Makam Tati Saleh
Masih Ingat Tati Saleh? Makamnya Selalu Sepi, Beda dengan Kuburan Nike Ardilla yang Selalu Ramai
Kondisi makam Tati Saleh tidak jauh berbeda dengan puluhan makam lainnya di permakaman umum yang berada di pelosok gang sisi Sungai Cileueur, Ciamis.
Penulis: Andri M Dani | Editor: Hermawan Aksan
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Andri M Dani
TRIBUNJABAR.ID, CIAMIS – Masih ingat nama Tati Saleh? Pada masanya, tahun 1970-an dan 1980-an, Tati Saleh adalah seniman besar Sunda yang namanya tidak hanya termasyhur di Tatar Sunda.
Namanya juga harum di level nasional, bahkan internasional.
Namun, lihatlah, makamnya sekarang nyaris dilupakan orang.
Baca juga: Lagi Tayang, RCTI Live Streaming Pernikahan Atta Halilintar-Aurel, Ada Kursi Buat Jokowi dan Prabowo
Baca juga: Bacalah Sinopsis Ikatan Cinta 3 April 2021, Apakah Al dan Andin Akan Bongkar Keburukan Elsa?
Salah satu makam di dekat gerbang TPU Warung Asem I di Blok Asem, RT 01/RW 04, Lingkungan Kota Kulon, Kelurahan Ciamis, ditumbuhi rumput liar di sekelilingnya.
Di atas nisannya tertera nama jelas Rd Tati Hatidjah Saleh binti Abdullah Saleh. Lahir di Jakarta 24 Juli 1944. Meninggal di Bandung 09 Februari 2006.
Nyaris tidak ada pembeda yang nyata antara makam tersebut dengan makam-makam lainnya di TPU Warung Asem I itu.
Tentu beda halnya dengan kondisi makam Nike Ardilla yang berada di TPU Cidudu, Dusun Lebak Lipung, Desa Imbanagara, Ciamis.
Makam Nike Ardilla berada di bawah cungkup yang megah, dengan halaman yang luas, dan selalu terjaga kebersihannya karena ada yang merawatnya.
Mungkin juga tidak banyak yang tahu bahwa Rd Tati Hatidjah Saleh tersebut adalah nama asli Tati Saleh, seorang seniman yang terkenal tidak hanya di Tatar Pasundan, tetapi juga di jagat Nusantara.
Tati Saleh adalah seniman besar asal Ciamis era tahun 1970-an.

Ia menjalani hidupnya menjadi juru kawih, juru tembang, penari, srikandi jaipong, pemain film, dan penggubah tari jaipong.
Album kaset dengan tembang-tembang yang dinyanyikan Tati Saleh seperti lagu “Hariring Kuring”, “Cikapundung”, “Es Lilin”, dan lagu-lagu pop Sunda lainnya sangat terkenal di zamannya.
Kini seniman besar tersebut sudah lama berpulang.
Tati Saleh meninggal di RS Imanuel, Bandung, hari Kamis (09 Februari 2006) pukul 15.30 sore.
Tati Saleh meninggal dalam usia 61 tahun dan dimakamkan di tanah leluhurnya di Tatar Galuh Ciamis.
Baca juga: Siap-siap Antre Jika ke Lembang, Arus Lalu Lintas Naik 20 Persen, Didominasi Wisatawan Lokal
Baca juga: Bacalah Sinopsis Ikatan Cinta 3 April 2021, Apakah Al dan Andin Akan Bongkar Keburukan Elsa?
Sudah 15 tahun jasad sang maestro terbujur di haribaan alam, menyatu dengan tanah.
Namun sangat jarang para penggemar yang datang berziarah.
“Kalaupun ada yang berziarah, paling dari keluarga. Itu pun sekali setahun. Seminggu lalu anak ke-2 beliau (yang tinggal di Bandung) yang berziarah,” ujar Ny Maman (40) kepada Tribun Jabar, Jumat (2/4/2021).
Ny Maman tinggal di Blok Warung Asem RT 01 RW 04 dan rumahnya tidak jauh dari lokasi makam Tati Saleh.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Dadi Apang (58), juga warga Blok Warung Asem.

