Sudah Booking, Calon Wisatawan Disuruh Putar Balik, Pelaku Usaha di Pangandaran Gigit Jari
Calon wisatawan yang bwerkunjung ke Pangandaran dari Jawa Barat juga diminta putar balik karena tak bisa tunjukan surat rapid tes antigen
Penulis: Padna | Editor: Siti Fatimah
TRIBUNJABAR.ID, PANGANDARAN - Semenjak pemerintah Pangandaran memberlakukan pengetatan protokol kesehatan, para pelaku usaha wisata di pantai Pangandaran banyak yang gigit jari karena usahanya sepi pengunjung.
Ditambah lagi kebijakan pemerintah daerah, memberlakukan pengetatan wilayah dan memutarbalikan calon pengunjung Wisatawan Pangandaran.
Tentunya membuat para pelaku usaha wisata di Pangandaran melakukan efesiensi pekerja dan lainnya serta banyak pegawai yang juga mengeluh.
• Napi yang Positif Covid-19 di Lapas Sukamiskin Ditangani Bersama Gugus Tugas Provinsi dan PMI
Seorang pelaku usaha Resto sekaligus pengurus PHRI Pangandaran, Tushendar SE (41) mengaku dirinya dan pelaku usaha wisata lainnya terhitung paling terdampak.
"Karena jauh-jauh hari sebelum ada surat edaran dari pemerintah daerah, para calon pengunjung wisatawan sudah boking," ujar Tushendar saat ditemui Tribun Jabar di restoran miliknya, Minggu (7/2/2021).
Sedangkan di dalam isi surat edaran itu sendiri, ditunjukan bagi pengunjung wisatawan dari luar Jawa barat, yang harus membawa hasil Rapid Antigen.
• Camat Bilang Kecamatan Tak Mungkin Lockdown Meski Kasus Covid-19 Tertinggi, Begini Alasannya
"Namun ini, pengunjung wisatawan warga Jawa Barat pun harus membawa hasil Rapid," ucapnya.
Kalau ada tamu, tutur Tushendar, biasanya tamu tersebut ikut membantu mempromosikan tempat usaha wisata yang ada di Pangandaran.
Sekarang sepi malah yang ada banyak pengunjung wisatawan yang disuruh balik lagi, ketika tidak membawa hasil Rapid Antigen.
"Harusnya penanganan kedisiplinan prokes juga harus merata," katanya.
• Di Kota Bandung, Angka Positif Covid Tambah 124 Sehari, yang Sembuh 7, Angka Kumulatif Lebih 10 Ribu
Menurut ia, kebijakannya jangan setengah-setengah, mendingan ditutup sekalian sampai pandemi Covid-19 musnah.
"Pengaruh besar, karena ketika hotel dan restoran buka, itu cost pengeluarannya pasti besar juga. Sedangkan pendapatan tidak ada," ucapnya.
Menurutnya, meskipun ada dan tidak adanya tamu, dirinya pasti tetap buka dan pelaku usaha wisata lainnya juga sama, tetap buka.
"Sedangkan seperti gaji karyawan, dan retribusi lainnya tetap keluar," katanya.
• Dada Rosada Eks Walkot Bandung dan Puluhan Napi Sukamiskin Terpapar Covid, Begini Kondisinya
Jelas, lanjut ia, untuk operasional sangat berat, maka dari itu ia dan lainnya memberlakukan efesiensi.