Apa Itu Internal Solitary Wave? Diduga Ada Kaitannya dengan Karamnya Kapal Selam KRI Nanggala-402

Ada istilah baru lagi setelah insiden karamnya kapal selam KRI Nanggala-402 di perairan utara Bali.

Editor: Giri
Satelit Aqua NASA saat melewati Indonesia, menangkap bukti adanya gelombang soliter internal atau internal solitary wave di area yang sama tempat kapal selam KRI Nanggala-402 karam. (Jeff Schmaltz/, MODIS Land Rapid Response Team, NASA GSFC via kompas.com) 

"Beberapa gelombang internal dapat memiliki amplitudo yang besar dan mereka dapat menggantikan kapal selam," kata Buijsman.

"Gelombang dihasilkan di atas topografi curam karena permukaan pasang," imbuhnya kepada NPR.

"Di Laut Cina Selatan, amplitudo gelombang internal bisa sekitar 100 meter (330 kaki)."

Perkiraan ahli luar

Dalam insiden KRI Nanggala-402, menurut para ahli, yang terjadi mungkin kebalikan dari apa yang terjadi dengan kapal selam Soviet di Selat Gibraltar pada 1980-an.

Alih-alih gelombang internal yang menyebabkan kapal selam itu meluncur ke permukaan, kapal selam KRI Nanggala-402 justru didorong jatuh lebih dalam daripada yang dirancang untuk beroperasi dengan aman.

Insiden kematian KRI Nanggala-402 masih dalam penyelidikan.

Seperti kita tahu, kapal selam bertenaga diesel buatan Jerman itu pecah menjadi tiga bagian di dasar laut pada kedalaman hampir 840 meter.

Gelombang internal hanya salah satu penjelasan yang mungkin paling masuk akal untuk insiden hancurnya kapal selam KRI Nanggala-402 sejauh ini.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Apa Itu Internal Solitary Wave, Faktor Alam Terkait KRI Nanggala-402?", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/sains/read/2021/05/02/100000123/apa-itu-internal-solitary-wave-faktor-alam-terkait-kri-nanggala-402?page=all#page2.

Sumber: Kompas
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved