Jemabatan di Daerah Ini Ambruk, Penghubung Sejumlah Desa, Warga Terpaksa Memutar Lebih Dari 5 Kilo
Akses jembatan selain menghubungkan dua desa, jalur itu biasa dilalui warga dari tiga kecamatan yakni Kecamatan Kadugede, Nusaherang dan Darma.
TRIBUNCIREBON.COM,KUNINGAN - Jembatan penghubung Desa Ciherang dan Desa Jambar putus alias ambruk.
Hal itu terjadi setelah sebelumnya, pondasi bangunan bawah jembatan tersebut habis terkikis air Sungai Cibulakan.
"Akhir-akhir ini memang sering terjadi hujan dan arus air sungai pun deras. Mungkin akibat terlukis air, bangunan pondasi tidak ada dan mengakibatkan begini," ungkap Sutardi (48),warga Desa Ciherang saat ditemui di lokasi jembatan ambruk tadi, Minggu (8/11/2020).
Baca juga: Perempuan Cantik yang Ditemukan Tergeletak di Tepi Jalan di Kota Tasikmalaya, Dirawat di RSU
Akses jembatan selain menghubungkan dua desa, jalur itu juga biasa dilalui warga dari tiga kecamatan yakni Kecamatan Kadugede, Nusaherang dan Darma.
"Iya akses jembatan ini untuk warga desa sekitar dan peristiwa ambruknya jembatan terjadi pada Minggu pagi sekitar pukul 09.00 WIB," katanya.
Tidak ada korban dalam kejadian ambruknya jembatan ini.
Baca juga: Kang Uu Kembali Ingatkan Kejadian Komunitas Motor di Bukittinggi Jadi pelajaran, Jangan Arogan
"Karena pihak pemerintah desa setempat telah memblokir jalur menuju jembatan tersebut dan melapor ke Polsek serta ke BPBD Kuningan," ungkapnya.
Hal serupa juga dikatakan Kepala Desa Ciherang, Kecamatan Kadugede menyebutkan bahwa ambruknya jembatan penghubung Desa Ciherang dan Desa Jambar itu diduga karena jembatan tidak kuat lagi menahan beban karena pondasi yang tergerus aliran sungai.
"Itu pondasinya terus terusan tergerus air sungai jadi kemungkinan sudah tidak kuat menahan beban. Juga usia jembatan yang sudah tua juga jadi salah satu penyebabnya," kata Masdja Kades setempat.
Baca juga: BERITA PERSIB, Igbonefo Ungkapkan Rasa Cemburu, Mengaku Bingung dengan Situasi Sekarang
Akibat putusnya jembatan itu kata Masdja, warga Desa Ciherang yang ingin menuju Desa Jambar maupun sebaliknya harus melalui jalan lain dengan memutar sejauh 5 kilometer.
"Sementara muter dulu jalannya, lebih jauh kalau lewat jembatan ini kurang dari dua kilometer. Tapi kalau muter bisa lebih dari lima kilometer jaraknya," katanya.
Akibat ambruknya jembatan tadi, kata dia, area sawah yang berada tepat di sisi jembatan tersebut juga ikut terancam.
"Untuk irigasi luas sawah di desa kami memang sedikit gunakan air, namun lahan sawah Desa Bayuning (tetangga desa, red) itu semua pengairan untuk sawah dari sungai ini," katanya. (Ahmad Ripai)