Superball
Cristiano Ronaldo Pernah Menangis Setiap Hari: Saya No 1 Dunia dan Ayah Tak Pernah Menyaksikannya
Inilah kisah mengharukan dan perjuangan keras yang mesti dilalui megabintang Juventus, Cristiano Ronaldo, sebelum mencapai puncak kesuksesan.
TRIBUNJABAR.ID - Inilah kisah mengharukan dan perjuangan keras yang mesti dilalui megabintang Juventus, Cristiano Ronaldo, sebelum mencapai puncak kesuksesan.
Cristiano Ronaldo kini berstatus salah satu atlet-selebritas terkaya di dunia, yang bergelimang gelar dan prestasi di lapangan.
Ternyata, untuk menuju kegemilangan tersebut, pria Portugal berusia 35 tahun itu harus melalui jalan terjal.
Baca juga: Cristiano Ronaldo Raih Penghargaan Golden Foot, Lionel Messi Pun Tak Pernah Meraih Trofi Ini
Baca juga: Sebelum Juventus Lawan Parma, Cristiano Ronaldo Sempat Marah, Ini Sebabnya
Tidak instan karena Ronaldo menjalani berbagai kesulitan di awal-awal kariernya.
"Keluarga kami tidak kaya, jadi harus berjuang untuk bertahan hidup. Situasi saat Anda tumbuh itulah yang memperkuat karakter dan kepribadian Anda," kata Ronaldo.
Pemakai nomor kostum 7 di Juventus dan timnas Portugal itu mengungkapkan kesulitan yang dia alami pada masa kecil.

Pada 1997, Ronaldo cilik pindah dari Nacional, klub asal kampung halamannya di Madeira, ke akademi Sporting CP yang berada di ibu kota Portugal, Lisabon.
Perpisahan dengan orang tua dan keluarga memunculkan trauma di masa mudanya.
"Saya lahir di Pulau Madeira dan saat saya berusia 11 tahun Sporting berbicara kepada orangtua saya," kenangnya dalam interviu dengan petinju Kazakstan, Gennady Golovkin, untuk sebuah dokumenter berjudul "Parallel Worlds" di DAZN.
Baca juga: Achraf Hakimi Bisa Lewati Rekor Facchetti dan Materazzi sebagai Bek Inter Milan Paling Produktif
Baca juga: Pemain Muda Juventus Ini Ingin Hebat seperti Kevin de Bruyne, Punya Beberapa Kesamaan
"Mereka (Sporting) tertarik kepada saya, tapi saya harus pindah ke Lisabon. Saat saya berbicara dengan mereka, ibu bilang, 'Nak, kalau memang kamu ingin pergi, pergilah'."
"Saya menangis tiap hari karena kangen mereka," ujar Ronaldo, dikutip BolaSport.com dari Goal Italia.
Perpisahan dengan keluarga sewaktu muda diakui Ronaldo sebagai salah satu momen tersulit dalam hidupnya.

Momen menyedihkan yang lain adalah kehilangan sang ayah, Jose Dinis Aveiro.
Jose meninggal dunia pada 2005 atau di masa ketika Cristiano membangun tahap awal karier sepak bola profesional menuju kesuksesan.
"Kesedihan buat saya adalah menjadi nomor satu (di dunia) dan ayah tak pernah menyaksikannya."
"Semua anggota keluarga saya melihat itu, tapi Ayah tidak sedikit pun," kata manusia pemegang rekor timnas Portugal tersebut dalam kesempatan terpisah.
"Saat berumur 7 tahun, saya bilang ke ayah bahwa saya ingin memiliki rumah seperti punya Michael Jackson."
"Dia bilang mimpi hanyalah mimpi, itu hanya untuk orang-orang kaya."
"Saya merasa sedih karena ayah tak bisa melihat saya mewujudkan itu dan melihat apa yang saya capai dalam hidup," tutur eks bintang Manchester United dan Real Madrid itu lagi. (*)