Saripohatji, Bedak Tradisional Tetap Eksis Sejak Zaman Belanda, Bikin Kulit Wajah Jadi Glowing
Saripohatji . Dalam mitos (legenda) Sunda, Nyai Pohaci Sanghiyang Asri adalah bidadari (dewi) cantik lambang kesuburan.
Penulis: Andri M Dani | Editor: Ichsan
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Andri M Dani
TRIBUNJABAR.ID, CIAMIS – Saripohatji . Dalam mitos (legenda) Sunda, Nyai Pohaci Sanghiyang Asri adalah bidadari (dewi) cantik lambang kesuburan.
Di Kota Bandung, di lingkungan perumahan Sawah Kurung, nama Sri Pohaci diabadikan jadi nama jalan. Berdekatan dengan Jl Srimahi.
Di Ciamis hampir se abad lalu, nama Saripohatji diabadikan jadi nama bedak kecantikan.
Usaha pembuatan bedak kecantikan yang didirikan Siti Marijah pada tahun 1927, zaman penjajahan Belanda tersebut sampai saat ini masih tetap eksis.
Tetap eksis menjelang satu abad, dan tidak banyak berubah.
“Masih tetap seperti dulu. Tidak banyak yang berubah. Ramuannya tetap sama. Kemasannya juga tetap mirip,” ujar Agus Wahyu (60), generasi ketiga penerus usaha pembuatan bedak kecantikan tradisional khas Ciamis “Saripohatji” kepada Tribun, Sabtu (20/2/2021).
Baca juga: Nissa Sabyan Bantah Berselingkuh, Lalu Bagaimana dengan Pengakuan Ayus Sabyan? Ini Kata Komar

Agus memperlihatkan kemasan bedak kecantikan khas Ciamis tersebut dengan etiket dalam bahasa tempo doeloe.
Tertulis jelas:Terdiri th,1927 * Bedak Saripohatji* Terbikin oleh S . Marijah* (lengkap dengan foto diri sang perintis).
Di tengah gempuran berbagai jenis bedak kecantikan moderen, bedak Saripohatji , kata Agus tetap konsisten bertahan dengan ramuan nenek moyang, berbahan baku alami yang berkhasiat herbal. Tanpa menggunakan bahan kimia.
Seperti temulawak, temu kuning, tomat, jeruk nipis dan berbagai ekstrak (saripati) daun , seperti daun pandan, daun jambu maupun daun asem. Semua bahan alami tersebut diparut, diambil ekstraknya.
Ekstrak bahan alami tersebut kemudian dicampur dengan tepung atau kapur batu alam, batu bintang yang didatangkan dari Bangka Belitung.
“Kalau dulu tepung batu bintangnya didatangkan dari Cirebon. Tapi sekarang susah, terpaksa didatangkan dari Bangka Belitung. Di Ciamis tidak ada (tepung batu bintang),” katanya.
Cairan berupa ekstrak bahan alami dicampur dengan tepung batu bintang sehingga membentuk adonan. Dibantu sembilan orang pekerja (semuanya perempuan), adonan tersebut di”pilis” jadi butiran-butiran kecil.
Baca juga: Isu Perselingkuhan, Aldi Taher Sarankan Ayus Menikahi Nissa Sabyan Bila Tidak Dia Siap Poligami

Butiran-butiran kecil tersebut kemudian dijemur di bawah terik matahari.
“Kalau matahari lagi bagus , waktu jemurnya bisa 2 hari. Kalau musim hujan seperti sekarang bisa sampai 4 hari. Bahkan kadang terpaksa diopen,”ujar Agus ketika ditemui di tempat usaha pembuatan bedak kecantikan racikan tradisional khas Ciamis di Jl Ir H Juanda No 2 belokan Saripohaci Ciamis yang terkenal tersebut.
Kondisi tempat usaha tersebut sangat sederhana, tak seperti pabrik moderen. Tak jauh berubah sedari awal dikelola pendirinya, Siti Marijah (almh).
Setelah dijemur menurut Agus, kemudian dimasukan dalam kemasan yang masih menggunakan merek dagang yang sama serta bentuk kemasan yang sama seperti awal “Terdiri tahun 1927”.
Proses pembuatan bedak kecantikan khas Ciamis tersebut berlangsung secara manual, tanpa sentuhan mesin.
Mengandalkan sembilan orang pekerja, semuanya perempuan. Termasuk nenek Rusmiah (72) yang sudah 60 tahun menjadi pekerja di pabrik bedak “Saripohatji” tersebut.
Nenek Rusmiah, bekerja di Saripohatji sejak tamat SD, telah menjadi saksi hidup kejayaan bedak “Saripohatji”.
Baca juga: Cerita Pecatan TNI Jadi Otak Penculikan Anak, Ketakutan Saat Video Rekaman CCTV Viral

