Saat Pengusaha Besar Mem-PHK Karyawan, Pengusaha Kecil di Bandung Ini Justru Nambah Karyawan

Selama pandemi Covid-19 banyak perusahaan besar yang terpaksa harus melakukan pemutusan hubungan kerja

Penulis: Nazmi Abdurrahman | Editor: Ichsan
tribunjabar/nazmi abdurrahman
Saat Pengusaha Besar Mem-PHK Karyawan, Pengusaha Kecil di Bandung Ini Justru Nambah Karyawan 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Nazmi Abdurahman

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Selama pandemi Covid-19 banyak perusahaan besar yang terpaksa harus melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawannya demi menyelamatkan keuangan perusahaan.

Namun, hal itu tidak berlaku bagi Gilang Permana Kencana (26), pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) brand fashion Motzint Original

Gilang mengakui pandemi Covid-19 yang terjadi hingga saat ini, turut berpengaruh signifikan terhadap bisnis yang sudah dibangunnya sejak 2014.

"Tahun lalu toko offline terpaksa tutup. Penjualan ke luar kota tidak jalan. Reseller juga sama kondisinya, tidak bisa menjual barang," ujar Gilang, saat dihubungi, Minggu (22/1/2021).

Baca juga: Anda Perlu Tahu, Modus Peredaran Narkoba di Sumedang, Tempel di Bawah Batu hingga Pakai Medsos

Gilang mengaku sempat berpikir untuk merumahkan karyawannya demi menjaga keuangan perusahaan.

Namun, niatnya itu urung dilakukan setelah melakukan sejumlah inovasi dalam penjualan. 

Jika dulu ia fokus mengandalkan penjualan Motzint secara offline di toko, sekarang ia menjaring ceruk pendapatan melalui daring memanfaatkan beberapa marketplace.

"Tadinya mau PHK, tapi pegawai kan punya keluarga juga. Kasihan. Makanya saya coba pelajari bisnis di online, marketplace dan lain-lain. Alhamdulillah ada hasilnya, saya juga tidak merumahkan atau mem-PHK pegawai," katanya. 

Karyawan yang biasanya berjaga di toko akhirnya dialihkan untuk mengurus pembelian secara daring. Ada 15 orang yang bertugas di bagian ini untuk menjaga sekitar 500 reseller yang tersebar di seluruh Indonesia. 

Bahkan, untuk bagian produksi ia menambah pegawai sekitar 40 penjahit baju, celana hingga jaket.

"Dari menjelang akhir tahun kemarin, penjualan konsisten di angka 10 ribu barang terjual," katanya. 

Baca juga: Wakil Bupati Pangandaran dan Istri Positif Covid-19, Suami Pulang dari Bandung, Istri dari Sumbawa

Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana mengapresiasi pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang terus berinovasi di tengah himpitan ekonomi akibat pandemi Covid-19

"Ya, saya optimistis lah industri kreatif, industri fashion tetap bisa berkembang,” ujar Yana. 

Pemerintah, kata Yana, sedang berupaya mendorong pelaku UMKM agar terus berkembang dengan memberikan berbagai program, termasuk bantuan modal.

"Pada dasarnya kami memberikan apresiasi dan memberikan semangat bagi masyarakat yang tetap optimistis dan terus berinovasi di tengah pandemi,” katanya.

Baca juga: Jirayut Ke Mana? Lama Tak Muncul di Indosiar, Kini Ia Posting Penampilan Barunya, Netizen Kangen

Putri Aprilia (29) pemilik olahan camilan berbahan baku kulit pisang yang diberi merek Kulpis.
Putri Aprilia (29) pemilik olahan camilan berbahan baku kulit pisang yang diberi merek Kulpis. (Tribun Jabar/Muhammad Nandri Prilatama)

Berawal dari PHK, Pasutri di Purwakarta Olah Kulit Pisang, Kini Mereka Raup Puluhan Juta per Bulan

Seorang pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) dari Purwakarta membuat terobosan dengan memproduksi camilan kerupuk kulit yang diberi merek Kulpis.

Namun, kerupuk kulit ini bukan dari kulit hewan melainkan kulit pisang.

Pasangan suami istri yang tinggal di Komplek Griya Asri, Kecamatan Purwakarta, Putri Aprilia (29) dan Ari Hidayat (30) memulai usaha pembuatan kerupuk kulit pisang ini sejak 2 tahun lalu.

Baca juga: Masalah Baru Andin dan Al Bikin Penasaran, Ini Sinopsis Ikatan Cinta Episode Hari Ini 24 Januari

Produksi kerupuk kulit pisang ini, menurut Putri Aprilia berawal saat suaminya di-PHK dari pekerjaannya di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang otomotif.

