Puncak Sulibra, Tak Jauh dari Kota, Mendakinya Mudah, Bisa Lihat Sunrise di Antara Lautan Kabut
Halimun atau kabut tipis keluar dari tanah yang dijadikan kebun kentang di ketinggian 2100 meter di permukaan laut
Penulis: Mega Nugraha | Editor: Ichsan
Selain Perhutani, lahan itu dikelola oleh PT Perkebunan Negara dan selebihnya di kelola perusahaan swasta lewat hak guna usaha (HGU). Petani menyewa lahan HGU itu.
Jalan setapak di tengah kebun di bukit gundul itulah yang harus dilewati pendaki untuk menuju Puncak Sulibra. Akses petani menuju kebun-kebun itu menggunakan motor yang dimodifikasi jadi motor trail sehingga bisa melibas lumpur.
Pepep Dw, pegiat lingkungan di Bandung menerangkan, kawasan tersebut era pemerintahan kolonial dijadikan perkebunan kina lewat perusahaannya. Belakangan, setelah kemerdekaan, pemerintah menasionalisasi perusahaan asing.
"Pascaperalihan, kebun-kebun kina itu ditebang. Lahannya kemudian dikelola oleh pemerintah dan swasta lewat pemberian hak guna usaha (HGU) ucap dia," ujarnya.
Hingga akhirnya, pembukaan besar-besaran pun massif. Berkelindan dengan kebutuhan perut warga sekitar dengan Berkebun sayuran, sekalipun kawasan itu berstatus hutan lindung.
Baca juga: Wisata Edukasi Sejarah di Curug Walanda Citatah KBB, agar Milenial Tahu Kehidupan Pendahulunya
"Harusnya fungsi-fungsi hutan lindung harus tetap dijaga. Mana hutan lindung yang bisa dimanfaatkan dan dikelola warga lewat pengelolaan hutan bersama masyarakat (PHBM) dan mana untuk buffer zone," ujar Pepep.
Saat Tribun turun dari puncak jelang sore, Sabtu (21/11/2020) turun hujan deras. Air mengalir deras dari perbukitan. Jalan raya dipenuhi lumpur yang terbawa air.
Masuk ke aliran air hingga akhirnya bermuara di Sungai Citarum yang berujung di Laut Jawa, melintas Kabupaten Bandung, Bandung Barat, Kota Cimahi, Kabupaten Purwakarta, Karawang dan Bekasi.