VIDEO-Setelah 70 Tahun Berdiri, Pangkas Rambut Sawargi yang Eksis Hingga Kini
Pada awal berdiri, pangkas rambut ini hanya bermodalkan dua kursi dengan total dua pegawai didalamnya.
“Dulu Bung Karno pernah potong rambutnya di sini. Pangkas Rambut ini sudah merasakan semua masa kepemimpinan presiden Republik Indonesia,”
TRIBUNJABAR.ID - Awan kelabu menghiasi langit siang itu, hiruk pikuk kendaraan bercampur padu dengan kepulan debu, ditambah pohon rimbun menjadi peneduh membuat suasana menjadi sendu. Disampingnya ada pangkas rambut tua bernama Sawargi dengan bangunan kukuh serta ornamen jadul yang dibangun pada tahun 1949 dulu.
Pria yang akrab disapa Risyad itu mengatakan tempat ini didirikan oleh kakeknya, almarhum H. Ero Saefulloh. Dirinya mengatakan alasan kakeknya mendirikan pangkas rambut itu karena kemampuan yang dimiliki kakeknya yang juga berkiprah sebagai tukang cukur.
Pria asal Garut itu mengatakan, kakeknya mendapatkan kepiawaiannya dalam mencukur tersebut karena diajarkan oleh dokter asal Negara Jepang pada waktu dulu.
“Dulu kakek diajarkan cara mencukur oleh dokter Jepang. Kemudian belajar terus sampai dia bisa. Dulu kan waktu DI/TII ya, banyak yang ditangkap di Garut dan kakek salah satunya. Tapi karena satu dan lain hal dilepas kembali. Sampai pada akhirnya dia merantau ke Bandung dan mendirikan tempat ini,” ujarnya sembari membetulkan kaca matanya saat ditemui, Senin (12/10/20).
Pada awal berdiri, pangkas rambut ini hanya bermodalkan dua kursi dengan total dua pegawai didalamnya. Namun seiring berjalannya waktu, hingga pada tahun 1953 pangkas rambut ini mulai dikenal banyak orang. Pelanggan yang datang pun dari berbagai kalangan mulai dari rakyat biasa hingga pejabat negara.
“Yang datang kesini datang dari berbagai kalangan bukan hanya masyarakat umum. Yang paling berkesan sih Bung Karno, duku kakek saya sendiri yang turun tangan buat mencukur beliau. Bukan cuman itu, ada Jenderal Ahmad Yani, Jenderal Faisal Tanjung, dan pejabat lainnya,” katanya
Kata Sawargi sendiri tidak diambil secara serta merta. Risyad mengatakan dahulu kakeknya memilih nama Sawargi atas pertimbangan yang matang. Dia berkata kata Sawargi hadir sebagai bentuk representasi dari hubungan harmonis antara pemilik, barberman dan pelanggan yang akan menciptakan hubungan sawargi yang dalam bahasa Indonesia berarti keluarga atau persaudaraan.
Risyad mengaku dirinya merupakan generasi ketiga yang melanjutkan estafeta bisnis Pangkas Rambut ini setelah kakeknya, kemudian dilanjutkan ke ayahnya, Ahmad Tossin hingga pada akhirnya dirinya mewarisi bisnis yang sudah dirintis sejak zaman kemerdekaan silam.
Hal yang menjadikan pangkas rambut ini unik dari pangkas rambut lainnya adalah nuansa retro dan klasik yang masih kental ditengah modernisasi Barbershop yang ada. Risyad mengatakan alasan dirinya masih mempertahankan kesan retro ini karena tidak mau menghilangkan jejak historikal dari tempat ini.
“Kita tetap mempertahankan kesan retro karena tidak tidak mau menghilangkan cerita yamg ada didalamnya, supaya setiap orang yang datang mengingat masa lalu dan bernostalgia,” kata dia.
Nuansa retro bukan hanya tergambar dari bangunan yang ada, namun juga dilengkapi hiasan di seisi pangkas rambut itu. Mulai dari hiasan lemari seperti pajangan hingga kursi lawas yang saat ini sudah tidak diproduksi lagi. Risyad mengatakan sempat ada yang hendak membeli kursi tersebut dengan harga Rp 50.000, namun dirinya lebih memilih untuk menyimpannya dengan baik sebagai warisan keluarga.
Harga yang ditawarkan di pangkas rambut inu pun sama tak jah berbeda dengan pangkas rambut pada umumnya. Mulai dari Rp 5.000 untuk potong jenggot biasa hingga Rp 100.000 untuk cat rambut. Untuk potong rambut biasa pun hanya dibandrol seharga Rp 35.000.
Risyad mengatakan dirinya sempat memiliki ide untuk membuka cabang baru. Hal ini dibuktikan dengan banyak orang dari berbagai kota mulai dari Cirebon hingga Jakarta yang hendak mendirikan franchise dari pangkas rambut ini. Namun dirinya memilih untuk menjaga dan melestarikan serta fokus terhadap pangkas rambut Sawargi ini.
Alasan ini dia ambil lantaran sejarah yang ada di pangkas rambut itu sangat kuat dan perlu perizinan kepada generasi sebelumnya untuk membuka cabang. “Sempat mau buka cabang, tapi tersendat perizinan dan tradisi yang ada” kata dia.
Kedepannya dirinya masih membaca dan meraba-raba untuk membuka cabang. Namun guna mempertahankan eksistensi ditengah modernisasi Barbershop yang ada, dirinya tengah fokus dengan meningkatkan pelayanan dan kualitas yang ada.
Pelayanan di pangkas rambut ini menjadi hal utama dan diprioritaskan. Mulai dari tatakrama berperilaku, sopan santun dalam bertutur hingga kenyamanan. Hal ini selaras dengan nama Sawargi yang dipakai. Risyad mengatakan hal utama ditempat ini bagaimana cara pelayanan yang baik unuk menjadikan pelanggaran bukan hanya pelanggan tapi sebagai keluarga.
Saprudin atau yang sering disapa Pak Aep (55), salah satu pegawai tertua yang ada mengatakan dirinya betah bekerja disana. Aep sendiri sudah bekerja di pangkas rambut Sawargi selama 33 tahun. Dirinya bekerja ketika pangkas rambut tersebut masih dikelola oleh generasi pertama dilanjut generasi kedua.
“Saya awal bekerja dulu tahun 1987 waktu saya masih muda dan alhamdulilah bertahan sampai sekarang,” kata dia sembari membereskan rambut yang berceceran di lantai.
Sebagai pengelola generasi ketiga pangkas rambut Sawargi, Risyad berharap pangkas rambut ini kedepannya bisa terus eksis dan menjadi ikon Kota Bandung.
“Semoga Barbershop ini bisa menjadi ikon kota Bandung, dan kedepannya bisa tetap menjaga keharmonisan antara barberman dan pelanggan yang menjadi ciri khas kami dilengkapi ditambah dengan nuansa retro dan klasik. Disamping itu semoga pemerintah kota Bandung lebih bisa memperhatikan dan mengapresiasi pangkas rambut ini.”Pungkasnya.(*)
Penulis: Wildan Noviansah/Job2
Video Editor: Edwin Tk