“Kondisi makam beliau memang nyaris kurang terurus. Dulu makam ini kan ada kuncennya, Mang Eno."
"Mang Eno-nya sudah meninggal, belum ada yang gantiin,” ujar Dadi Apang, seniman Ciamis yang juga warga Warung Asem, kepada Tribun Jabar, Jumat (2/4/2021).
Menurut Dadi Apang, makam Tati Saleh di TPU Warung Asem I tersebut memang jarang diziarahi, baik oleh para penggemar maupun kalangan seniman dan budayawan serta pelaku seni.
Tak hanya di Jabar, kata Dadi Apang, malah pelaku seni di Ciamis mungkin banyak yang tidak tahu bahwa makam Tati Saleh ada di TPU Warung Asem I yang berlokasi di pelosok gang tak jauh di belakang kampus SMPN 5 Ciamis tersebut.
“Apalagi di kalangan milenial Ciamis. Jangankan makamnya, nama Tati Saleh saja mungkin banyak yang tidak tahu,” katanya.

Seusai salat jumat, Jumat (2/4/2021) siang, Dadi Apang sengaja datang ke TPU Warung Asem I, berziarah ke makam Tati Saleh.
Mantan ketua Badan Pengurus Kota (BPK) “Oi” Ciamis berencana menggelar lomba Tembang Kenangan dalam rangka hari jadi Ciamis tiap bulan Juni.
Dadi Apang memang rutin menggelar lomba lagu lawas setiap peringatan hari jadi Ciamis.
Temanya biasanya lagu-lagu lawas nasional.
“Tahun ini rencana topiknya lagu lawas, hit-nya Tati Saleh."
Baca juga: Arus Kendaraan Libur Panjang di GT Palimanan Tol Cipali, Kapolresta Cirebon: Aman dan Lancar
Baca juga: Keceplosan, Rizky Billar dan Lesti Rencanakan Membeli Vila di Bali, Apakah untuk Hidup Bersama?
"Ada tembang 'Hariring Kuring', 'Cikapundung', 'Es Lilin', dan tembang lainnya, dalam rangka mengenang kejayaan Tati Saleh, seniman besar asal Ciamis,” ujar Dadi Apang.
Meski lahir di Jakarta, Tati Saleh asli dari Ciamis.
Leluhurnya berasal dari Rajadesa.
Kedua orang tuanya asli Ciamis, tinggal di Lingkungan Janggala, Jalan Sudirman, Ciamis.
“Seangkatan dengan Ibu Hj Rahayu Effendi, ibunda Dede Yusuf (mantan wagub Jabar)."
"Bahkan beliau masih punya hubungan keluarga. Sama-sama pituin Ciamis,” katanya.
Dari bebarapa literatur diketahui, ayahanda almarhumah Tati Saleh adalah R Abdullah Saleh, seorang seniman dan pejabat Jawatan Kebudayaan di Ciamis.
Ibunya, Tjarwita Djuariah, juga seniman, pengajar seni tari dan tembang.
Pada umur 5 tahun, Tati Saleh sudah bisa melantunkan tembang Sunda. Jadi bintang panggung, tembang cianjuran.
Ketika masih duduk di kelas I SMP, Tati Saleh didaulat membawakan kidung saat menyambut kunjungan Presiden Pakistan, Ayub Khan, ke Bandung tahun 1959.
Tati Saleh menempuh pendidikan SD dan SMP di Ciamis.
Ia kemudian melanjutkan sekolahnya ke Kokar (Konservatory Karawitan Bandung, sekarang SMKN 10 Bandung).
Ia seangkatan dengan Nano S dan Atik Sopandi.
Tati kemudian memopulerkan seni jaipong bersama Gugum Gumbira dan Euis Komariah.
Beberapa seni ibing jaipongnya yang terkenal antara lain “Lindeuk Japati”, "Rineka Sari", dan "Mega Sutra".
Sebagai penyanyi, Tati Saleh punya karakter suara yang unik, mencapai 4,5 oktaf.
Sebagai penari, Tati Saleh pada tahun 1960-an sudah menjadi penari istana.
Pada tahun 2010, Wagub Jabar (saat itu) Dede Yusuf Macan Effendi atas nama Gabungan Artis dan Seniman Sunda (GASS) menganugerahkan penghargaan untuk almarhumah Tati Saleh, Harry Rusli (alm), dan Gugum Gumbira. (*)