Ahmad Dhani Beli Saksofon di Pasar Cikapundung, Barang Antik, Usianya 100 Tahun

Mereka yang pernah singgah di kios The Sax Guitar adalah David Naif, Ahmad Dhani, Dani Java Jive, politikus Permadi, dan Fadli Zon.

Istimewa
Fadli Zon (kanan) berfoto di depan kios musik The Sax Guitar milik Samuel Heriono di Pasar Cikapundung, Kota Bandung. 

THE Sax Guitar adalah adalah kios alat musik, terutama alat musik tiup di Pasar Cikapundung. Kios ini kerap dikunjungi orang-orang ternama di Indonesia. Mereka yang pernah singgah di kios The Sax Guitar adalah David Naif, Ahmad Dhani, Dani Java Jive, politikus Permadi, dan Fadli Zon.

"Bahkan turis-turis bule pun sering mampir ke sini. Beberapa dari mereka membeli alat musik di sini," ujar Samuel Heriono yang biasa disapa Her saat ditemui di kiosnya The Sax Guitar lantai 3 Blok HU-19, di Pasar Antik Cikapundung, belum lama ini.

Ahmad Dhani, kata Heriono, sempat membeli dua saksofon darinya. Dhani membeli saksofon tenor Prancis dan alto Amerika yang masuk kategori antik, usianya mencapai 100 tahun.

"Usia 100 tahun memang masuk barang antik, tapi untuk saksofon, saat ini banyak yang berusia segitu," kata Heriono.

Heriono di kiosnya menjual alat musik tiup yang termasuk jarang ditemukan di Bandung, yaitu saksofon, flut klarinet, trombon, dan lain sebagainya. Selain itu, tentu saja berbagai alat musik lainnya juga seperti gitar, drum, konga, dan alat musik lainnya.

Di The Sax Guitar dipenuhi oleh berbagai jenis alat tiup yang tergantung rapi secara khusus yang sekelilingnya berbaur dengan berbagai alat musik lainnya seperti gitar, bas, drum, konga, dan lain-lain.

"Sebenarnya enggak sengaja (terjun di dunia jual beli alat musik tiup), semuanya terjadi begitu saja meskipun tentu ada proses sebab dan alasannya," katanya.

Di Bandung, masih jarang yang menjual alat musik tiup bekas. Sekalipun ada, mereka menjualnya tidak resmi atau berjualan hanya dari mulut ke mulut saja di rumah. Berbeda dengan Heriono, ia menjual berbagai alat musik tiup bekas di kiosnya itu.

Hobi

Sudah lazim jika sebuah hobi kemudian berkembang menjadi usaha bisnis yang memberikan hasil memuaskan bagi pelakunya.

Salah satu contohnya terjadi pada Samuel Heriono. Siapa nyana jika berawal dari hobi dan kesukaan, ia menjadi seorang pebisnis alat-alat musik dan barang bekas lainnya.

Baca juga: Terpisah 20 Tahun, Kini Treni Akan Berada di Tasikmalaya Selama Seminggu, Reuni dengan Keluarganya

Heriono sendiri awalnya hanya bekerja di perusahaan cat yang salah satu fungsinya bisa untuk cat gitar.

Dia banyak berinteraksi dengan para pelaku usaha pembuat gitar seperti Prince, Alegro, dan Arista.

Dari interaksi itu, Heriono kerap membeli gitar-gitar dari mereka untuk dijual kembali. Bisnis kecil-kecilan ini dia lakukan secara sederhana hanya dari rumah saja.

"Dari situ kemudian terus berkembang. Selain alat musik tiup dan gitar, saya juga menjual alat musik lain seperti drum, konga, bas, keyboard dan lain sebagainya, bahkan saya jualan piringan hitam dan sepatu juga," katanya.

Meski item yang ia jual bertambah banyak, namun The Sax Guitar sudah telanjur akrab dan identik dengan alat-alat musik tiup.

Tak heran jika kemudian kios Heriono dianggap sebagai spesialis jual-beli alat musik tiup di Kota Bandung, sehingga setiap orang yang datang pun kebanyakan lebih tertarik kepada alat-alat musik tiup yang dipajang Heriono.

Baca juga: Nita Thalia Tak Dikasih Biaya Makan, Suami Sebut Alasannya karena Durhaka

Lebih seru lagi, di kios The Sax Guitar, pengunjung tidak saja boleh melihat-lihat, namun juga bisa melakukan jamming atau nyanyi bareng dengan alat-alat musik yang ada di situ.

Kios Heriono di Cikapundung ini memang dikenal sebagai kios yang kerap digunakan sebagai tempat santai dan kongko sambil bernyanyi karena semua jenis alat musik ada di sini.

Hobi Musik

HOBI musik dan bernyanyi membuat Samuel Heriono kerap berinteraksi dengan para pemusik. Pada 1997, ia merasa tertarik belajar saksofon.

Oleh seorang kawan ia diarahkan belajar alat musik saksofon pada seorang guru.

"Saya pun dikenalkan dengan guru saksofon saya, Pak Nicko. Dari beliau saya bisa belajar saksofon sampai ke product knowledge-nya, termasuk pemilihan bahan. merek, dan harga," katanya.

Pada 1998 Heriono memiliki saksofon pertamanya dengan merek SML buatan Prancis yang ia beli seharga Rp1,6 juta. Untuk menambah wawasannya, Heriono pun belajar ke Rumah Tiup milik Tina.

Dari situ, ia mendapatkan wawasan yang bertambah banyak sebagai bekal kelak berbisnis saksofon.

Sejak saat itu pria kelahiran 6 Juni 1966 pukul 06.00 sebagai anak keenam, mulai gemar mengumpulkan saksofon dan kemudian secara tidak sengaja ia pun terlibat bisnis jual beli saksofon.

"Saya mulai serius menggeluti jual beli saksofon dan alat musik tiup lain semisal clarinet, trombon hingga flute sejak saat itu. Namun jual beli gitar masih tetap digeluti juga sampai sekarang," ujarnya.

Bisa Beli Kios Sendiri

BISNIS jual beli alat tiup dan gitar Samuel Heriono kian berkembang pesat.

Namun Heriono merasa berbisnis di rumah sudah tidak memungkinkan lagi, mengingat jumlah barang yang ia miliki pun bertambah banyak.

Baca juga: VIDEO Jembatan Bucin yang Instagramable di Saguling Kabupaten Bandung Barat

Gayung bersambut ketika pada 2012, seorang temannya, Yanto, mengajak ia membuka kios di Pasar Antik Cikapundung lantai 3.

Saat itu, kondisi Pasar Antik masih belum seperti sekarang karena masih kosong dan belum resmi dibuka.

"Rekan saya inilah yang awalnya berinisiatif mengubah lantai 3 Pasar Cikapundung menjadi pasar antik pada 2012. Saya pun langsung setuju dan mau membuka kios," kata Heriono.

Heriono pun kemudian membuka kios bernama The Sax Guitar di Pasar Antik Cikapundung lantai 3 di mana pada saat itu ia hanya berdagang alat musik bekas yang didominasi alat musik tiup dan gitar (untuk gitar ada yang bekas ada yang baru).

Ia sempat menikmati kios gratis selama enam bulan namun dengan kondisi yang saat itu sangat sepi.

Seiring waktu berjalan, pasar antik ini berkembang cepat dan ramai. Hal ini berimbas kepada usaha jual beli alat musik Heriono yang turut terdongkrak bahkan semakin maju dengan bertambahnya alat-alat musik bekas yang ia tampung untuk dijual kembali.

Bahkan tidak lama setelah buka, satu tahun kemudian Heriono mampu membeli kios dengan uang hasil penjualan barang yang ada di kiosnya, tanpa merogoh kocek dari anggaran lain. (kemal setia permana)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved