Gaji Cuma Rp 300 Ribu, Guru Honorer Ini Terpaksa Mengajar di Perahu, Dibayangi Sergapan Buaya

Siti Saroyah, seorang guru honorer yang hanya digaji Rp 300 ribu sebulan terpaksa mengajar di perahu meski dibayangi sergapan buaya

Penulis: M RIZAL JALALUDIN | Editor: Siti Fatimah
istimewa
Belajar luring di perahu- Siti Saroyah S.Pd, seorang guru di SMP 4 Cibitung, Dusun Ciloma, Desa/Kecamatan Cibitung, Kabupaten Sukabumi, karena kesulitan sinyal terpaksa menggelar kegiatan belajar luring di atas perahu di muara Cikaso karena tak ada pilihan tempat lain. 

TRIBUNJABAR.ID, SUKABUMI - Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) adalah hari nasional yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia untuk memperingati kelahiran Ki Hajar Dewantara, tokoh pelopor pendidikan di Indonesia dan pendiri lembaga pendidikan Taman Siswa.

Pada tahun ini, Hardiknas jatuh pada hari Minggu, 2 Mei 2021.

Adapun tema peringatan Hari Pendidikan Nasional 2021 adalah “Serentak Bergerak, Wujudkan Merdeka Belajar”.

Baca juga: Guru di Cisolok Sukabumi Punya Semangat untuk Sembuh dari Lumpuh Setelah Divaksin

Melihat tema tersebut, di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat nampaknya kemerdekaan belajar belum merata.

Pasalnya, di masa pembelajaran online saat pandemi Covid-19 tidak semua siswa di Sukabumi memiliki gadget atau HP android.

Salah satunya yang dialami oleh Siti Saroyah S.Pd, seorang guru di SMP 4 Cibitung, Dusun Ciloma, Desa/Kecamatan Cibitung, Kabupaten Sukabumi, harus memutar otak saat pembelajaran online, karena anak didiknya banyak yang tidak mempunyai HP dan susah sinyal.

Kendati demikian ia memilih belajar luring (luar jaringan) dengan mendatangi siswa.

Saat luring, ia harus menghadapi berbagai kesulitan, salah satunya dari akses menuju sekolah atau ke tempat luring.

"Untuk kesulitan akses ke Ciloma emang kesulitannya di transportasi, ketika jalan darat emang ada jalan darat tapi harus melewati hutan, jalan air kalau posisinya air naik gak bisa berangkat juga. Terus kemarin kendala gara-gara corona, pembelajaran tidak efektif apalagi kan ditutup, jadi hanya dua sampai 3 hari dalam seminggu, terus untuk semester dua sekarang juga sama, jadi kita harus ngasih soal ke tiap siswa," ujarnya via telepon, Minggu (2/5/2021).

Baca juga: Sosok Enco Pemeran Darman Preman Pensiun 5, Guru Bela Diri, Aslinya Tak Menyeramkan Seperti di PP

Belajar di Atas Perahu Dihantui Buaya

Karena kesulitan sinyal, ia bersama muridnya terpaksa belajar di atas perahu di muara Cikaso karena tak ada pilihan tempat lain.

Saat belajar di atas perahu di muara Cikaso, ia dan muridnya dibayang-bayangi dengan sergapan buaya muara.

Karena buaya itu kerap muncul ke permukaan air.

"Jadi kesusahannya sinyal, kalau khawatir (sergapan buaya, red) pasti ada karena tidak ada cara lain harus gimana, jadi kita kalau misalkan kemarin di sekolah gak bisa, jadi inisiatifnya itu di atas perahu. Kemarin kan kita pas belajar di atas perahu itu di Cikaso, kalau di Cikaso terlalu deket dengan jalan kemarin itu kan, takutnya tidak di perbolehkan juga. Jadi kemarin kita di atas perahu terus di pinggir sungai di bawah pohon," terangnya.

Belajar di atas perahu dipilih karena muridnya tak hanya berasal dari wilayah Cibitung, ada juga dari Kecamatan Tegalbuleud, sehingga tempat itu dipilihnya karena berada di tengah-tengah.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved