Gempa Bumi
Lima Ciri Rumah Tahan Gempa, Jangan Membangun di Tanah yang Mudah Menyerap Air
Kondisi rawan gempa terjadi karena Indonesia terletak di kawasan pertemuan tiga lempeng tektonik yang bergerak dari Australia, Eropa, dan Pasifik.
Solusi yang pertama dilakukan adalah dengan mengikat seluruh fondasi ke dalam satu struktur sehingga bisa bergerak dalam kesatuan unit.
Selain itu, bisa juga diterapkan fondasi isolator (base isolator).
Fondasi ini membuat bangunan dapat bergeser mengikuti pergerakan gempa.
Saat gempa terjadi, fondasi dapat menahan struktur bangunan di atasnya tanpa menggerakkannya sama sekali.
Sebagai hasilnya, gaya lateral dari gempa berhasil diredam sehingga mengurangi dampak kerusakan yang ditimbulkan.
3. Konstruksi beton bertulang
Meskipun memiliki struktur fondasi yang solid, rumah tetap dapat mengalami guncangan saat gempa terjadi.
Hal ini berhubungan dengan tingkat daktilitas atau kelenturan material dalam menyerap energi gempa sehingga dapat mempertahankan keseluruhan struktur bangunannya.
Semakin lentur materialnya, semakin stabil konstruksinya.

Konstruksi bangunan sebaiknya dirakit menggunakan material beton bertulang karena memiliki tingkat kelenturan yang tinggi.
Material ini juga memiliki komponen yang bervariasi sehingga dapat membentuk struktur bangunan yang terintegrasi dengan baik.
Idealnya, konstruksi rumah tahan gempa juga menyertakan sistem peredam (active mass damping) yang dapat menahan beban di bagian atas bangunan agar tidak ambruk saat gempa terjadi.
4. Mengadopsi teknologi konstruksi Jepang
Jepang, sebagai negara yang paling sering mengalami gempa, telah lama menerapkan prinsip bangunan antigempa.
Salah satu desain arsitektur antigempa yang dapat ditiru adalah desain pada kuil dan bangunan-bangunan modernnya yang menerapkan sistem sensor airbag.