakhir dengan NA terjadi saat menjelang bulan puasa.

Saat itu, anaknya pulang selama tiga hari.

"Rencananya, Lebaran tuh mau pulang lagi, tapi kemarin saya lihat berita justru anak saya tersandung kasus. Kaget dan masih tidak menyangka sampai sekarang," jelas dia.

NA diringkus di kediamannya, Potorono, Banguntapan, Bantul, DIY, pada Jumat (30/4/2021) karena diduga terlibat dalam kasus kematian Naba Faiz, Minggu (24/4/2021).

Naba Faiz, warga Salakan, Bangunharjo, Sewon, Bantul, DIY, meninggal dunia setelah mengonsumsi sate beserta bumbu yang dibawa oleh ayahnya, Bandiman, Minggu (25/4/2021).

Sang ayah, yang berprofesi sebagai pengemudi ojol, memperoleh makanan tersebut dari seseorang bernama Tomi di Kasihan, Bantul, yang menolak kiriman sate bumbu tersebut.

Tomi, yang berada di luar kota, meminta agar sate tersebut diberikan kepada Bandiman melalui istrinya yang sedang di rumah.

Bandiman sendiri sebelumnya diminta mengirimkan paket itu dari seorang perempuan tak dikenal yang ditemuinya di salah satu masjid sekitaran Stadion Mandala Krida, Semaki, Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Minggu.

Si perempuan memesan jasa pengiriman secara manual atau tanpa melalui aplikasi.

Perempuan misterius tersebut juga sempat menyampaikan kepada Bandiman bahwa paket itu berisi makanan takjil.

Sosok pengirimnya, menurut sang perempuan, adalah "Hamid dari Pakualaman". (*)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved