Sering Terjadi di Indonesia, Tak Bisa Dihindari, Tapi Cara Ini Bisa Dilakukan, Kurangi Dampak Gempa

Gempa kerap terjadi dan sulit dihindari terlebih belum ada teknologi untuk menghindari bahaya gempa namun ada cara untuk mengurangi dampak dari gempa

Penulis: Siti Fatimah | Editor: Siti Fatimah
Tribun Cirebon/Ahmad Ripai
ilustrasi - Kerusakan rumah akibat gempa. Gempa kerap terjadi dan sulit dihindari terlebih belum ada teknologi untuk menghindari bahaya gempa namun ada cara untuk mengurangi dampak dari gempa 

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Gempa kerap terjadi di Indonesia, bahkan dalam 20 tahun terakhir, daerah-daerah di Indonesia mengalami gempa bumi. Sebut saja Gempa Aceh tahun 2004, Gempa Yogyakarta tahun 2006, Gempa Lombok tahun 2006 dan 2018, Gempa Palu tahun 2018, hingga Gempa Majene di awal tahun 2021 kemarin.

"Gempa bumi memiliki jalur gempa dan jalur tersebut memiliki pola yang dapat terlihat. Namun, sayangnya untuk Indonesia sendiri pola tersebut tertutup karena di Indonesia sangat sering terjadi gempa," kata Dr. Astyka Pamumpuni S.T., M.T., dari Kelompok Keahlian Geologi Terapan pada acara webinar “Gempa Bumi: Sumber dan Bahayanya” yang digelar Prodi Teknik Geologi ITB berkolaborasi dengan Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bidang Pendidikan dan Kursus belum lama ini sebagaimana dikutip Tribun Jabar.Id.

Bencana Banjir di Jawa Barat, Ridwan Kamil Sebut Ada 12 Pekerjaan Sedang Dilakukan

Disebutkan, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), gempa berarti guncangan atau gerakan (Bumi).

Penting untuk diketahui bahwa gempa bumi adalah fenomena yang berbahaya.

Sebenarnya gempa bumi memiliki jalur gempa dan dapat terlihat.

Namun, Indonesia yang sangat sering terjadi gempa membuat pola tersebut tertutup

Dari hal tersebut bisa diketahui bahwa distribusi gempa di Indonesia sangatlah banyak. 

Hal tersebut didukung oleh lokasi geografis Indonesia yang terletak di pertemuan tiga lempeng besar dunia dan berada pada daerah tektonik yang aktif.

Baru Saja Gempa di Atas 5,0 Melanda Sulawesi Lalu Sumatera, Selang Beberapa Menit, Ini Unggahan BMKG

Namun secara umum, generator dari gempa bumi adalah adanya sesar dan subduksi.

"Sesar adalah bidang diskontinuitas pada batuan yang menyebabkan terjadinya pergeseran batuan, semakin besar bidang pergeseran batuan maka semakin besar pula magnitudo gempa," Katanya.

Sedangkan Subduksi adalah terjadinya perbenturan zona bumi.

“Pada subduksi, semakin menunjam maka semakin besar besar pula magnitudo gempanya,” katanya.

Untuk mengukur potensi gempa bumi, biasanya digunakan beberapa parameter seperti surface rupture, epicenter, dan hypocenter/focus. Focus /hypocenter adalah titik di dalam bumi yang menjadi pusat dari gempa bumi.

Secara umum gempa bumi terjadi pada sesar yang memiliki kedalaman 10-15 km.

“Jadi, jika sesar memiliki kedalaman sekitar 100 m, sesar tersebut tidak memiliki potensi gempa bumi,” kata Dr. Astyka.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved