Vaksin Covid-19 yang Ada Saat Ini Hanya Mempan Sampai 2 Tahun, Harus Ganti Lagi, Ini Alasannya

Vaksin Covid-19 yang ada saat ini hanya mempan untuk menangani Covid-19 selama satu sampai dua tahun.

ISTIMEWA
ilustrasi vaksin Covid-19 

Dengan dua pengelompokan inilah akan diketahui efektivitas vaksin.

"Kemudian dilihat berapa yang sakit dari kelompik yang dapat vaksin, berapa yang sakit dari kelompok yang dapat plasebo. Dari hasil yang kemarin, dari yang dapat plasebo 18 orang, yang sakit yang dapat vaksin 7 orang," kata Kusnandi saat ditemui di tempat prakteknya di Kota Bandung, Senin (18/1).

"Mereka dapat virus dari luar (bukan dari vaksin), karena yang ikut uji klinis kan boleh ke mana-mana ya. Nanti kalau ada gejala batuk, pilek, itu harus kontrol. Sehingga kalau kontrol, sama kita di-swab. Tapi sebagian besar dari yang positif itu gejalanya ringan, jadi nggak dirawat yang dapat vaksin itu. Nah yang dapat plasebo ada yang dirawat," katanya.

Mereka yang mendapat vaksin dan positif Covid-19, katanya, mengalami gejala ringan, yakni grade 1 dan 2.

Sedangkan yang mendapat plasebo bisa sampai mendapat gejala berat dengan grade 3 dan 4.

Mereka pun secara penuh mendapat perawatan.

Baca juga: Ridwan Kamil Sebut Vaksin AstraZeneca Belum Dipakai di Jabar, Soal Vaksin Urusan Pemerintah Pusat

Tidak semua orang memproduksi imun setelah divaksin

Kusnandi mengatakan tidak semua orang yang mendapat vaksin Covid-19 akan memiliki imunitas terhadap Covid-19.

Mereka adalah orang-orang yang memiliki sejumlah masalah kesehatan atau beberapa penyakit.

"(Jadi intinya kalau orang yang sudah divaksin masih ada kemungkinan tertular), masih bisa. Dijadikan vaksin itu maksudnya supaya tubuh kita kebal terhadap penyakit. Tapi ada beberapa orang yang mempunyai gangguan sehingga tidak terbentuk kekebalan," katanya. 

Orang-orang yang tidak mendapat imunitas setelah divaksin, katanya, contohnya adalah orang-orang yang memiliki permasalahan dengan kekebalan tubuh.

"Contohnya orang yang makan-makan obat-obatan tertentu, atau orang sedang kena penyakit, ya umpamanya dia itu penyakit leukemia, atau gangguan imunodefisiensi, sehingga dia gampang tertular. Juga orang-orang yang begitu nggak boleh diimunisasi, karena dia tidak akan terbentuk responnya," ujar Kusnandi.

Baca juga: 1.630 Calon Mahasiswa Lolos Masuk ITB Melalui Jalur SNMPTN 2021

Dengan demikian, katanya, semua orang tetap harus menjalankan protokol kesehatan supaya tidak tertular atau menulari orang lain.

Walaupun diketahui, orang yang dinyatakan positif Covid-19 setelah mendapat vaksinasi, hanya mengalami gejala ringan.

"Semua harus tetap melakukan protokol kesehatan. Vaksin saja kurang. Orang yang divaksin, enggak ikut protokol kesehatan, dia bisa menularkan penyakit ke orang lain. Karena kumannya itu kan ada di baju, ada di leher, ada di semua. Kalau sembarangan, dia akan menularkan karena kuman ada di badan dia," katanya.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved