Gempa Bumi
Tadi Pagi Gunung Sinabung Keluarkan Guguran Awan Panas, Bisa Picu Gempa? Berikut Analisis PVMBG
Guguran awan panas dari Gunung Sinabung dengan jarak luncur 2000 hingga 5000 meter ke arah tenggara timur terjadi Selasa (2/3/2021) tadi pagi
Penulis: Mega Nugraha | Editor: Siti Fatimah
TRIBUNJABAR.ID,BANDUNG-Guguran awan panas dari Gunung Sinabung dengan jarak luncur 2000 hingga 5000 meter ke arah tenggara timur terjadi pada Selasa (2/3/2021) pagi sekira pukul 06.42.
"Itu disertai kolom asap setinggi 4000 sampai 5000 meter dari tubuh aliran awan panas guguran. Hingga pukul 8.20, sudah terjadi 13 kali awan panas guguran," kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral di Bandung, Selasa (2/3/2021).
Gunung Sinabung di Kabupaten Karo Sulawesi Utara mengalami erupsi tidak menerus sejak 2013.
Baca juga: Wakil Wali Kota Bandung Yana Mulyana Rasakan Efek Ini Setelah Disuntik Vaksin Covid-19
Karakter erupsi berupa letusan eksplosif disertai dengan pembentukan kubah lava di bagian puncak.
Tingkat aktivitas adalah Level III atau siaga sejak 20 Mei 2019.
Berdasarkan data pemantauan visual PVMBG selama Januari hingga 1 Maret 2021 teramati hembusan gas dari kawah puncak berwarna putih dan kelabu dengan intensitas tipis, sedang hingga tebal tinggi sekitar 50-1000 meter dari puncak.
Kemudian, terjadi 37 kali erupsi ekplosif, menghasilkan kolom erupsi berwarna kelabu setinggi maksimum 1000 m dari atas puncak.
Awan Panas Guguran teramati dengan jarak luncur 1500-2500 meter dari puncak, dan arah luncuran ke arah timur, tenggara hingga selatan.
"Guguran teramati dengan jarak luncur 100-2000 meter dari puncak, dan arah luncuran ke arah timur, tenggara hingga selatan," katanya.
Baca juga: DIPECAT Demokrat, Jhoni Allen Marbun BLAK-BLAKAN, Siapa Pengkudeta Sebenarnya sampai Partai Dinasti
Untuk kegempaan, kata dia, jenis gempa yang terekam selama Januari hingga Maret 2021 berupa gempa letusan atau erupsi, gempa awan panas guguran, gempa guguran, gempa hembusan, tremor non-harmonik, gempa tornillo, gempa low frequency, gempa hybrid, gempa vulkanik dangkal, gempa vulkanik dalam, gempa tektonik dan getaran banjir.
"Guguran, hembusan, hybrid, dan low frequency selama periode tersebut berjumlah sangat tinggi.
Pola kenaikkan jumlah gempa low frequency dan hybrid teramati signifikan pada minggu pertama Februari 2021, seiring dengan mulai terjadinya awan panas guguran," ujar Andriani.
Analisa PVMBG soal rangkaian kejadian awan panas guguran pada 2 Maret 2021 merupakan karakter erupsi Gunung Sinabung yang telah terjadi beberapa kali sejak tahun 2013.
Mekanisme kejadian awan panas guguran diakibatkan oleh adanya pembentukan kubah lava di bagian puncak, kemudian diikuti oleh adanya migrasi fluida (batuan padat, cairan, gas) ke permukaan yang mendorong kubah lava.
"Migrasi fluida ini diindikasikan oleh jumlah gempa-gempa low frequency dan hybrid yang tinggi.Pengamatan visual dan kegempaan hingga 2 Maret 2021 pukul 9.00 WIB menunjukkan fluktuasi dalam pola yang masih tinggi, tetapi tidak ada indikasi peningkatan potensi ancaman bahaya," ujarnya.
Baca juga: Kondisi Terkini Mantan Wali Kota Bandung Dada Rosada & Mantan Sekda Setelah Positif Corona di Lapas