VIDEO Petani Majalengka Biarkan Sayuran Membusuk di Kebun daripada Dijual Tapi Nombok
"Kalau dijual rugi, kalau tidak dijual rugi juga. Tapi mending dibiarkan untuk nantinya dijadikan pupuk daripada dijual tapi nombok"
Penulis: Eki Yulianto | Editor: yudix
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto
TRIBUNJABAR.ID, MAJALENGKA- Sejumlah petani di Kabupaten Majalengka terpaksa membiarkan sejumlah tanaman yang siap panen membusuk di kebun.
Buka Tutup Jalan di Bandung Diberlakukan
Ingat 2 Bocah di Indramayu yang Viral
Petani Majalengka Biarkan Sayuran Membusuk
Pasalnya, para petani dilanda kebingungan lantaran anjloknya harga jual sejumlah tanaman di tengah pandemi Covid-19 seperti sekarang ini.
Jika dipaksakan dijual, petani-petani tersebut bahkan harus nombok untuk menutupi biaya produksi yang selama ini sudah dikeluarkan.
Salah satu petani yang merasakan hal tersebut adalah Tatang Tarsono (53), warga Blok Banjar, Desa Argalingga, Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka.
ia mengaku, daripada harus nombok menjual berbagai tanaman yang ia tanam, ia terpaksa membiarkan tanaman sawi putih dan kubis membusuk di kebunnya sembari menunggu harga jual tanaman tersebut kembali normal.
Di Desa Argalingga terdapat 20 hektare kebun yang ditanami berbagai macam sayuran yang harganya anjlok.
"Kami terpaksa melakukan hal itu (membiarkan tanaman membusuk) karena harganya ketika dijual murah. Sedangkan, jika dipanen, akan rugi untuk ongkos panen. Daripada dipanen, mending dibiarkan," ujar Tatang saat ditemui di kebunnya, Kamis (17/9/2020).
Tatang menyebut, untuk harga jual tanaman sawi putih ini hanya Rp 600 sampai Rp 700 per kilogramnya.
Sedangkan, untuk kubis berkisar Rp 300 dan tomat hanya Rp 700.
"Harga-harga itu bagi kami tidak bisa menutupi biaya produksi dari awal tanam hingga panen. Untuk keseluruhan tanaman itu jika harga normal, berkisar di harga Rp 2 ribu hingga Rp 3 ribu. Kalau dipanen, kami malah rugi bahkan nombok," ucapnya.
Dijelaskan Tatang, anjloknya harga jual sejumlah tanaman dari petani ke para pedagang di pasar, diyakini karena turunnya permintaan pembeli.
Pasalnya, di tengah pandemi Covid-19 saat ini, pengunjung di pasar otomatis berkurang yang mana menyebabkan para pedagang di pasar menurunkan pasokan bahan jualnya kepada para petani.
"Dampak dari pandemi, dari wabah ini begitu terasa oleh para petani. Soalnya permintaan dari pasar-pasar besar juga biasanya banyak yang minta full, sekarang mah setengahnya," jelas dia.
• Harga Anjlok, Petani di Lembang Bagi-Bagi Tomat Gratis ke Pengguna Jalan
Petani lainnya, Idad (43) mengaku dirinya terpaksa membiarkan tanaman tomat yang selama ini ia tanam membusuk di kebun lantaran harga jualnya yang anjlok.
Ia pun harus merugi hingga jutaan rupiah jika tetap menjual ribuan tomat ke para pengepul di pasar.
"Kalau dijual rugi, kalau tidak dijual rugi juga. Tapi mending dibiarkan untuk nantinya dijadikan pupuk daripada dijual tapi nombok. Biasanya kalau harga normal untung hingga Rp 9 juta untuk menjual tomat sebanyak 3 ton," ujar Idad yang memiliki kebun tomat seluas 4000 meter per segi.
Ia hanya berharap, harga jual tanaman dari petani bisa kembali pulih sehingga, bisa menutupi biaya produksi yang selama ini mereka keluarkan.
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Petani Majalengka Biarkan Sayuran Membusuk di Kebun daripada Dijual Tapi Nombok, https://jabar.tribunnews.com/2020/09/17/petani-majalengka-biarkan-sayuran-membusuk-di-kebun-daripada-dijual-tapi-nombok.
Penulis: Eki Yulianto
Editor: Adityas Annas Azhari
Video Editor: Wahyudi Utomo