Pelihara 'Tuyul' Sejak 40 Tahun Lalu, Kakek Ini Mampu Sekolahkan Anaknya hingga Sarjana & Jadi Guru
Empat puluh tahun lalu Rahmat Ali banting setir. Ia kerap berjalan kaki membawa tuyul.
Penulis: Fauzi Noviandi | Editor: taufik ismail
Berbekal ilmu pendidikan kesehatan ketika sebagai honorer penyuluh kesehatan, ia memutuskan untuk berprofesi sebagai jasa tensi keling.
"Waktu itu ketika awal menjadi jasa tensi keling, setiap orang memberi upah Rp 1.00, dan dalam sehari bisa menghasilan sebesar Rp 80 ribu," katanya.
Ia tidak mematok harga kepada para pelanggannya. Namun dari jasanya itu dia bisa mendapatkan uang sebesar Rp 30 ribu hingga Rp 50 ribu per hari. Tidak jarang ia menemukan orang yang tidak membayar jasanya tersebut.
Sudah hampir selama 40 tahun ia melakoni jasa tensi keliling.
Ia sudah berhasil menyekolahkan anaknya hingga ke perguruan tinggi di Bandung.
Kini anaknya itu sudah menjadi guru dan telah diangkat sebagai ASN.
"Anak ada empat, dua laki-laki, dan dua perempuan, namun satu anak saya yang laki-laki meninggal. Sedangkan kedua anak perempuan sudah menikah dan dibawa suaminya. Alhamdulillah satu anak saya kin sudah menjadi guru," katanya sambil membereskan alat tensi yang sudah ia gunakan.
Kini hampir setiap hari dia membawa tas selempang dan tas warna berwana hijau di pinggangnya. Alat tensi darah dia genggam.
Tidak kenal lelah langkah demi langkah ia menyusuri permukiman warga hingga perkantoran yang ada di Kota dan Kabupaten Sukabumi untuk mencari warga yang ingin memakai jasanya.
Baca juga: Sering Curi Perhatian Netizen, Aldi Taher Ungkap Motif Dia Pansos, Ungkap Media Sosial di Matanya
Baca juga: Mahasiswi Melahirkan di Rumah Kakeknya, Bayi Disembunyikan di Lemari, Sudah Tak Bernyawa