"Awalnya itu suami diberhentikan di pekerjaannya dan kami bingung mau melakukan apa, hingga akhirnya kami terpikirkan untuk mengolah limbah kulit pisang yang saat itu ramai penjual pisang tanduk," ujarnya saat ditemui di tempat produksi, Senin (16/11/2020).

Berawal dari modal Rp 250 ribu, Putri mengatakan mereka memulai usaha pengolahan kerupuk kulit pisang ini.

Dia memilih untuk mengolah kulit pisang lantaran memang kulit pisang bisa dikonsumsi.

"Saya sih, pertama mencari usaha yang enggak banyak mengeluarkan modal dan saya ingin menjadi pionir. Akhirnya, karena banyak lihat UKM pisang hampir 85 persen di Purwakarta berbahan dasar pisang, seperti bolu, keripik, hingga lainnya, saya memilih mengolah kerupuk pisang," ujarnya.

Saat ini, kata Putri, pemasaran kerupuk kulit pisang ini telah menyebar di hampir 60 persen wilayah Jawa Barat, mulai penitipan ke outlet dan swalayan hingga pada sistem penyaluran.

Baca juga: Link Streaming Sinetron Ikatan Cinta RCTI Malam Ini, 24 Januari, Sosok Ini Ungkap Rahasia Aldebaran

Tahun depan pun, Putri berencana memasukan produksi kerupuk kulit pisang ini ke minimarket, seperti Indomaret dan Borma.

"Kerupuk kulit pisang kami ini punya tiga varian rasa, di antaranya original, jagung manis, dan balado," katanya.

Ketika disinggung terkait pembuatan kerupuk kulit pisang ini, Putri menjelaskan kulit-kulit pisang yang telah dia kumpulkan semuanya dihancurkan dan dicampurkan bahan adonan lainnya hingga menjadi berbentuk seperti dodol.

"Ya, waktu pembuatannya termasuk penjemuran memakan waktu sekitar 5 jam. Best seller kerupuk kulit pisang kami itu ialah yang varian balado hingga meraup Rp 30 juta bulan ini," ujarnya.

Ternyata, Putri mengaku usaha olahan kulit pisangnya ini sempat mengalami kegagalan saat pertama membuatnya dahulu.

Butuh waktu enam bulan, kata Putri, untuk akhirnya mereka dapat menemukan formula yang tepat dalam membuat kerupuk kulit pisang.

"Enam bulan itu kami trial error. Setelah itu alhamdulillah orang pada suka dan penjualannya pun banyak. Awalnya saya biasa jual ke teman-teman UKM serta ketika ada perkumpulan-perkumpulan," katanya.

Kerupuk kulit pisang yang diberi nama Kulpis ini waktu pertama penjualan dihargai Rp 8 ribu tetapi sekarang sudah berjalan dua tahun sudah naik harganya menjadi Rp 15 ribu untuk ukuran kemasan 105 gram. 

Baca juga: Sukses Jadi Host Indonesian Idol Selama Beberapa Seri, Daniel Mananta Ungkap Rahasianya

"Sehari itu kami bisa produksi sebanyak 50 kilogram. Tetapi, sekarang berhenti produksi karena cuaca musim hujan dan kami produksi banyak itu saat musim kemarau," katanya.

Selama dua tahun ini, Putri mengaku memiliki sebanyak 11 orang pegawai dengan membagi menjadi dua sif.

Saat ini di musim hujan, Putri berfokus untuk menghabiskan stok yang tersedia sampai Desember.

Selanjutnya, pada 2021, dia berkeinginan untuk menembus pasar warung-warung dengan membuat kemasan yang lebih terjangkau, misalnya kemasan makanan ringan anak-anak.

"Sekarang kami sudah kirim ke berbagai wilayah, seperti Cianjur, Bogor, Cirebon, hingga Bandung. Lalu, ada juga ke Pekanbaru dan Padang. Kalau luar negeri kami sudah kirim ke Malaysia, sedangkan Kanada, Filipina, dan Arab Saudi baru sebatas ada penawaran," ujarnya.

Ia mengaku kini omzet bersih yang didapatkan mencapai Rp 20 sampai 25 juta per bulan.

Baca juga: Daftar Ide Merayakan Hari Valentine 14 Februari 2021 di Tengah Pandemi Bersama Pasangan

Korban PHK yang Ulet, Hadirkan Sisi Gunung, Tempat Nongkrong Sejuk di Kaki Gunung Putri Lembang

Menghabiskan waktu di alam terbuka menjadi cara banyak orang untuk menenangkan pikiran.

Apalagi di masa pandemi Covid-19, banyak wisatawan yang lebih memilih ruang terbuka dengan pemandangan alam ketika akan berlibur bersama keluarga.

