VIDEO-Pembawa Rezeki Ditengah Situasi Pandemi Dengan Budidaya Ikan Cupang Hias

Ditengah pandemi Covid-19 yang mengharuskan banyak orang berada di dalam rumah, kini penghobi ikan cupang hias justru meningkat drastis.

Editor: yudix

“Yang beli dari seluruh Indonesia. Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa Tengah, Jawa Barat, Maluku kecuali dari bagian timur Indonesia, sejauh ini belum ada yang pesen,” ujarnya.

Rizky tidak asal-asalan dalam menentukan harga ikan cupang. Dia menyesuaikan harga dengan kualitas ikannya. Ikan yang dia jual pun cukup mahal kisaran harga Rp 50 ribu sampai Rp 800 ribu.

“Kita liat kualitas ikan dulu, kalau bagus ya kita gak nanggung untuk jual mahal dan kalau memang kualitasnya rendah kita gak kasih harga tinggi,” ujarnya.



Rizky menuturkan, kenapa ikan cuapang harganya bisa sangat tinggi karena sulit untuk menaikan pigment warna pada ikan cupang itu. Tak pelit, Rizky berbagi resep bagaimana cara menaikan kualitas warna pada ikan cupang.

“Dari ikan menetas seukuran ujung jarum sampai sebesar kelingking lama prosesnya, gak bisa asal. Begitu menetas setiap cupang pasti warnanya solid (warna dasar), item, biru, merah kuning. Nah satu bulan kemudian dia warnanya pudar, diwaktu ini lah kita bisa tentuin itu ikan mau warna dan corak apa. Prosesnya cukup lama bisa sampai 2-3 bulan, pake air biru, pake air bening,” ujarnya.

Sejauh ini Rizky menuturkan, kendala tersulit selama mengurus ikan cupangnya adalah dari segi pakan, dan air. Karena di tengah Kota Cimahi dia mengaku kesulitan mencari pakan hidup seperti kutu air dan jentik nyamuk, air sendiri di Kota Cimahi itu keruh dan terlalu dingin untuk ikan cupangnya. Dan kurangnya sinar marahari yang masuk.

 “Susah dipakan dan air. Dulu waktu masih di Cibiru kan masih banyak sawah jadi saya bisa cari jentik nyamuk dan kutu air di sawah kalo di Cimahi mah gak ada sawah jadi kita beli. Satu lagi dikita itu kan padat penduduk jadi kurang terkena sinar matahari, jadi ikan cupang yang kita jual itu warna dasar semua” kata dia.



Warna solid (warna dasar) jadi primadona di cupang sahabat kosan. Setiap pembeli yang mencari warna solid pasti datang dan menghubungi Rizky.

“Kita itu terkenal dengan warna-warnanya yang solid. Merah, biru, hitam. Jadi pembeli yang mau nyari warna solid itu pasti larinya ke kita,” ujarnya.

Sebagai mahasiswa tingkat akhir, Rizky terkadang kewalahan. Dia harus mengurus ikan cupangnya, kuliah, mengerjakan tugas dan magang.

“Sebenernya agak sulit bagi waktu, kewajiban utama saya kan kuliah ya, ngerjain tugas lah, magang juga. Lelang ikan yang biasanya 3 kali seminggu sekarang cuma 1 kali. Kalau kuliah siang, lelangnya pasti malem. Kalau lagi magang nih senin sampe rabu, kamis sampe minggunya ngurus cupang. Apalagi kalau baru beres lelang,  langsung packing cupang sampe jam 1malem biar kegiatan besok gak keganggu,” kata dia.

Pernah Rugi

Pertengahan tahun 2019, Rizky mengalami musibah. Ikan cupang hasil budidayanya mati puluhan ekor, karena ketumpahan sabun pencuci piring. kedua kalinya ketumpahan obat nyamuk. Dua kali musibah itu membuat dia berfikir untuk berhenti namun, Wiwin (22) yang saat ini menjadi partner bisnisnya, memberi bantuan dan patungan modal.

“Setelah kejadian itu cerita kan, karena suka main ikan juga akhirnya aku ikut patungan modal. Waktu itu aku Rp 400 ribu Rizky Rp 400 ribu. Sebenernya Rizky tuh gak rugi secara materi ya tapi dia rugi cape dan rugi pengurusan cupangnya itu,” kata Wiwin.

Dengan Rp 800 mereka membeli sekitar 30 ekor ikan cupang hias baru dan mulai merintis usaha bersama.

Sumber: Tribun Cirebon
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved