Pandemi Covid 19
IDI Majalengka Sayangkan Sekolah yang Sudah Menggelar Belajar Tatap Muka
Menurut data Jumat (28/8) terjadi penambahan kasus positif Covid-19 hingga sembilan orang atau menjadi 67 kasus konfirmasi positif di Majalengka
Penulis: Eki Yulianto | Editor: Adityas Annas Azhari
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Eki Yulianto
TRIBUNJABAR.ID, MAJALENGKA - Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Majalengka, dr Erni Harleni menyayangkan kegiatan belajar mengajar (KBM) di sejumlah kecamatan di Majalengka. Menurutnya KBM tatap muka itu terlalu cepat dilaksanakan. Padahal kasus Covid-19 di wilayah Kota Angin itu terus melonjak dalam beberapa pekan terakhir.
Apalagi Majalengka belum memenuhi tiga indikator penanggulangan pandemi korona sesuai yang disyaratkan WHO. Syarat dari WHO itu adalah, pertama epidemiologi yang akurasinya ditentukan oleh banyaknya pemeriksaan RT PCR standar WHO, satu banding 1.000 penduduk per minggu.
Kemudian, kriteria sistem kesehatan dengan menunjukkan jumlah kasus baru yang membutuhkan rawat inap lebih kecil dari perkiraan kapasitas maksimum rumah sakit dan tempat tidur ICU.
Ketiga, surveilans kesehatan masyarakat yang dapat mengidentifikasi sebagian besar kasus dan kontak pada masyarakat.
“Jika kriteria pertama dan ketiga tidak dipenuhi, akan berdampak pada lonjakan kasus Covid-19. Jika lonjakan kasus meningkat nanti kriteria yang kedua tidak bisa terpenuhi juga,” ujar dr Erni, kepada Tribun, Sabtu (29/8).
Kepala Bidang Pelayanan di RSUD Majalengka ini mengatakan, tren kasus konfirmasi positif Covid-19 meningkat tajam dan banyak transmisi lokal sehingga harus diwaspadai, apalagi masyarakat cenderung kurang menjalankan disiplin pencegahan.
Menurut data Jumat (28/8) terjadi penambahan kasus positif Covid-19 hingga sembilan orang atau menjadi 67 kasus konfirmasi positif di Majalengka.
“Bahaya transmisi lokal adalah bisa menimbulkan lonjakan kasus yang sangat tinggi karena sulit mendeteksinya. Makanya lakukan prosedur yang benar dan upayakan memenuhi indikator yang sudah ditentukan, yang berlaku sekarang,” katanya.
Karena itu, kata Erni, disarankan untuk pembelajaran tatap muka tidak dilakukan karena tingginya kasus konfirmasi positif transmisi lokal.