Pangdam Mayjen TNI Dudung Tak Takut Dicopot, Terbiasa Susah, Jadi Loper Koran saat SMA di Bandung
Jika jabatan Pangdam Jaya dipersoalkan dan dicopot gara-gara menurunkan baiho Habib Rizieq Shihab, Mayjen TNI Dudung Abdurachman tidak takut.
Nama Pangdam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurachman masih menjadi perbincangan.
Kemain dia menceritakan kehidupan masa kecilnya yang sangat sederhana dan biasa hidup susah.
Maka, jika jabatan Pangdam Jaya dipersoalkan dan dicopot gara-gara menurunkan baiho Habib Rizieq Shihab, Mayjen TNI Dudung Abdurachman tidak takut.
Mayjen TNI Dudung Abdurachman terbiasa kerja kerasa. Saat SMA di Bandung, dia mencari uang tambahan mejadi loper koran.
Baca juga: Nasib Memprihatinkan Jenderal Polisi Napoleon Bonaparte, Dipenjara Bareng Penjahat yang Ditangkapnya
Baca juga: Klaster Pesantren Muncul di Bongas Indramayu, 18 Santri dan Dua Pengasuh Positif Covid-19
//
TRIBUNJABAR.ID, JAKARTA - Jabatannnya sebagai Pangdam Jaya hendak dicopot, Mayjen TNI Dudung Abdurachman, menyatakan dirinya tak khawatir.
Isu jabatannya hendak dicopot ini terkait langkah tegasnya menangani polemik Habib Rizieq Shihab.
Saat ini, nama Dudung ramai diperbincangakan lantaran pencopotan baliho HRS yang menimbulkan pro kontra
Meski begitu, ia mengatakan tak pernah takut bila hal tersebut justru berdampak pada jabatannya saat ini sebagai Pangdam.
"Dulunya (saya) tukang koran. Jadi kalau saya jadi Pangdam (sudah) bersyukur banget dan Bapak saya cuma PNS. Jadi misalnya dicopot gara-gara ini, copot lah, saya nggak pernah takut, benar saya nggak takut," jelasnya di Makodam Jaya, Senin (23/11/2020).
Kehidupan sewaktu Sekolah Menengah Atas (SMA) di Bandung yang dijalani sebagai loper koran, membuatnya tak takut bila sewaktu-waktu ia harus kehilangan jabatannya.
Pasalnya, ia sudah terbiasa menjalani hidup secara sederhana hingga harus memilih masuk sekolah siang demi berjualan koran di pagi harinya.
"Sepeninggalan bapak itu bisa jualan pasar keliling warung-warung ke Kodam, ke kantin. Pas ke sekolah SMA kelas X harusnya saya masuk SMA yang pagi, saya bilang ke ibu saya kalau bisa masuknya siang karena saya mengatakan ingin jadi loper koran. Jadi dapatnya siang,"
"Nah jadi kita masuk siang, tapi pagi dari pukul 04.00 WIB sudah berangkat yang beli koran sampai pukul 08.00 WIB. Ada 270 buah koran, ada majalah dan segala macam. Nah setelah itu antar lagi makanan ke Kodam,ke warung-warung dan habis itu biasa nyari kayu bakar. Sebab cara masak apa kayu bakar," jelasnya.
Menurutnya, langkah tegasnya ini sudah sesuai dengan aturan yang ada.