Gempa Terkini dan Corona Bikin Tantangan Korban Gempa Dahsyat Jepang 10 Tahun Lalu Makin Berat

Tepat 10 tahun lalu, gempa bumi dahsyat dan gelombang tsunami mematikan menghancurkan pusat nuklir Fukushima.

Editor: Ravianto
wikipedia
Kota Namie di Prefektus Fukushima, Jepang yang sempat diosongkan akibat gempa, tsunami dan kebocoran reaktor nuklir Fukushima, 11 Maret 2011 

TRIBUNJABAR.ID, FUKUSHIMA - Jepang mengheningkan cipta sejenak pada Kamis (11/3/2021) untuk menandai 10 tahun sejak bencana alam terburuk dalam sejarah negara itu.

Tepat 10 tahun lalu, gempa bumi dahsyat dan gelombang tsunami mematikan menghancurkan pusat nuklir Fukushima.

Keheningan sekira satu menit dilaporkan di seluruh negeri pada pukul 14.46 waktu setempat, waktu di mana gempa berkekuatan 9,0 melanda lepas pantai timur laut pada 11 Maret 2011 lalu.

Mengutip France24, sekira 18.500 orang tewas atau hilang dalam bencana tersebut.

Peringatan 10 Tahun Gempa Bumi Jepang dan Bencana Nuklir Fukushima
Orang-orang mengunjungi tugu peringatan yang baru diresmikan bertuliskan nama-nama 3173 orang yang tewas dalam gempa bumi dan tsunami 2011 pada 11 Maret 2021 di Ishinomaki, Jepang. Jepang hari ini akan memperingati 10 tahun gempa bumi Tohoku 2011, tsunami dan krisis nuklir tiga kali lipat di mana hampir 16.000 orang tewas dan ratusan ribu lainnya kehilangan tempat tinggal. Gempa berkekuatan 9,0 adalah salah satu yang terkuat yang pernah tercatat. Ini memicu gelombang tsunami setinggi 40,5 meter yang bergerak dengan kecepatan 700 km / jam dan melonjak hingga 10 km ke pedalaman menghancurkan seluruh kota. Ini memindahkan pulau utama Jepang Honshu 2,4m ke timur, menggeser Bumi pada porosnya dengan perkiraan antara 10cm dan 25cm dan meningkatkan kecepatan rotasi planet sebesar 1,8 mikrodetik per hari.

Pembangkit nuklir Fukushima Daiichi menyelimuti daerah sekitarnya dengan radiasi, membuat beberapa kota tidak dapat dihuni selama bertahun-tahun dan menggusur puluhan ribu penduduk.

Berbicara pada sebuah upacara di teater nasional Tokyo, Kaisar Naruhito mengatakan "kenangan tak terlupakan dari tragedi itu" bertahan selama satu dekade.

"Banyak dari mereka yang menderita, meskipun mereka menderita kerusakan yang sangat besar, telah mengatasi banyak kesulitan dengan membantu satu sama lain," tambahnya.

Acara peringatan tahunan itu diadakan di hadapan hadirin yang lebih sedikit dari biasanya, sebab Ibu Kota dan daerah sekitarnya saat ini berada dalam keadaan darurat virus.

PM Jepang Yoshihide Suga sedang berdoa di depan monumen korban gempa bumi besar Jepang Timur di Namiemachi Fukushima.
PM Jepang Yoshihide Suga sedang berdoa di depan monumen korban gempa bumi besar Jepang Timur di Namiemachi Fukushima. (Foto NNN)

Perdana Menteri Yoshihide Suga mengatakan tantangan yang dihadapi oleh para penyintas telah diperparah oleh pandemi dan bencana alam, termasuk gempa kuat baru-baru ini di wilayah tersebut, yang diklasifikasikan sebagai gempa susulan dari gempa 2011.

Namun dia mengatakan Jepang selalu "mengatasi setiap krisis dengan keberanian dan harapan".

Peringatan pribadi dan publik terlihat di seluruh Jepang ketika penduduk lokal yang berduka meletakkan bunga di kuburan dan meletakkan surat kepada anggota keluarga yang hilang ke laut.

Kenangan Pahit Warga Jepang

Saat matahari terbit di Hisanohama prefektur Fukushima, Toshio Kumaki yang berusia 78 tahun berjalan di sepanjang tembok laut raksasa yang dibangun setelah tsunami dan berdoa.

Sekira 60 orang tewas di Ohisa, salah satu distrik yang berbatasan dengan pantai, ketika gelombang tsunami setinggi tujuh meter menyapu pantai, menyapu segalanya kecuali sebuah kuil kecil.

Mata Kumaki berkaca-kaca saat mengingat bencana itu.

"Itu sangat menakutkan," katanya.

Penghormatan dan belasungkawa mengalir dari seluruh dunia, dengan semua orang mulai dari Sekretaris PBB Antonio Guterres hingga penyanyi Lady Gaga menyampaikan pemikiran mereka tentang perayaan tersebut.

Kawasan pembangkit nuklir Daiichi di Fukushima.
Kawasan pembangkit nuklir Daiichi di Fukushima. (Foto Jiji)

Masih Mengungsi

Puluhan ribu orang yang dievakuasi karena takut radiasi masih mengungsi, dan sekitar dua persen dari Fukushima tetap terlarang.

Sebagian besar reaktor nuklir Jepang masih offline dan rencana pemerintah untuk merevitalisasi sektor tersebut kontroversial.

Pendeta Akira Sato, yang melayani di beberapa gereja yang di daerah yang sebagian besar masih terlarang di sekitar pabrik Fukushima, akan menghabiskan hari itu dengan refleksi di salah satu gereja yang harus dia tinggalkan.

"Bersama dengan istri saya, saya akan secara diam-diam memikirkan kembali hari-hari bencana dan berdoa."

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved