Virus Corona di Jabar
Penghadangan Jenazah Covid-19 oleh Santri di Indramayu Terjadi saat Hasil Swab Belum Keluar
klaster tersebut terjadi akibat aksi nekat warga dan para santri pondok pesantren setempat menghadang jenazah Covid-19 saat hendak dimakamkan.
Penulis: Handhika Rahman | Editor: Seli Andina Miranti
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Handhika Rahman
TRIBUNJABAR.ID, INDRAMAYU - Klaster pesantren yang terjadi di kompleks pondok pesantren di Kecamatan Bongas, Kabupaten Indramayu menghebohkan masyarakat.
Pasalnya, klaster tersebut terjadi akibat aksi nekat warga dan para santri pondok pesantren setempat menghadang jenazah Covid-19 saat hendak dimakamkan.
Juru Bicara Satgas Covid-19 Kabupaten Indramayu, Deden Bonni Koswara mengatakan, kejadian itu terjadi pada 8 November 2020.
Baca juga: Pemkab Sukabumi Bagikan 640 Ribu Masker, Biar Pilkadanya Sehat
Saat itu, meski sudah meninggal dunia, hasil swab pasien yang merupakan tokoh agama setempat belum keluar.
"Mereka saat itu ingin menghormati pimpinannya atau pasien tersebut," ujar dia kepada Tribuncirebon.com, Selasa (24/11/2020).
Masih dijelaskan Deden Bonni Koswara, petugas pemulasaran yang saat itu bertugas tidak bisa berbuat banyak.
Warga dan para santri tetap memaksa dengan menghadang dan meminta jenazah di bawa dahulu ke pondok pesantren.
Di sana, petugas kembali diberi pengertian, warga pun akhirnya setuju pemakaman jenazah dilakukan dengan protokol Covid-19, dengan catatan mereka ingin menyolatkan jenazah terlebih dahulu.
Jenazah pun disalatkan di depan mobil ambulance.
"Di pondok pesantren tersebut mereka mengharapkan agar jenazah disolatkan di depan mobil sehingga tidak langsung ke pemakaman," ujarnya.
Imbasnya, 20 orang dinlingkungan kompleks pondok pesantren itu positif Covid-19 sesuai hasil tracing Satgas.
Baca juga: Cegah Penyebaran Covid-19 di Zona Merah, Puskesmas Cimahi Tengah Lakukan Rapid dan Swab Test
Terdiri dari 18 santri dan dua pengurus pondok. Satgas Covid-19 Kabupaten Indramayu kini tengah melakukan tracing ulang terhadap seluruh santri untuk menekan penyebaran.
"Kami sudah berkoordinasi dengan pak camat selaku Ketua Satgas Kecamatan, kami meminta untuk dilakukan disinfeksi terhadap dan memisahkan orang-orang yang tidak terpapar," ujar dia.