Menurut Agus, tiap minggu diproduksi rata-rata 300 dus bedak Saripohatji yang berisikan 50 kota bedak kecantikan racikan alami tersebut.
Pemasaran regulernya, melalui agen yang sudah turun temurun memasarkan bedak Saripohatji ke toko-toko. Terutama di wilayah Bandung, Garut dan Cianjur yang menjadi pasar utama bedak produksi warisan leluhur dari Ciamis tersebut.
Pengguna bedak “Saripohatji” umumnya para menak Parahiyangan tempo dulu yang terus diwariskan ke anak cucunya.
Kini di zaman milineal, Agus tak menyangka, bila bedak kecantikan “Sarpohatji” ternyata juga digemari kalangan anak muda.
Terbukti banyak reseller yang memasarkan bedak “ Saripohatji “ di lapak-lapak penjualan online. Seperti buka lapak, la zada, shopee, tokopedia dan lainnya.
Lewat pemasaran online menurut Agus, bedak Saripohatji makin dikenal secara nasional termasuk kalangan anak muda.
Para reseller katanya umumnya mendapatkan bedak Saripohatji yang sudah ada di sejumlah kota dan ada juga yang datang langsung ke Ciamis. Seperti reseller dari Bekasi.
Baca juga: Cerita Pecatan TNI Jadi Otak Penculikan Anak, Ketakutan Saat Video Rekaman CCTV Viral
Bedak kecantikan, ramuan legendaris berbahan baku alami dari Ciamis tersebut digemari kalangan milenial dalam merawat diri.
“Terutama untuk mengatasi jerawat dan flek di wajah. Biasanya digunakan untuk lulur atau masker untuk memperhalus dan menyegarkan kulit wajah tanpa efek sampingan,” katanya.
Kejayaan bedak Saripohatji ini berawal dari kebiasaan Siti Marijah merawat diri (muka) dengan menggunakan bedak buatan sendiri.
Yakni berupa tepung beras dicampur dengan saripati (ekstrak) daun-daun seperti daun pandan, jambu maupun daun asem. Berikut umbi temulawak, temu kuning dan jeruk nipis.
Bedak buatan sendiri Siti Marijah tersebut ternyata disukai tetangga.
Akhirnya Siti Marijah yang hidup di zaman penjajahan Belanda tersebut terinspirasi mendirikan usaha pembuatan bedak pada tahun 1927 dengan nama bedak Saripohatji.
Zaman kejayaan usaha bedak Saripohatji ini menurut Agus di era tahun 1950-1960-an. Waktu itu bedak Saripohatji begitu terkenal dan laris.
“Waktu itu bank kan masih langka. Jadi kalau lagi bayaran, katanya uang sampai berkarung-karung,” ujar Agus.
Pada masa kejayaan tersebut pabrik bedak Saripohatji yang waktu itu masih dikelola pendirinya Siti Marijah, mendirikan Masjid Jamie Sifaul Qulub yang kini sudah diwakafkan sebagai masjid umum.
Ketika H Adam Malik menjadi wapres RI tahun 1970-an, Ny Hj Nelli Adam Malik pernah berkunjung ke pabrik bedak Saripohatji di Ciamis tersebut.
Baca juga: Tidak Ada Keberangkatan Kereta Api dari Dua Stasiun di Jakarta pada Hari, Berikut Daftarnya

“Ini foto waktu ibu Hj Nelli Adam Malik berkunjung ke sini,” katanya.
Selain pabrik, sisa kejayaan bedak Saripohatji yang bisa ditemui sekarang adalah rumah tinggal pendirinya, Siti Marijah yang kini masuk daftar bangunan cara budaya, dan rumah tua di pengkolan Saripohatji bergaya artdeco yang di halamannya terdapat patung ibu memangku anak kecil.
Ditengah Saripohatji mencoba bertahan dari gempuran berbagai jenis bedak kecantikan buatan pabrikan yang umumnya berbahan kimia. Di Ciamis sendiri, pabrik bedak Saripohatji ini nyaris terlupakan.
“Jarang ada yang berkunjung ke sini. Diajak ikut pameran juga nyaris nggak pernah. Dulu saja waktu Pak Edi jadi Kadis Perindag (sekitar tahun 2010-an),” ujar Agus.
Selain konsisten dengan ramuan racikan legandaris warisan nenek moyang, pabrik bedak kecantikan “Saripohatji” Ciamis ini juga konsisten sejak berdiri tahun 1927 lalu sampai sekarang hanya memproduksi bedak.
Tidak pernah tergiur untuk memproduksi jamu, meski sekarang banyak pabrik jamu yang juga memproduksi bedak kecantikan.
Menurut Agus, di Jabar boleh jadi hanya “Saripohatji” yang masih bertahan memproduksi bedak kecantikan berbahan baku alami dikerjakan secara manual sejak berdiri nyaris se-abad lalu