Diserbu, Microsoft Tutup Kolom Komentar, Imbas Studi Netizen Indonesia Terburuk Se-Asia Tenggara
Akun Instagram Microsoft diserbu netizen Indonesia hingga akhirnya kolom komentar dinonaktifkan.
Penulis: Fidya Alifa Puspafirdausi | Editor: Giri
TRIBUNJABAR.ID - Akun Instagram Microsoft diserbu netizen Indonesia hingga akhirnya kolom komentar dinonaktifkan.
Sebelumnya, netizen Indonesia menyerbu akun Microsoft karena hasil studi yang diumumkan.
Tidak sedikit dari mereka yang menulis kalimat kasar.
Baca juga: Penampilan Selvi Saat Dampingi Anak Presiden Dilantik Jadi Wali Kota Bikin Netizen Salah Fokus
Baca juga: Sudah Maafkan Netizen yang Ancam Pembunuhan, Amanda Manopo Takut Alami Seperti Via Vallen
Hal tersebut merupakan imbas dari studi yang menyatakan bahwa netizen Indonesia terburuk se-Asia Tenggara.
Kolom komentar dibuka kembali pada postingan 18 Ferbuari 2021.
Netizen Indonesia memenuhi kolom komentar tersebut.
Mereka mengatakan studi yang dilakukan Microsoft ada benarnya.
Sebab tak lama setelah studi itu dipaparkan, netizen Indonesia langsung bereaksi.
@athalla_w: Survey nya lgsg terbukti
@davi_aulia.fi:Nampaknya survei mengenai kesopanan berinternet orang Indonesia yang dilakukan oleh Microsoft terbukti benar dan bukanlah sebuah omong kosong.
@nrlarpnn: Netijen yang komentar negatif disini tuh semakin membuktikan bahwa riset yang dilakukan microsoft ini memang benar adanya. Bukannya introspeksi diri malah nyolot gini. Menyedihkan sekali.
@adha.whiyah: Sekelas Microsoft akun centang biru pula sampai matiin kolom komentar ckckck... Mending cari kegiatan berfaedah yang lain wahai netizen +62
@teletubeastz: Sudah terbukti netizen indo paling tidak sopan se Asia Tenggara sampe komen Microsoft dinonaktifkan
Baca juga: Rizky Febian Pernah Berharap Anya Geraldine Jadi Kekasihnya: Apalah Daya Tangan Tak Sampai
Riset Microsoft
Microsoft merilis laporan terbaru Digital Civility Index (DCI) yang mengukur tingkat kesopanan digital pengguna internet saat berkomunikasi di dunia maya.
Dalam riset ini, tingkat kesopanan pengguna internet di Indonesia memburuk delapan poin ke angka 76, dan menempatkan warganet Indonesia di urutan terbawah se-Asia Tenggara.
Semakin besar poin yang didapatkan, berarti semakin buruk tingkat kesopanan.
Riset dilakukan di bulan April dan Mei 2020 terhadap 503 responden yang dibagi merata ke dalam kelompok usia remaja dan dewasa.
Para responden diberikan pertanyaan untuk empat kategori: perilaku, seksual, reputasi, dan personal atau gangguan.

Kemunduran tingkat kesopanan paling banyak didorong pengguna usia dewasa dengan persentase 68 persen.
Sementara usia remaja disebut tidak berkontribusi dalam mundurnya tingkat kesopanan digital di Indonesia pada 2020.
Hoaks dan perundungan (bullying) pengaruhi risiko kesopanan warganet
Ada tiga faktor yang memengaruhi risiko kesopanan di Indonesia.
Pengaruh paling tinggi adalah hoaks dan penipuan yang naik 13 poin ke angka 47 persen.
Kemudian, faktor ujaran kebencian naik 5 poin, menjadi 27 persen.
Yang ketiga adalah diskriminasi sebesar 13 persen, mengalami penurunan sebanyak 2 poin dibanding tahun lalu.
Selain itu, lima dari 10 responden juga mengaku pernah terlibat perundungan. 19 persen responden mengaku sebagai target perundungan.
Baca juga: Sinopsis Ikatan Cinta 27 Februari 2021: Rendy Ditangkap Polisi, Kiki Panik, Bagaimana Nasib Al?
Baca juga: Pemain Elsa Ikatan Cinta, Glenca Chysara Rehat: Untuk Teman Terdekat, U Know Where to Find Me
Kelompok milenial, dengan persentase sebesar 54 persen, jadi generasi yang paling terpukul akibat perundungan.
Dari lingkungan kerja, sebanyak 12 persen responden mengaku pernah menjadi target perundungan dan kekerasan di tempat kerja.
Kabar baik: Meningkatnya empati
Di sisi lain, empat dari 10 responden mengaku tingkat kesopanan digital di Indonesia membaik selama pandemi.
Hal itu didorong oleh rasa kebersamaan yang lebih besar di saat pandemi dan melihat warganet saling tolong-menolong secara online.
Kemudian laporan ini menyebut bahwa nilai empati di Indonesia naik 11 poin.
Di Indonesia, media sosial menjadi kontributor terbesar dalam memengaruhi tingkat kesopanan digital dengan tingkat kontribusi sebesar 59 persen.
Berita di media menjadi kontributor kedua dengan persentase 54 persen.
Baca juga: Gaya Amanda Manopo Kenakan Baju Kembaran dengan Dita Karang Secret Number, Modis Harganya Fantastis
Baca juga: UPDATE Daftar Harga Hape Samsung Jelang Bulan Maret Turun Harga, Galaxy A31, A51, hingga A71 Berapa?
Selain itu, kontribusi tingkat kesopanan digital juga didorong oleh lembaga pemerintah 48 persen, lembaga pendidikan 46 persen, dan lembaga agama 41 persen.
Secara global, negara dengan tingkat kesopanan digital tertinggi adalah Belanda dengan 51 poin.
Sedangkan untuk negara-negara di Asia Tenggara, urutan pertama ditempati oleh warganet Singapura yang juga berada di peringkat keempat secara global, dengan total 59 poin.
Kemudian Malaysia ada di urutan kedua dengan 63 poin, diikuti oleh Filipina 66 poin.
Thailand menduduki posisi keempat dengan 69 poin, disusul Vietnam di urutan kelima dengan 72 poin, tepat berada di atas Indonesia. Microsoft tidak memaparkan laporan DCI untuk negara Asia Tenggara lainnya.
Sebagian artikel sudah tayang di KompasTV dengan judul Studi Microsoft: Tingkat Kesopanan Warganet Indonesia Terburuk Se-Asia Tenggara