Wilayah Lembang, Bandung, menjadi tujuan favorit bagi wisatawan ketika berlibur kesini.

Jauh dari hiruk pikuk perkotaan menjadi lokasi favorit untuk menikmati suasana yang ada disini.

Jika Anda bosan dengan tempat nongkrong yang memiliki konsep modern dan dikemas instagramable, Anda bisa memilih tempat nongkrong di kawasan Lembang dengan nama Sisi Gunung.

Dalam bahasa Sunda, sisi memiliki arti pinggir, yang memang lokasi tempat nongkrong ini berada di pinggir gunung, tepatnya di kaki Gunung Putri.

Baca juga: Detik-detik Pencari Rumput Tewas Disengat Odeng, Sempat Ditolong Pakai Jas Hujan

Sisi Gunung di malam hari
Sisi Gunung di malam hari (istimewa)

Dikemas dengan tampilan yang menarik, Sisi Gunung berada di Jalan Tangkuban Parahu No 107, Cibogo, Lembang, memiliki halaman depan rumah ini dibuat instagramable berkonsep natural.

Hanya mengandalkan bambu yang dibuat sekreatif mungkin, Sisi Gunung berhasil merebut perhatian pencari wisata kuliner.

Pemilik Sisi Gunung, Meilani Sri Lestari menceritakan proses hadirnya Sisi Gunung yang hadir karena ia dan keluarganya yang terdampak pemutusan kerja Covid-19.

"Keluarga aku banyak yang dirumahkan karena virus corona. Aku dan adik kerja di hotel, paman kerja di catering, dan suami di event organizer. Akibat dirumahkan, kita semua nggak ada penghasilan sama sekali," ujar Meilani, Senin (12/10/2020).

Meilani mengatakan, ia dan keluarganya sempat kebingungan bagaimana caranya untuk bertahan hidup.

Baca juga: Tragis, Cari Sinyal untuk Belajar Online Hingga ke Hutan, Siswi Ini Dirudapaksa

Akhirnya mereka pun memutuskan untuk mempercantik halaman rumahnya dan membuat warung.

"Modal yang kami pakai itu pas-pasan banget, motor dan barang berharga udah dijual untuk membangun Sisi Gunung," ujar Meilani.

Proses pembangunannya pun cukup lama karena terpentok modal yang pas-pasan.

Belum lagi kebun halaman rumah yang berantakan, semuanya dibersihkan dengan bantuan keluarganya.

"Pengorbanan untuk membuat warung ini sedih banget. Akibat virus corona beberapa bulan tabungan habis, nggak ada penghasilan banget, " ujar Meilani.

Ia pun memaksimalkan bahan yang bisa digunakan, seperti kayu dan bambu.

Baca juga: Daftar Ide Merayakan Hari Valentine 14 Februari 2021 di Tengah Pandemi Bersama Pasangan

Sisi Gunung pun memanfaatkan bambu yang memang, anggota keluarganya pintar di seni dan membuatnya jadi lebih indah.

"Untuk mangkok mie dan nasi goreng pun kita menggunakan bambu. Kita bikin sendiri karena nggak punya uang buat nambahin pembangunan. Ngelamun uang dari mana ya? Sampai ngareuyeuh (mencari sisa-sisa) akhirnya bikin mangkok," ujarnya sambil tertawa.

Meskipun lokasi Sisi Gunung tidak berada di pinggir jalan. Namun, Meilani bersyukur karena ada saja pengunjung yang datang.

Pelanggan yang datang pun beragam, mulai dari anak motor, pesepeda, hingga ibu-ibu arisan.

Dari setiap pendapatan yang masuk, Meilani pun memperbaiki keadaan Sisi Gunung.

"Saat ini juga pembangunan belum 100% normal karena nggak punya modal. Tapi sebulan awal kita bisa bikin saung supaya bisa neduh kalau hujan, dan juga membeli lampu untuk penerangan," katanya.

Cuaca yang dingin, dikelilingi pohon, dikatakan Meilani menjadi nilai tambah bagi pengunjung yang ingin mencari tempat yang teduh.

Baca juga: Nita Thalia Kurusan Setelah Mantan Suami Meninggal, Rela Bersimpuh di Kaki Istri Pertama

Selain itu menu makanan dan minuman yang dihadirkan pun cukup beragam dan mudah dikenal seperti nasi goreng, mie, ubi, pisang, dan aneka kopi yang menggunakan biji kopi.

Harga yang ditawarkan pun terjangkau yaitu Rp 3.000-18.000 saja.

Sementara itu, jam operasionalnya buka setiap pukul 16.00-22.00 WIB pada Senin - Jumat, dan Sabtu- Minggu tutup pukul 23.00 WIB.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved