Virus Corona
Covid-19 Apa dan Bagaimana Mengatasinya? Jadi Tema Webinar Dharma Wanita Persatuan BPSDM Jawa Barat
Webinar yang dimoderatori Dr Ir Dewi Yuliani MT ini diikuti ratusan peserta yang terdiri atas anggota DWP se-Jawa Barat
Penulis: Agung Yulianto Wibowo | Editor: Agung Yulianto Wibowo
TRIBUNJABAR.ID - Dharma Wanita Persatuan (DWP) Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Jawa Barat menggelar webinar bertema "Covid-19, Apa dan Bagaimana Mengatasinya", Selasa (24/11/2020).
Webinar ini menghadirkan Ketua DWP Provinsi Jawa Barat Dr Ir Dwina Roosmini MS sebagai pengarah, Ketua DWP BPSDM Jawa Barat Ir Diah Utami MT sebagai ketua panitia, dan Kepala Rumah Sakit Kesehatan Kerja (RSKK) dr Rd Vini Adiani Dewi sebagai narasumber.
Webinar yang dimoderatori Dr Ir Dewi Yuliani MT ini diikuti ratusan peserta yang terdiri atas anggota DWP se-Jawa Barat.
Adapun webinar membahas lengkap tentang tahapan yang harus dilalui jika seseorang positif Covid-19, termasuk memilih tempat isolasi atau rawat inap dan prosedur jika sampai meninggal dunia.

Ketua DWP BPSDM Jawa Barat Ir Diah Utami MT mengatakan kegiatan ini digelar karena sebagian besar kita hanya menerima informasi tentang tata cara preventif Covid-19, yaitu menerapkan 3M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak).
Namun, sedikit sekali informasi mengenai bagaimana jika kita sampai terkonfirmasi positif Covid-19.
“Bagaimana prosedur yang harus kita tempuh, kapan kita harus dirawat di rumah sakit rujukan, dan kapan kita hanya cukup isolasi mandiri saja?” ujarnya.
Selain itu, bagaimana prosedur isolasi mandiri di rumah atau di pusat isolasi mandiri, dan bagaimana jika sampai meninggal dunia.
“Prosedur seperti apakah yang akan kita hadapi? Itu semua menimbulkan pertanyaan besar, sementara angka positif Covid-19 terus bertambah,” ucap Diah.
Adapun DWP BPSDM Jawa Barat setiap Jumat pagi menggelar senam pagi di luar ruangan sebagai tindak lanjut SE Sekda Provinsi Jabar tentang anjuran Senam Rutin bagi ASN Pemprov Jawa Barat.
Senam pagi itu menerapkan protokol kesehatan, yaitu memakai masker, menjaga jarak, dan pengecekan suhu tubuh sebelum memasuki arena olahraga.
“Pesan saya adalah selalu disiplin dan taat protokol kesehatan, serta jangan lalai,” katanya.
Ketua DWP Provinsi Jawa Barat Dr Ir Dwina Roosmini MS mengatakan pandemi Covid-19 terjadi sangat dinamis turun naik dari bulan ke bulan di mana saat ini cenderung mengalami kenaikan.

Perilaku masyarakat merupakan salah satu faktor yang menentukan penyebaran Covid-19 sehingga pengetahuan kita terhadap perkembangan penyakit Covid-19 harus terus diasah.
“Untuk itu, pengetahuan-pengetahuan seperti yang kita pelajari dalam webinar ini sangat penting bagi kita semua. Ibu-ibu istri aparatur sipil Negara (ASN) adalah ujung tombak dari pencegahan penyakit, dengan perannya yang sangat besar dalam mengelola berbagai kebijakan dalam rumah dan keluarga,” ujarnya.
Keluarga merupakan agen sosialisasi yang mempunyai pengaruh paling besar dalam penerapan protokol kesehatan dan adapatasi kebiasaan baru.
Ketika keluarga mampu menanamkan nilai-nilai norma baru pada anggotanya dengan baik, maka ketika individu dalam keluarga tersebut pergi ke lingkungan luar dia akan dapat mematuhi protokol kesehatan dengan baik bahkan dapat mengajak orang lain untuk ikut mematuhi protokol kesehatan.
“Mudah-mudahan kita bisa mendapatkan ilmu yang bisa diterapkan sehari-hati karena peran kita sangat penting. Untuk itu, kita harus mengembangkan wawasan,” ucapnya.
Dwina mengapresiasi DWP BPSDM Jawa Barat karena dengan webinar ini, DWP se-Jawa Barat bisa bersilaturahmi, dan bisa saling berlatih berorganisasi dengan baik.
Tentunya pengalaman-pengalaman dalam berorganisasi di DWP diharapkan akan menjadi bekal yang kuat untuk terus mengembangkan diri menjadi pribadi yang tangguh dan selalu siap menghadapi semuda tantangan selama menjadi pendamping ASN.
“Sebagai bagian dari pimpinan suatu organisasi, kita wajib selalu berperilaku yang baik agar bisa menjadi inspirasi orang lain untuk meniru perilaku kita,” katanya.
Metode yang dilakukan untuk menyosialisasikan protokol kesehatan kepada anggota DWP di Jabar adalah dengan menyelengarakan seluruh kegiatan sesuai dengan prinsip -prinsip protokol kesehatan.
“Sampai November ini, berbagai kegiatan DWP telah dilakukan secara online. Pengukuhan pengurus di berbagai kota dan kabupaten serta perangkat daerah juga dilakukan secara online, serta berbagai webinar dengan topik yang sangat menarik telah dilakukan dengan melibatkan seluruh kabupaten dan kota serta perangkat daerah” ujarnya.
Menurut Dwina, jumlah keseluruhan anggota dan pengurus DWP di Jabar, termasuk kota/kabupaten dan perangkat daerah adalah 1.451 anggota, sehingga hal ini bisa menjadi peluang yang sangat potensial untuk berperan aktif dalam pencegahan penyebaran Covid-19 karena peran ibu dalam pendidikan di keluarga sangat penting.
Ibu dapat berperan sebagai agent of change dalam keluarga selama menghadapi pandemi Covid-19.
“Pesan saya, untuk DWP se-Jawa Barat, agar terus mengikuti informasi perkembangan pandemi Covid-19 dari sumber-sumber tepercaya, tetap semangat dalam menjaga kesehatan, menahan diri dalam beraktivitas di luar rumah dengan selalu memilah antara kegiatan yang memang harus dilakukan di luar rumah dengan kegiatan yang masih dimaksimalkan bisa dilakukan di dalam rumah,” ucapnya.
Selain itu, terus memperhatikan kesehatan anggota keluarga dan terus mengawasi penerapan protokol kesehatan bagi seluruh anggota keluarga, memakai masker yang tepat dan benar, menjaga jarak, dan menjaga kebersihan tubuh, terutama mencuci tangan.

Kepala RSKK dr Rd Vini Adiani Dewi mengatakan dia menjadi saksi berbulan-bulan bagaimana Jawa Barat menangani Covid-19.
“Kita harus tahu dulu apa itu virus corona. Virus ini penularannya dari saluran pernapasan. Organ tubuh yang pertama kali diserang adalah saluran pernapasan sehingga penularan dan pencegahan di saluran pernapasan,” ujarnya.
Menurut dia, perilaku 3M itu mencegah masuknya droplet agar tidak terpapar virus corona lewat saluran pernapasan.
“Droplet itu bisa tersembur sejauh minimal satu meter. Makanya kita harus jaga jarak dan keluar memakai masker karena penularannya lewat pernapasan. Selain itu, harus mencuci tangan pakai sabun agar tangan bersih ketika menyentuh mulut dan mata,” ucap dr Vini.
Vaksin dan obat Covid-19 beloum ditemukan. Dia menyarankan kita harus bijak menggunakan disinfektan.
Disinfektan yang bisa kita pakai untuk alat-alat kedokteran dengan kadar alkohol 75 persen dan cairan klorin atau pemutih.
“Kalau botol susu jangan dikasih disinfektan, tapi panaskan dengan suhu di atas 100 derajat celcius,” kata dokter kelahiran 16 Januari 1972 ini.
Adapun pencegahan penyebaran Covid-19 lainnya adalah mengatur sirkulasi udara di dalam ruangan.
Jika seseorang telah terkonfirmasi positif terpapar virus corona dengan gejala ringan, harus melakukan isolasi selama 14 hari.
“Selama dua minggu itu, virus mengalami pelemahan. Semakin daya tubuh kita bagus, virus akan semakin melemah. Jadi kata kuncinya ketika terkonfirmasi positif Covid-19, tingkatkan daya imunitas kita,” ujarnya.
Dokter Vini mengatakan kita tidak mudah tertular tergantung kepada keganasan virus, daya tahan tubuh, dan berapa banyak virus yang berada di lingkungan kita.
“Dua minggu sekali petugas kesehatan di BPSDM Jawa Barat menjalani tes usap. Tingkat stres, gizi, dan pola hidup itu memengaruhi daya tahan tubuh,” ucapnya.
Menurut dia, kalau menjalankan protokol kesehatan dan menerapkan 3M dengan baik, insyaallah kita bisa mencegah Covid-19.
“Yang juga utama adalah berpikir positif dan berdoa,” kata dr Vini.
Bentuk Kepedulian dalam Mengatasi Covid-19
KEPALA BPSDM Jawa Barat Dicky Saromi mengatakan kegiatan webinar ini diprakarsai DWP BPSDM Jawa Barat sebagai bagian dalam rangka HUT Ke-21 DWP Jawa Barat.
Selain itu, juga sebagai bentuk kepedulian kepada masyarakat dalam mengatasi pandemi Covid-19.
Semua dilatarbelakang oleh masih banyaknya masyarakat yang perlu diberitahu tidak hanya soal bagaimana pencegahan dengan protokol kesehatan 3M.
“Tapi juga tentang tahapan yang harus dilalui jika seseorang terpapar Covid-19 mulai dari memilih tempat isolasi, pengobatan yang dilakukan, sampai jika ada yang meninggal dunia,” ujarnya.
Menurut Dicky, BPSDM Jawa Barat sebagai tempat isolasi pasien Covid-19, perlu diinformasikan juga prosedur yang harus dilalui jika ada yang membutuhkan tempat isolasi.
“Serta hal-hal apa saja yang dilakukan dalam proses penyembuhannya ,termasuk testimoni dari pasien Covid-19,” kata Dicky.

Terima Kasih Pemprov Jabar, Saya Bangga Menjadi Warga Jawa Barat
DALAM webinar itu, Apt Drs Chandra Haribowo MM membagikan testimoni saat menjalani pusat isolasi Covid-19 di BPSDM Jawa Barat.
Menurut dia, pelayanan dan fasilitas saat menjalani isolasi di BPSDM Jawa Barat begitu luar biasa.
“Ternyata Jawa Barat punya pusat isolasi yang hebat. Luar biasa BPSDM Jawa Barat ini,” katanya.
Sebelum menjalani isolasi di BPSDM Jawa Barat, Chandra sempat dirawat di ruang isolasi di sebuah rumah sakit di Kota Bandung.
Sesuai protokol perawatan di ruang isolasi rumah sakit, dia tidak diperbolehkan keluar dari kamar isolasi yang berukuran terbatas.
“Kalau di pusat isolasi di BPSDM Jawa Barat, kita bisa berjemur dan suasananya lebih santai. Para pasien juga bisa bersosialisasi dengan sesama pasien dan tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat di rooftop yang ada gazebonya,” ujar Chandra.
Sebelum terkonfirmasi positif Covid-19, berdasarkan diagnosa dan hasil lab, Chandra menderita tipus. Apalagi hasil rapid test pada saat itu adalah nonreaktif.
Pada saat itu, dia tinggal di Depok.
“Hari kedua saya kurang enak badan dan demam dengan suhu tubuh 37 derajat celcius. Saya merasa tidak nyaman dan memutuskan rawat inap di sebuah rumah sakit di Bandung,” ucapnya.
Pada 21 September 2020, Chandra melakukan perjalanan dari Depok ke sebuah rumah sakit di Bandung.
Sesampainya di Instalasi Gawat Darurat (IGD), dia menjalani rontgen. Hasilnya, ada flek di paru-parunya dan direkomendasikan dirawat di ruang isolasi.
“Secara psikis, saya agak terganggu. Saya membayangkan hal-hal yang mengerikan di ruang isolasi dan ternyata itu saya alami sendiri,” ujar karyawan sebuah badan usaha milik negara (BUMN) ini.
Chandra menjalani perawatan di ruang isolasi di sebuah rumah sakit selama tiga minggu.
Dia sudah menjalani terapi dengan protokol Covid-19, walaupun saat itu hasil uji usapnya belum ada. Dan terkonfirmasi positif beberapa hari kemudian.
“Pada minggu pertama saya tidak merasakan gejala Covid-19. Saya merasa demam di malam hari saja dan tidak nafsu makan sama sekali, seperti gejala tipus saja” katanya.
Namun, pada minggu kedua, Chandra mulai merasakan sesak napas hingga saturasi oksigennya turun menjadi 66 persen.
“Saat di rumah sakit sudah diberikan antivirus yang diminum dengan harapan pada hari ke empat ada perkembangan. Tapi ternyata flek saya makin banyak dan kemudian diganti antivirus yang disuntik pada 2 Oktober 2020,” ujarnya.
Chandra disuntik antivirus lima hari pada fase pertama dan lanjut lima hari pada fase kedua.
“Setelah tiga minggu di rumah sakit, kondisi saya sudah stabil dan diizinkan keluar rumah sakit. Karena hasil swab test masih positif, pada 12 Oktober 2020, saya melanjutkan isolasi di BPSDM Jawa Barat,” kata Chandra.
Bahkan, istri dan satu anaknya yang terkonfirmasi positif Covid-19 juga ikut menjalani isolasi di BPSDM Jawa Barat.
“Menjalani isolasi mandiri di BPSDM Jawa Barat itu santai banget, seperti di vila. Apalagi lokasinya yang berada di dataran tinggi, jadi udaranya sejuk,” ucapnya.
Pada 15 Oktober, Chandra kemudian selesai menjalani isolasi di BPSDM Jawa Barat setelah hasil uji usapnya negatif Covid-19.
Hikmah dari semua ini, Chandra beberapa kali menjadi narasumber sebagai penyintas Covid-19. Banyak teman dan saudaranya yang meminta saran, kalau ada keluarga dan teman mereka yang punya gejala.
“Terima kasih kepada Pemprov Jabar yang menyediakan sarana isolasi yang luar biasa. Saya bangga menjadi warga Jawa Barat. Pusat isolasi di BPSDM Jawa Barat itu bermanfaat buat semua. Saya saksi dan merasakan fasilitas itu,” ujar Chandra. (agung yulianto wibowo)