Bantuan untuk UMKM Terimbas Covid-19 Tahun Ini Dipangkas, Tidak Lagi Rp 2,4 Juta Seperti Tahun 2020

Tahun ini, pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Kota Bandung masih mendapat bantuan produktif usaha mikro (BPUM).

Editor: Giri
tribunjabar/nazmi abdurrahman
ILUSTRASI Produk UMKM. Bantuan UMKM tahun ini tak sebesar tahun lalu. Tahun ini hanya Rp 1,2 juta. 

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Tahun ini, pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Kota Bandung masih mendapat bantuan produktif usaha mikro (BPUM).

Namun, besarannya tak lagi sama seperti tahun lalu. Ada beberapa perubahan dalam program bantuan.

Pertama, nilainya turun dari Rp 2,4 menjadi Rp 1,2 juta.

Kedua, penyalurannya hanya dilakukan oleh dinas koperasi masing-masing daerah.

"Namun, dari aspek persyaratan dan mekanismenya relatif tidak berubah," ujar Kepala Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Kota Bandung, Atet Handiman, di Balai Kota Bandung, Kamis (25/3/2021).

Atet mengatakan, dari total 240 ribuan UMKM yang diajukan untuk mendapatkan BPUM pada tahun lalu, baru 170-an UMKM yang berhasil mendapat bantuan. Sisanya, sebanyak 70 ribuan UMKM belum mendapat kejelasan.

Atep berharap mereka bisa diprioritaskan untuk mendapatkan bantuan pada tahun ini.

Baca juga: Longsor yang Terjadi di Kabupaten Sumedang Bikin Jalur Conggeang-Buahdua Terputus

Baca juga: Banjir Bandang Terjang Sumedang, Satu Orang Dinyatakan Hilang karena Hanyut

"Kami inginnya seperti itu," kata Atet.

Dia mengatakan belum mengetahui pasti kapan persisnya progam ini akan kembali dimulai.

"Kami akan terus berkoordinasi dengan provinsi dan pusat," ucapnya.

Akan disalurkannya kembali BPUM pada tahun ini disambut gembira para pelaku UMKM.

Anita Tresnaningsih (42), pemilik toko kelontong di Riung Bandung mengaku senang sekali dengan hal itu. Namun ia menyayangkan terjadinya penurunan besaran bantuan.

Sebab, menurutnya, adanya BPUM sebesar Rp 2,4 juta telah sangat membantu.

"Ya sayang aja ya, Kang, kok malah diturunin (besaran BPUM). Padahal mah jumlah segitu teh berarti pisan untuk saya, selain untuk menutup biaya sehari-hari, seperti urusan dapur, tapi juga saya pakai untuk biaya sekolah anak, bayar kontrakan, dan lain-lain. Soalnya kalau cuma ngandelin dari warung enggak cukuplah, apalagi orang lain juga ekonominya terganggu. Jadi yang beli engga seramai dulu sebelum Covid-19 (pandemi)," ujarnya saat ditemui di rumahnya,  kemarin.

Ia berharap, pemerintah mencari solusi lain.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved