Sejarah Sukabumi

Vihara Widhi Sakti Dibangun Saat Sukabumi Diserang Kolera Tahun 1908, Ini Fotonya dari Masa ke Masa

Ini sejarah dibangunnya Vihara Widhi Sakti di Sukabumi. Ternyata dibangun setelah wabah kolera ganas terjadi.

Penulis: Fauzi Noviandi | Editor: taufik ismail
Tribun Jabar/Fauzi Noviandi
Vihara Widhi Sakti Sukabumi di masa kini. 

Laporan Kontributor Tribunjabar.id Kota Sukabumi, Fauzi Noviandi.

TRIBUNJABAR.ID, SUKABUMI - Vihara Widhi Sakti di Jalan Pejagalan, Kelurahan Nyomplong, Kecamatan Warungdoyong, Kota Sukabumi merupakan salah satu dari beberapa bangunan tua di Sukabumi.

Ternyata masih banyak orang yang tidak mengetahui, mengenai sejarah pembangunan vihara yang sudah berusia 110 tahun lebih itu.

Tempat ibadah bagi masyarakat Tionghoa itu didirikan ketika penyakit kolera mewabah dan menyerang dan menewaskan ratusan warga Sukabumi kala itu.

Dua Hari Lagi Tahun Baru Imlek 2021, Bagikan Gambar Bergerak atau GIF Ucapan Tahun Baru Imlek 2572

Ternyata Ini Makna Menghidangkan Ikan Bandeng Saat Imlek, Punya Arti Mendalam

"Vihara yang hingga kini digunakan untuk beribadah tersebut dibangun pada tahun 1908, bersamaan saat wabah kolera menyerang ribuan masyarakat Sukabumi," kata Humas Yayasan Vihara Widhi Sakti Sukabumi Arieffin Natawidjaja pada Tribunjabar.id di Jalan Pejagalan, Kota Sukabumi, Rabu (10/2/2021).

Vihara yang beberapa kali dilakukan renovasi tersebut, didirikan oleh etnis Tionghoa bernama Thung Hoat Tiat praktisi kungfu yang hidup sederhana pada zaman kolonial.

Karena penyakit kolera yang saat itu mewabah dan telah memakan ratusan korban jiwa waktu itu, Thung Hoat Tiat berupaya mencari obat untuk menghentikan penyakit mematikan tersebut.

Sekitar tahun 1908-an itu, ia lantas pergi ke seorang ahli pengobatan (sin she) yang berada di Bogor dengan menggunakan kereta api.

Vihara Widhi Sakti Sukabumi di masa sebelum kemerdekaan.
Vihara Widhi Sakti Sukabumi di masa sebelum kemerdekaan. (Istimewa/Dokumentasi Yayasan Vihara Widhi Sakti Sukabumi)

Sesampainya di sin she tersebut Thung Hoat Tiat bertanya dan ahli pengobatan itu tidak mengetahui cara untuk mengobati warga yang tertular kolera.

Namun ahli pengobatan itu, meminta Thung Hoat Tiat, untuk mencoba jalan lain, yaitu meminta pertolongan dari sosok leluhur di altar sembayangan yang dianggap sakti, yaitu Kongco Han Tan Kong atau patung leluhur.

Dalam minta pertolongan dari leluhur, ia melakukan ritual Ciamsi. Ciamsi sendiri merupakan ritual yang dipercaya masyarakat Tionghoa untuk bermediasi dengan leluhutnya, mediasi itu menggunakan sebilah kayu.

"Melalui ritual Ciamsi itulah, Thung Hoat Tiat mendapatkan nomor pada bilah kayu yang terlontar, ini menjadi petunjuk sebuah resep ramuan obat yang cocok untuk mengobati penyakit kolera," kata Arieffin.

Tidak lama praktisi kung fu itu selesai melakukan ritual Ciamsi, seseorang yang berada didekatnya mengalami kerasukan. Thung Hoat Tiat menyakini seorang itu mengalami medium spiritual dan meminta Kongco Han Tan Kong minta dibawa ke Sukabumi.

Dengan menggunakan kereta api, dan tiba Sukabumi, kemudian Thung Hoat Tiat membawanya kekediamannya, namun tidak lama itu, seorang anggota keluarganya mengalami hal spiritual lalu Kongco Han Tan Kong meminta digotong keliling 4 penjuru kota yang kini sering disebuh cap gomeh.

Akhirnya Thung Hoat Tiat kala itu bersama sejumlah masyarakat Tonghoa, meminta izin pada pemerintah kolonial, untuk menggelar cap gomeh, sebagai upaya untuk mengatasi wabah kolera.

Foto Vihara Widhi Sakti Sukabumi beberapa puluh tahun yang lalu.
Foto Vihara Widhi Sakti Sukabumi beberapa puluh tahun yang lalu. (Istimewa/Dokumentasi Yayasan Vihara Widhi Sakti Sukabumi)
Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved