VIDEO-Berburu Makanan Khas Daerah Kuningan ke Kampung Rengginang di Desa Sindangagung

TRIBUNJABAR.ID, KUNINGAN - Selain terkenal dengan daerah wisata di Jawa Barat, Kabupaten Kuningan juga memiliki ragam makanan khas daerah, untuk bisa dinikmati

warga berbagai daerah.

Berikut penelusuran Kampung Rengginang yang terletak di Desa / Kecamatan Sindangagung.

Teramati di lingkungan masyarakat sekitar, warga desa setempat mayoritas bergerak dalam Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), pembuatan Rengginang. Terlebih dalam

pembuatan makanan khas olahan daerah Kuningan ini memiliki banyak rasa yang tak kalah dengan jajanan kaum milineal saat ini.

Inah (41) sekaligus warga RT 03 RW 03 Dusun Kliwon ini mengklaim bahwa warga desanya ini terkenal sebagai 'Kampung Rengginang' dan ini merupakan usaha warga secara

turun temurun alias sejak jaman pra kemerdekaan. "Iya kami usaha bikin rengginang itu turun temurun," ujar Inah kepada wartawan saat ditemui di rumah produksi desa

setempat, Senin (5/4/2021).

Untuk pembuatan Rengginang, kata Inah, saat musim penghujan memang suka menjadi kendala dalam pembuatan.

Pasalnya, proses pembuatan Rengginang ini masih bersifat tradisional dan mengandalkan panas alam dari pancaran sinar matahari langsung.

"Saat ini kendalanya, jumlah produksi berkurang akibat musim hujan. Sebab dalam proses pembuatan itu harus dijemur saat panas, namun sekarang musim ya begini,"

ungkapnya.

Setiap hari, kata Inah, jumlah produksi rengginang tiap rumah itu tidak lebih dari 5 kilogram. "Iya, jadi disini tiap rumah minimal 5 kilogram dalam jumlah pembuatannya.

Kemudian untuk rasa, tentu berbeda antara satu rumah dengan rumah lain, dalam memproduksinya," kata Inah lagi.

Keuntungan dari produksi rengginang, kata Inah, moment liburan sekolah, munggahan saat mau melaksanakan ibadah puasa dan perayaaan Idul Fitri, tentu menjadi waktu

andalan dalam menjual rengginang dengan jumlah banyak. Tapi, musim penghujan saat ini jelas tidak mendukung dalam mengambil keuntungan lebih dari masa sebelumnya.

"Untuk harga perkilogram itu Rp 13 -15 ribu. Nah, untuk rame penjualan itu biasanya mau puasa, Idul Fitri dan liburan sekolah kaya begini," ujarnya.

Mengenai proses pembuatan, kata Inah, bahan bakunya, yakni beras ketan yang mendapat olahan mulai dari pencucian yang di kukus sesuai waktu yang dibutuhkan.

Kemudian masuk dalam pencetakan hingga proses penjemuran.

"Dari proses tadi, kendala hujan menjadi hambatan dan kita hanya produksi dengan jumlah kecil saja," ujarnya.

Ditempat sama, Anggota DPRD Kuningan, yakni Sri Laelasari mengatakan bahwa usaha pembuatan makanan khas seperti ini, menjadi perhatian pemerintah. Terutama dalam

tertib administrasi seputar perizinan produksi atau PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga).

"Bersyukur pada pelaku usaha demikian ini telah memiliki kelengkapan sah dalam berusaha. Sehingga legalitas usaha mereka ini bisa masuk ke toko modern dan bisa

mendongkrak peningkatan sektor ekonomi kerakyatan," ungkap Sri yang juga Anggota Fraksi Gerindra Bintang DPRD Kuningan.

Data diterima, kata Sri mengaku bahwa pelaku usaha di Kuningan memang belum semua memiliki legalitas produksi. "Layar belakang ini sudah menjadi tanggungjawab kami

dalam mengawal pelaku usaha dalam kebutuhan izin dan sebagainya," ungkapnya.

Menyinggung soal keberadaan di lingkungan setempat, Sri mengaku tengah melakukan pengawasan konstituen yang aktif dalam mengembangkan usaha kerakyatan di masa

sekarang. "Selain bentuk pengawasan sektor ekonomi, kami disini melihat warga dan fasilitas umum sebagai penunjang kegiatan warga disini. Ya, tadi ada beberapa catatan

masuk dari masyarakat untuk kami perjuangkan demi kesejahteraan mereka juga," ungkapnya. (*)

Penulis: Ahmad Ripai
Video Production: Uben