VIDEO Gercin Cimahi Mengajar Anak Jalanan, Aksi Tersebut Sudah Berlangsung Dua Bulan

Rose Else, wanita yang berdomisili di Kota Cimahi, Jawa Barat, berprofesi sebagai tenaga pengajar dan pelatih senam zumba, membuat gebrakan yang difo

Penulis: Daniel Andreand Damanik | Editor: yudix
Laporan Wartawan Tribun Jabar Daniel Andreand Damanik 
 
TRIBUNJABAR.ID, CIMAHI - Rose Else, wanita yang berdomisili di Kota Cimahi, Jawa Barat, berprofesi sebagai tenaga pengajar dan pelatih senam zumba, membuat gebrakan yang difokuskan kepada anak-anak jalanan yang putus sekolah dan orang buta huruf.
 
"Nama kelompok kami ialah Gerakan Rakyat Cinta Indonesia (Gercin), kami sudah beraktivitas selama dua bulan untuk mengajar anak jalanan dan orang yang buta huruf," kata Rose Else di Alun-alun Kota Cimahi.
 
Gerakan tersebut bermula saat Rose melatih senam zumba setiap hari Minggu di Alun-alun Cimahi. Ia melihat beberapa kelompok anak dan menanyakan terkait aktivitas mereka dan pendidikannya.
Berbagai pendekatan dilakukan oleh Rose dan rekannya untuk bisa mengajak anak-anak tersebut belajar membaca, menghitung dan lainnya.
 
"Pendekatannya cukup lama, saya dekati pengelolanya. Salah satu kunci lainnya ialah kenyangkan dulu perut mereka . Setiap kesini saya selalu membawa makanan. Tentunya menghadapi mereka tidak boleh kasar, dan tidak boleh langsung menyuruh mereka agar pintar," katanya.
 
Setiap minggunya, Rose dan rekannya mengadakan 4 kali pertemuan dengan anak-anak tersebut. Pertemuan untuk belajar dilakukan setiap hari Senin, Rabu, Jumat, dan Minggu. 
 
Kegiatan belajar dilakukan mulai pukul 08.00 WIB hingga 12.00 WIB. Di lokasi belajar, pengaturan suasana tempatnya sangat sederhana. Hanya ada 1 Papan tulis, karpet dan alat tulis. 
 
Rose memiliki impian, bahwa jika bekerjasama dengan Dinas Sosial dan Dinas Pendidikan, nantinya mereka bisa difasilitasi satu rumah singgah. 
 
Peserta yang mengikuti pembelajarannya berusia 7 tahun hingga 18 tahun. Jumlah pesertanya ialah 15 orang. Namun, umur tidak menjadi ketentuan baku, karena ada yang sudah orangtua yang buta huruf.
Selama proses pembelajaran, mereka akan dikelompokkan sesuai kebutuhan. Secara bergantian, tenaga pengajarnya berjumlah 3 orang.
 
Harapannya, setelah dirasa mampu untuk belajar membaca, menulis, dan berhitung, anak-anak tersebut bisa mendapat ijazah dan bisa mandiri dalam hidup.
 
Penulis: Daniel Andreand Damanik
Video Editor: Wahyudi Utomo
Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved