Di Sumedang Sampah Bisa Dijadikan Bahan Bakar Minyak untuk Kompor
Tim pengelola sampah Desa Legok Kidul, Kecamatan Paseh, Kabupaten Sumedang menciptakan bahan bakar minyak
Penulis: Hilman Kamaludin | Editor: Ichsan
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin
TRIBUNJABAR.ID, SUMEDANG - Tim pengelola sampah Desa Legok Kidul, Kecamatan Paseh, Kabupaten Sumedang menciptakan bahan bakar minyak untuk kompor yang terbuat dari sampah hingga menghasilkan nilai ekonomis yang tinggi.
Untuk memanfaatkan bahan bakar dari sampah ini penggunaannya harus ditunjang dengan beberapa alat seadanya yang terbuat dari botol bekas serta selang agar kompor gas bisa menyala seperti kompor pada umumnya.
Setelah itu, kompor pun baru bisa menyala dengan waktu yang juga bisa bertahan lama. Tetapi, terkait hal ini tergantung berapa banyak minyak dari sampah itu yang nantinya akan digunakan.
Pejabat Kepala Desa Legok Kidul, Iswanto mengatakan, dalam proses pembuatan bahan bakar minyak ini, tim pengelola sampah memulai dengan memungut sampah dari rumah warga, kemudian dikumpulkan di tempat penampungan akhir.
• Baru Masuk Musim Kemarau, Sudah Ada Wilayah di Kabupaten Bandung yang Kekurangan Air Bersih
"Setelah itu, sampah yang sudah dikumpulkan dan dibersihkan dilakukan penyulingan sebaik mungkin, hingga hasil permentasinya bisa menghasilkan minyak sebagai bahan bakar," ujarnya di Kantor Desa Legok Kidul, Senin (7/9/2020).
Menurutnya, proses untuk menghasilkan minyak dari sampah ini memang tidak mudah. Tapi, berkat keuletan dan ketelatenan tim pengelola, akhirnya dari sampah bisa menghasilkan minyak.
Ia mengatakan, pengoleloan dan pengolahan sampah di wilayah Desa Logok Kidul sudah berjalan cukup lama dengan memanfaatkan teknologi tepat guna untuk menciptakan inovasi yang baru tersebut.
"Alhamdulillah kami dapat menghasilkan produk yang bernilai ekonomis, di antaranya hasil dari olahan sampah tersebut adalah minyak yang dapat dijadikan sebagai bahan bakar kompor," katanya.
Ketua Tim Pengelolaan Sampah Desa Legok Kidul, Iwan Kustiawan, menambahkan, untuk menciptakan inovasi ini, awalnya tim tersebut mengelola dan memilah-milah sampah untuk mempermudah dalam pengolahannya.
"Selain menghasilkan minyak, sampah yang sudah didaur ulang dibersihkan dan dijual kepengepul yang biasa menampung barang rongsok," ucapnya.
Iwan mengaku sangat bangga karena bisa mengolah sampah yang awalnya dianggap tidak berharga, tetapi saat ini bisa diolah menjadi barang yang sangat bermanfaat.
"Kami dipercaya oleh pemerintah desa sebagai tim pengelola sampah untuk mengolah melalui penyulingan sehingga hasil permentasinya menghasilkan minyak sebagai bahan bakar," kata Iwan.
• UPDATE CORONA: Total 196.989 Kasus Covid-19 di Indonesia, Bertambah 2.880
Camat Paseh Beni Satriaji mengatakan, dengan adanya inovasi dalam hal pengelolaan dan pemanfaatan sampah yang dilakukan tim pengelola sampah Desa Legok Kidul ini bisa berdampak baik bafi masyarakat dan lingkungan.
"Ada dampak sosial bisa mendisiplinkan masyarakat, tidak membuang sampah sembarangan sehingga lingkungan tempat tinggal tertata dan bersih," ucapnya.
Sementara untuk nilai ekomonisnya yakni sampah itu yang bisa didaur ulang, sehingga memiliki nilai jual yang tinggi dan selebihnya bisa disuling dan menghasilkan minyak sebagai bahan bakar kompor.