Apa itu Earth Hour? Kampanye Global Itu Dilaksanakan Hari Ini, Disebut Bisa Jadi Momen Persatuan

Kampanye global Earth Hour 2021 akan tetap digelar pada Sabtu (27/3/2021) ini meski situasinya masih berada di tengah pandemi.

Penulis: Yongky Yulius | Editor: Seli Andina Miranti
Dokumentasi TribunJabar.id
Suasana di kawasan Jembatan Layang Pasupati, Kota Bandung saat melaksanakan Gerakan Earth Hour yaitu dengan memadamkan lampu selama 1 jam, mulai 20.30 hingga 21.30, Sabtu (19/3/2016) malam. Global Earth Hour yang dicetuskan oleh WWF dan diperingati tiap tahun merupakan aksi simbolis yang diwujudkan melalui pemadaman lampu secara serempak di seluruh penjuru dunia, dalam usaha mengurangi laju pemanasan global dan dampak perubahan iklim. 

TRIBUNJABAR.ID - Saat ini, apa itu Earth Hour banyak dicari-cari oleh netizen.

Ya, kampanye global Earth Hour 2021 akan tetap digelar pada Sabtu (27/3/2021) ini meski situasinya masih berada di tengah pandemi.

Menurut laman resmi wwf.id, Earth Hour merupakan sebuah gerakan global.

Adapun gerakan global tersebut bertujuan untuk menunjukkan kepedulian dan kontribusi terhadap upaya penanggulangan perubahan iklim.

Gerakan itu tak hanya mengajak individu, tapi juga mengajak komunitas, praktisi bisnis, hingga pemerintah di seluruh dunia.

Baca juga: Kolaborasi Komunitas Pesepeda untuk Lestarikan Lingkungan di Lahan Kritis : Tanam dan Pelihara Pohon

Upaya penanggulangan perubahan iklimnya dilakukan secara simbolis, yaitu melalui cara mematikan lampu dan peralatan elektronik yang tak digunakan selama 60 menit, pada 20.30 - 21.30 waktu setempat.

Gerakan simbolis Earth Hour dilakukan setiap hari Sabtu di pekan terakhir Maret setiap tahunnya.

CEO Yayasan WWF-Indonesia, Dr. Dicky Simorangkir mengatakan, Earth Hour bisa menjadi momen persatuan bagi individu, pemimpin, hingga pecinta lingkungan.

Ia mengajak semua pihak untuk melakukan pemadaman listrik minimal satu jam pada Sabtu (27/3/2021) dari pukul 20.30 -21.30 waktu setempat.

"Earth Hour adalah momen persatuan bagi individu, pemimpin, dan pecinta lingkungan agar bersama-sama menyerukan tindakan dan aksi nyata untuk mengembalikan hubungan manusia dan alam sekaligus mengamankan kehidupan di dunia," kata Dicky Simorangkir dikutip TribunJabar.id dari TribunJakarta.com.

Ilustrasi mematikan lampu untuk Earth Hour.
Ilustrasi mematikan lampu untuk Earth Hour. (Pixabay.com)

Sejarah Earth Hour

Mengetahui sejarah Earth Hour juga merupakan hal penting.

Berdasarkan tulisan di Grid.id yang melansir Wikipedia, pertama kali gerakan tersebut dicetuskan pada 2007 di Sydney, Australia oleh WWF dan Leo Burnett.

Ketika itu, ada 2,2 juta penduduk Sydney yang ikut berpartisipasi dalam Earth Hour.

Mereka memadamkan semua lampu yang tidak diperlukan.

Ide dari Earth Hour ternyata sudah ada sejak 2006.

Awalnya, WWF yang sudah mempertimbangkan sejumlah bukti ilmiah mengunjungi sebuah agen periklanan di Sydney untuk mendiskusikan tentang gagasan lingkungan.

Baca juga: Daftar Persiapan Penting dalam Menghadapi Potensi Gempa Bumi, Kenali Lingkungan Tempat Anda Bekerja

Gagasan itu khususnya adalah mengenai isu-isu perubahan iklim yang saat itu semakin marak.

Pada 2006, ide pemadaman berskala global diberi nama The Big Flick.

WWF Australia mempresentasikan gagasannya tersebut kepada Fairfax Media.

Tak disangka, gagasan itu mendapatkan persetujuan dari Clover Moore, Wali Kota Sydney yang saat itu menjabat.

Setelah sukses digelar di Sydney, beberapa kota di seluruh dunia pun mengikuti kegiatan yang sama di tahun berikutnya.

Baca juga: Dukung Kendaraan Ramah Lingkungan, Hotel Santika Cirebon Sediakan Spot Charger Listrik

Indonesia pun tak ketinggalan. Yang mencuri perhatian adalah yang digelar di Solo, Jawa Tengah.

Seperti yang dikutip dari Tribun Jateng pada Sabtu (24/03/2018), Polwan Polresta Solo mengajak masyarakat untuk turut mematikan lampu pukul 20.30-21.30 WIB nanti.

Mengapa harus mematikan lampu?

Seperti yang dikutip dari laman WWF Indonesia, setiap 10% dari warga Jakarta yang turut mematikan lampu saat Earth Hour, energi yang dihemat dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan listrik di 900 desa dan menyediakan Oksigen untuk 534 orang.

Selain itu, mematikan lampu selama satu jam juga dapat mengurangi 267 ton emisi karbon dioksida (CO2).

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved